Di Indonesia, saat ini, masih terdapat pihak yang menyamakan kesehatan mental dengan kondisi stres atau bahkan “orang gila”. Tanpa kita sadari, kesehatan mental kita sangat terdampak dengan adanya pandemi Covid-19. Berdasarkan Pew Research (2018), pengguna media sosial lebih cepat merasakan stres dan terganggu kesehatan mentalnya dibandingkan dengan orang yang tidak menggunakan media sosial. Dengan tidak adanya media sosial, kita tidak melihat dan mengetahui kehidupan orang lain sehingga hanya fokus terhadap diri sendiri. Terkait itu, saat ini, Indonesia mengalami darurat kesehatan mental yang disebabkan kondisi pandemi yang mendorong masyarakat untuk lebih banyak menggunakan gawai dan media sosial secara lebih intens lagi.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat (2/7/2021), pukul 14.00-16.30 diikuti oleh ratusan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut, hadir Zainuddin Muda Z Monggilo SIKom MA (dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada dan Japelidi), Sandy Nayoan (dosen Universitas Gunadarma), Alviko Ibnugroho SE MM (financologist, motivator keuangan dan kejiwaan keluarga, serta IAPA), Nanik Lestari MPA (peneliti MAP Universitas Gadjah Mada), dan Rinni Wulandari (Indonesia Idol 2007, singer, dan arranger) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Zainuddin Muda Z Monggilo SIKom MA menyampaikan informasi, “Menyangkut kesehatan mental akibat pandemi Covid-19, tanpa ada kejelasan terhadap akhir dari kondisi saat ini, kita menjadi cemas, panik, takut berlebihan, depresi, hingga trauma. Bagi para remaja, mereka juga sangat terdampak olehnya, misalnya dengan menjadi tidak bersemangat seperti dengan PBJJ, nafsu makan berkurang, pola tidur terganggu, dan khawatir berlebihan. Kurangnya aspek sosial karena pandemi ini juga berdampak negatif.”

Bagi kaum muda, kecemasan akan prospek ekonomi dan pendidikan, kemungkinan pengangguran, dan kesenjangan digital semakin menjadi akibat infrastruktur yang tidak merata ikut berdampak pada kondisi mental mereka. Bahkan, bagi para lansia dan orangtua, mood mereka berubah-ubah, mengalami depresi, dan demensia. Dengan semakin banyak efek negatif pandemi kepada mental kita, hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek tersebut adalah mengoptimalisasi aplikasi percakapan dan media sosial yang digunakan.

Kita harus memperhitungkan kembali kebutuhan yang sesuai dari tiap perangkat dalam hidup kita. Misalnya, mencari tahu bagaimana menggunakan Zoom secara lebih optimal untuk mendukung komunikasi yang lebih efektif. Kita dapat menyesuaikan setelan aplikasi pada perangkat sesuai kebutuhan yang juga dapat menghindari dari masalah menggunakannya. Kita juga bisa mempertimbangkan untuk melakukan detoksifikasi media sosial atau internet untuk memaksa kita berhenti menggunakan media sosial dan internet secara berlebihan atau ketika sudah kecanduan.”

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Adri Yudha menyampaikan pertanyaan “Bagaimana cara mendidik anak di bawah umur dengan media digital di beberapa tahun ke depan, mengingat generasi Z sudah terlalu banyak mendapatkan informasi dari mana-mana, bahkan melebihi kami, para generasi sebelumnya?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Sandy Nayoan, “Mengenai derasnya arus informasi memang menjadi hal yang diprihatinkan bagi kita semua, khususnya orangtua. Sebagai orangtua, kita mau tidak mau harus mengawal anak saat masih di bawah umur atau bahkan untuk beberapa tahun ke depan jika memang dibutuhkan. Hal ini bertujuan menciptakan budaya yang baik dan positif, kemudian terciptanya kecakapan dalam menggunakan media digital dalam segala aspek.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.