Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Pentingnya Literasi Digital Sejak Dini”. Webinar yang digelar pada Jumat (9/7) di Kabupaten Tangerang itu, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Denisa N Salsabila – Kaizen Room, Dr Rahmawati, SE MM – Asesor Pendamping Kewirausahaan, Roza Nabila – Kaizen Room, dan Dr Bevaola Kusumasari, MSi – Dosen/Pengajar Fisipol UGM.

Denisa N. Salsabila, membuka webinar dengan mengatakan, zaman sekarang, masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi secara online dan real time. “Mengapa anak harus kenal teknologi sejak dini? Teknologi sebenarnya memberi banyak manfaat untuk anak, seperti untuk anak usia 3-6 tahun, mereka akan terlengkapi dengan ruang belajar, yaitu menggambar dan mendesain. Lalu untuk anak usia 6 tahun ke atas, mereka dapat menggunakan komputer untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah,” katanya.

Ia melanjutkan, dalam menggunakan teknologi, diperluka etika digital (digital ethics), yakni kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquet) dalam kehidupan sehari hari.

Bahwa menggunakan media digital mestinya diarahkan pada suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama. Demi meningkatkan kualitas kemanusiaan. Di dalam kegiatan media digital, kerap ditemukan beberapa aksi kejahatan, salah satunya adalah cyberbullying (perundungan dunia maya).

Cyberbullying adalah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. “Tips mendidik anak di era digital yakni batasi waktu penggunaan gadget, jadilah panutan yang baik, jangan pernah menggunakan gadget sebagai alat penenang emosi anak, menjembatani kesenjangan komunikasi, ciptakan zona bebas teknologi di rumah, dan orangtua harus bekerjasama dengan guru di sekolah,” papar Denisa.

Dr Rahmawati menambahkan, seluruh dunia telah terhubung oleh jaringan komunikasi digital, melalui internet. Sehingga, media informasi digital telah mempegaruhi berbagai aspek sosial, ekonomi, pendidikan, politik dan kebudayaan.

“Kebutuhan akses internet telah bergeser menjadi kebutuhan Primer. Pengguna internet di seluruh dunia terus mengalami peningkatan. Menurut PBB saat ini 3.9 miliar orang mengakses internet dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.

Menurutnya, literasi digital penting di pahami oleh seluruh pengguna internet khususnya di Indonesia, hal ini demi mengurangi dampak negatif dari penggunaan internet. Rata-rata durasi penggunaan Internet yakni 8 jam per hari.

“Literasi digital sangat penting saat ini baik di dunia pendidikan maupun di dunia profesional. Di masa depan Anda atau kita diwajibkan berinteraksi pada lingkungan digital, menggunakan informasi dengan tepat, menciptakan ide-ide baru dan berkolaborasi, namun diatas itu semua anda dituntut untuk merawat identitas digital anda dengan baik,” tuturnya.

Adapun konsep literasi digital yakni kemampuan membangun informasi dari berbagai sumber tepercaya, kemampuan berfikir kritis dalam memahami informasi dengan, dan kemampuan membaca dan memahami materi informasi yang tidak berurutan (non sequential) dan dinamis.

Dampak positif internet bagi anak dan remaja yakni dapat mengembangkan keterampilan teknis dan sosial, memperluas jaringan pertemanan, termotivasi untuk mengembangkan diri dari teman online, lebih bersahabat, perhatian dan empati.

“Dampak negatifnya yakni enggan berkomunikasi secara langsung, tingkat pemahaman bahasa terganggu. Kurangnya empati, menjadi lebih mementingkan diri sendiri. Keterampilan menulis terganggu karena tidak ada tata bahasa di media digital. Berisiko adanya predator kejahatan di jejaring sosial,” paparnya.

Roza Nabila mengatakan, digital safety (keamanan berdigital) adalah kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

“Penggunaan teknologi yang cerdas dan aman, dapat memungkinkan anak mengembangkan pembelajaran mereka secara mandiri, membantu mereka mengeksplorasi hal yang mereka sukai,” tuturnya.

Ia menambahkan, ada beberapa cara aman dalam berinternet, yakni gunakan password yang sulit dan selalu log out jika akun log in di perangkat lain. Aktifkan pengaturan privasi ganda di akun pribadi, jelajahi situs internet yang terpercaya, hapus history penelusuran online, dan meminimalisir penggunaan free WiFi di publik.

“Tips aman bermedia digital, batasi informasi pribadi, batasi penggunaan gawai, kenali ancaman keselamatan, saring sebelum sharing, bermainlah dengan aman, belajarlah dengan aman, mari bersama memperluas literasi digital,” katanya.

Sebagai pembicara terakhir, Dr Bevaola Kusumasari menjelaskan, literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengkomunikasikan konten atau informasi dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.

“Perkembangan teknologi membawa perubahan di berbagai lapisan kehidupan, termasuk cara kita berinteraksi dan berpendapat. Era ini, ditandai oleh dominasi media baru (new media) yang menggusur kebiasaan lama,” ujarnya.

Tanpa kendala jarak dan waktu, masyarakat memanfaatkan komunikasi digital yang tersebar secara radikal. Sayangnya, masyarakat masih belum seluruhnya dewasa dalam memanfaatkan internet.

Di internet, konten negatif berseliweran dalam beragam bentuk, hoaks menjadi yang paling sering ditemui dan berdaya rusak tinggi. Secara teoritis, media baru memberi kesempatan publik berkuasa.

Berkuasa maksudnya adalah kemampuan menghasilkan efek yang diinginkan. Maka kini kemampuan itu ada di tangan atau jempol kita semua. Kita memiliki kapasitas untuk menyebarkan gagasan hingga membangun komunitas dan gerakan.

“Kita bisa menyebarkan informasi baik positif maupun negatif dalam skala dan dampak yang lebih besar. Literasi digital bagi manusia modern, yakni keterkaitan antara kepuasan penggunaan internet dengan literasi digital seharusnya dapat seimbang, sehingga pemanfaatan teknologi dapat berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat dalam mempergunakan teknologi tersebut,” pungkasnya.

Tujuan literasi media adalah untuk melindungi warga masyarakat sebagai konsumen media dari dampak negatif media massa. Selain itu, dapat dikatakan pula bahwa literasi media merupakan upaya mempersiapkan warga masyarakat, untuk hidup di dunia yang sesak media agar mampu menjadi konsumen media yang kritis.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Isyana menanyakan, adakah tips membatasi screen time pada anak dimasa pandemi ini?

“Harus dipahami bahwa anak digital itu selalu berpikir kirtis, bahwa anak digital ketika mereka bertanya kita harus berfikir kritis lagi. Kalau memberi tahu mereka harus ada solusinya dan harus tahu sebab akibatnya,” jawab Denisa.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.