Bank Indonesia (BI) menetapkan target inflasi pada 2023 sebesar 3 plus 1 persen, yang berlaku juga untuk DKI Jakarta. Pada Juli 2023, nilai inflasi DKI Jakarta sebesar 2,81 persen, di bawah nilai inflasi nasional sebesar 3,08 persen yoy (year on year).
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari langkah berkesinambungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta (DKPKP) mengembangkan pertanian perkotaan (urban farming) melalui kegiatan budi daya di tujuh sasaran ruang, yaitu rumah susun, lahan kosong, lahan pekarangan, gang perkampungan, sekolah, gedung, dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).
“Kami membudidayakan tanaman cepat panen di ruang-ruang tersebut, khususnya tanaman yang berpengaruh terhadap inflasi, di antaranya cabai,” ujar Kepala DKPKP Provinsi DKI Jakarta Suharini Eliawati, Jumat (3/11/2023).
Tahun ini, kata Suharini, Pemprov DKI menanam 195.000 bibit cabai, berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jakarta, Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Mako Kostrad), dan PT East West Seed Indonesia. Pada triwulan 3, misalnya, BI Jakarta memberikan 50 ribu bibit cabai.
Sebelumnya, Rabu (1/11), Penjabat (Pj) Gubernur Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI memanen cabai rawit di RPTRA Rawa Jaya, Duren Sawit, Jakarta Timur. Pada hari itu, panen berlangsung serentak di 65 lokasi se-Jakarta Timur. Hasil panen mencapai 3,5 ton yang seluruhnya dibagikan kepada warga.
“Saya mengapresiasi sinergi wali kota dan seluruh camat di Jakarta Timur untuk memastikan setiap lahan ditanami tanaman pangan. Panen hari ini merupakan salah satu wujud kami menjaga ketahanan pangan di Jakarta,” kata Heru Budi.
Fasilitas dari hulu ke hilir
Pada 2023, Pemprov DKI menginisiasi “Gerakan Jakarta Menanam untuk Ketahanan Pangan” sebagai upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan bertani. Sebanyak 270 lokasi di seluruh Jakarta mendapat bantuan sarana produksi hidroponik dan pelatihan, serta fasilitas pemasaran dengan off taker maupun pasar konsumen di sekitar lokasi pertanian.
Selain itu, DKPKP mengadakan akademi pertanian perkotaan yang bekerja sama dengan berbagai instansi dan penggiat lingkungan hidup. Suharini memastikan, Pemprov DKI akan memberikan fasilitas dari hulu ke hilir. “Masyarakat dapat mengajukan permohonan bibit tanaman buah, tanaman obat keluarga (toga) dan benih padi, serta konsultasi pelayanan hama penyakit tanaman melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pengembangan Benih dan Proteksi Tanaman, baik secara daring maupun luring,” jelasnya.
Salah satu penggiat pertanian perkotaan yang mendapatkan fasilitas dari Pemprov DKI Jakarta yaitu Kelompok Tani Swara Hijau Farm, di bawah binaan Yayasan Swara Peduli Indonesia. Kelompok ini beranggotakan ibu-ibu pemulung di wilayah RT 007/RW 010, Kelurahan Klender, Jakarta Timur, yang memanfaatkan lahan sempit untuk ditanami tanaman hidroponik dan tanaman obat-obatan.
Kelompok ini mendapatkan dukungan dari Pemprov DKI Jakarta dengan memberikan fasilitas benih lele, bibit sayuran, media tanam, pestisida nabati, dan bibit tanaman obat-obatan. Pemprov DKI juga menjadi perpanjangan tangan program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan swasta yang mendukung ketahanan pangan di DKI Jakarta.
Ketua Kelompok Tani Swara Hijau Farm Endang Mintardja menyatakan, misi kelompok binaannya ini sejalan dengan program pemerintah dalam penataan kota dan membangun masyarakat yang mandiri mengelola sumber pangannya sendiri. “Program dari Pemprov DKI sudah on the track, tepat sasaran. Kami sangat terbantu dengan semua fasilitas yang diberikan, karena memang itulah yang dibutuhkan masyarakat saat ini,” tuturnya.
Endang menjelaskan, saat ini kelompoknya sedang mengembangkan program Kampung Hijau. Ini merupakan pengembangan program dari Swara Hijau Farm yang melibatkan masyarakat lebih luas di RT 007/RW 010 Kampung Sumur, Klender. Mereka menggunakan media planter wall, planter bag, polybag, dan instalasi hidroponik sederhana.
“Kami juga telah membangun rumah bibit dan reaktor biogas. Rumah bibit sebagai tempat untuk memproduksi bibit tanaman hidroponik dan organik, baik sayuran daun (pakcoy, kangkung, siomak), sayuran buah (cabai, tomat, terong), maupun tanaman obat-obatan yang nantinya akan kami distribusikan ke warga yang akan memelihara tanaman tersebut,” ungkap Endang.
Ke depan, kata Endang, mereka akan mencoba mereplikasi program Kampung Hijau ini ke tempat-tempat lain yang berniat mengubah kampungnya menjadi nyaman, asri, dan bisa mengelola sampah dengan baik secara swadaya. “Pemprov DKI juga menghubungkan kami dengan suatu CSR perusahaan asuransi untuk mendapatkan bantuan dana pengadaan instalasi,” ucapnya.
DKPKP DKI pun melakukan langkah-langkah lain untuk meningkatkan ketahanan pangan, di antaranya pendistribusian pangan dengan harga murah; vaksinasi hewan ternak; pengelolaan rumah potong hewan; pelatihan diversifikasi pangan, Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan); pembinaan pola pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA); sertifikasi laboratorium pengujian mutu produk pertanian, peternakan, dan perikanan; serta program stop pangan berlebih.