Transformasi digital tentu bicara tentang banyak aspek; tidak hanya dari yang tidak punya gadget menjadi punya, tetapi juga bagaimana kehadiran teknologi digital ini mentransformasi cara hidup kita. Lebih dari itu, ke depannya akan banyak inovasi baru, dan akan banyak ruang di ranah digital yang menyiarkan pembelajaran yang lebih mudah, murah, dan lebih efektif lagi.
Teknologi digital banyak sekali gunanya; kita bisa melihat analisis dan public policy, demokrasi bisa diperluas, dan bahkan sentimen publik bisa diukur dengan mudah melalui banyak cara. Saat ini setiap orang bisa berbicara apa saja, bisa mengkritik apa saja, bisa sampaikan apapun aspirasi kita, namun tentunya di ruang digital yang seakan tidak ada batasnya ini tetap perlu ada pembatasan.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Kreatif Lestarikan Nilai-Nilai Pancasila di Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 18 November 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Septa Dinata, A.S., M.Si. (Peneliti Paramadina Public Policy Institute), Nuzran Joher (Anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI), Rhesa Radyan Pranastiko (Kaizen Room), Ari Ujianto (Penggiat Advokasi Sosial), dan Nindy Gita (Professional Public Speaker) selaku narasumber.
Nilai Pancasila
Dalam pemaparannya, Nuzran Joher menyampaikan, “Teknologi telah mengubah cara kita berbicara, bekerja, berdagang dan bertransaksi. Manusia dan masyarakat digital mengeksplorasi transformasi meliputi seluruh sendi kehidupan. Budaya digital merupakan kemampuan individu secara cerdas, positif kreatif dan produktif dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memerikan, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.”
“Terkait dengan itu, adapun nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang harus kita terapkan dalam ruang digital. Pertama adalah berketuhanan dan mendukung toleransi beragama. Kedua adalah memperlakukan orang secara setara, adil dan manusiawi dalam hal akses memperoleh informasi di ruang digital. Ketiga adalah harmoni yang mengutamakan Indonesia di atas kepentingan pribadi dan golongan di ruang digital. Keempat adalah membiasakan bersikap demokratis dengan selalu memberikan kesempatan orang berkreasi di dunia digital. Kelima adalah selalu menginisiasi cara kerja melalui gotong-royong; bersama-sama, bahu-membahu membangun ruang digital yang aman dan etis bagi sesama pengguna media digital.”
Nindy Gita selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa datangnya hal positif seperti jaman digital ini juga datang dengan hal negatif pastinya, tetapi kita harus bisa beradaptasi dan meningkatkan literasi digital kita sehingga kita tidak tertinggal atau terjebak olehnya.
Kita kadang berpikir dunia itu tanpa batas, dan sebetulnya sebagian masyarakat Indonesia ini memang tak terbatas, tetapi perilaku kita juga harus berbatas dengan cara etika tetap diterapkan. Bersama-sama kita sharing dan saling belajar mengenai literasi digital ini, dan media sosial ini sangat mendukung dengan fitur-fiturnya yang lengkap untuk kita membuat konten-konten yang positif. Jadi kita sebagai pengguna media digital tidak hanya berperan sebagai penikmat konten tetapi juga bisa menciptakan konten-konten positif.
Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Mikhaila menyampaikan pertanyaan “Digital skill itu wajib dimiliki di era digital saat ini. Namun digital skill juga harus melibatkan nilai-nilai Pancasila agar menjadikan kita pribadi yang tidak hanya cakap namun sadar akan integritas juga. Hal yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana agar kita dapat berdaya di era digitalisasi saat ini, dan skill apa yang harus kita latih agar tidak ada kesenjangan sosial?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Alviko Ibnugroho, S.E., M.M. “Tentu ke depannya dunia digital semakin berkembang semakin luas, dan tentu tidak realistis kalau kita jadi dapat mengetahui segala-galanya. Kita harus memilih, tetapi tentu kita harus punya skills yang sifatnya basic atau mendasar yang dapat kita kuasai secara umum. Secara umum, kita harus kuasai kemampuan memberikan solusi pada problem yang sederhana, kemudian yang tidak kalah penting adalah bagaimana memberdayakan resources yang ada di dunia digital. Artinya, apapun yang kita tekuni kita harus tahu bagaimana memaksimalkannya.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.