Pembangunan sebuah kota sudah seharusnya berlangsung seimbang. Sisi humanis harus diperhatikan, tidak melulu berbicara soal sisi ekonomi. Bahkan, untuk beberapa kasus, sisi lingkungan pun diabaikan.
Pengembangan sebuah kota kerap hanya memperhatikan sisi ekonomi. Memang tak mudah membangun kota dengan menyeimbangkan semua aspek. Namun, bukan berarti hal tersebut mustahil.
Salah satu pengembang yang konsisten mengedepankan kawasan dengan menyeimbangkan seluruh aspek tersebut adalah Alam Sutera Group, yang selama 23 tahun mempertahankan visi untuk menghadirkan sebuah kota mandiri yang mendukung penduduk di dalamnya memiliki rumah dan kehidupan yang berkualitas.
Alam Sutera Group pun sudah menjadi 10 pengembang besar di Indonesia dengan perencanaan kawasan yang baik dan beberapa kali meraih penghargaan. Salah satunya FIABCI Prix d’Excellence Awards untuk Outstanding Master Plan.
Agar semakin banyak orang memiliki kehidupan berkualitas, Alam Sutera Group kembali mengembangkan kota mandiri baru bernama Suvarna Sutera di daerah Pasar Kemis, Tangerang, Banten. Berdiri di atas lahan dengan izin lokasi seluas 2.600 hektar, untuk tahap pertama, Suvarna Sutera mengembangkan 900 hektar.
Lokasi strategis
Secara lokasi, Suvarna Sutera punya lokasi yang strategis karena berjarak 500 meter dari pintu keluar Cikupa ruas Tol Jakarta–Merak Kilometer 31,5. Ini berarti hanya butuh 15 menit dari Alam Sutera dan 25 menit dari Jakarta Barat untuk mencapai Suvarna Sutera.
Akses dari dan ke Suvarna Sutera direncanakan bertambah seiring proses pembangunan JORR 3 yang menghubungkan Balaraja–Bandara Soekarno Hatta dan Serpong–Balaraja. Akses yang memadai ini ditambah dengan rencana pembangunan jalur transportasi massal berbasis rel dari Balaraja menuju Jakarta.
Marketing & Sales Division Head PT Delta Mega Persada—anak perusahaan Alam Sutera Group—Henny Meyliana mengatakan, lokasi yang strategis menjadi daya tarik kota mandiri ini. Tak heran, lebih dari 4.700 unit rumah, kavling, dan ruko di kawasan tersebut sudah terjual dalam jangka waktu empat tahun saja.
Menurut riset internal perusahaan, Henny menambahkan, sebanyak 62 persen pembeli Suvarna Sutera merupakan end user dan 49 persen pembeli berprofesi sebagai karyawan swasta. Yang menarik, 38 persen dari pembeli berusia 25–34 tahun dan berstatus pasangan muda.
Kawasan yang humanis
Layaknya Alam Sutera, Suvarna Sutera juga mengedepankan sisi humanis sebagai sebuah kota mandiri. Pengembang Alam Sutera menginovasi “resep” yang sama dengan kota Alam Sutera dan “ditaburkan” di Suvarna Sutera.
Hasilnya, Suvarna Sutera memiliki ROW jalan yang lebar. Semua jalan di Suvarna Sutera ROW-nya tidak boleh lebih kecil dari 10 meter. Agar akses tetap lancar, pengembang menyediakan lahan parkir yang luas agar tidak ada mobil yang parkir on street. Henny mengatakan, semangat dari Alam Sutera Group adalah memberikan hunian yang harus nyaman, tidak hanya komersial. “Kami tidak ingin kenyamanan penghuni dikorbankan. Rumah harus mempunyai luas yang ideal,” ucapnya.
Salah satu contohnya adalah kluster Chiara yang saat ini sedang dipasarkan. Kluster ini punya tiga tipe, yaitu Clover (luas tanah 128 meter persegi/luas bangunan 115 meter persegi), Calantha (luas tanah 180 meter persegi/luas bangunan 142 meter persegi), dan Camelia (luas tanah 216 meter persegi/luas bangunan 165 meter persegi). Rumah ini bisa diangsur dengan harga mulai Rp 13 jutaan per bulan. Harga dengan luas tanah tersebut tentunya masih wajar dan sesuai dengan segala fasilitas yang dimiliki oleh Suvarna Sutera.
Penerapan green development pun dilakukan tidak sekadar menanam banyak pohon. Suvarna Sutera menerapkan konsep rainwater harvesting untuk mengontrol curah hujan untuk menghindari banjir. Untuk huniannya pun, penghuni sudah diberikan biological septic tank, pemanas air tenaga surya, dan lubang biopori. Rumah di Suvarna Sutera pun memiliki arah utara–selatan untuk memaksimalkan sinar matahari agar penghuni lebih sehat.
Sisi humanis pada zaman modern ini juga tidak lengkap apabila tidak didukung teknologi. Suvarna Sutera menyediakan sistem keamanan 24 jam, CCTV, double gate system, dan layanan quadplay yang ditanam di bawah tanah. “Semuanya ini untuk meningkatkan kualitas hidup penghuninya,” kata Henny.
Potensi investasi
Mudah dipahami kalau Suvarna Sutera menarik dijadikan investasi, harga tanah Suvarna Sutera masih terjangkau yaitu di kisaran 4 juta per meter persegi. Angka ini berpotensi terus naik seiring semakin lengkapnya fasilitas yang akan dibangun. Tahun depan, Sekolah Santa Laurensia akan mulai beroperasi dengan membuka jenjang dari TK, SD untuk kelas 1, 2, 3; SMP kelas 7, dan SMA kelas 10 IPA dan IPS.
Seiring pengembangan kawasan, Suvarna Sutera kembali menawarkan ruang komersial dengan menawarkan ruko Terrace 9. Ruko ini melanjutkan dari kesuksesan penjualan Terrace 8 yang sudah habis terjual beberapa waktu lalu.
“Program cashback Rp 60 juta diberikan untuk pembeli yang ingin segera membuka usaha. Kami berharap program ini dapat membantu meringankan biaya operasional mereka,” tutur Henny.
Terrace 9 tersedia dalam berbagai tipe, yaitu tipe 5 x 17 dan 6 x 17. Semua ruko ini punya tiga lantai dengan desain ceiling yang tinggi. Seluruh ruko akan menghadap jalan dan tersedia lahan parkir sampai 700 mobil. Selain itu, ruko ini berada dekat dengan permukiman warga dan pusat pendidikan.
Harga ruko Terrace 9 mulai dari Rp 1,8 miliar. Harga ini masih terjangkau jika dibandingkan dengan ruko berspesifikasi sama di daerah Serpong yang sudah mencapai Rp 5 miliar. Menariknya, Terrace 9 bisa dicicil mulai dari Rp 20,4 juta per bulan.
Melalui Suvarna Sutera, Alam Sutera Group tetap mengedepankan produk dan layanan sesuai dengan visi perusahaan menjadi pengembang terbaik melalui inovasi. Namun, yang paling penting, Suvarna Sutera mampu meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakat. [IKLAN/VTO]
Foto-foto dokumen Alam Sutera
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 31 Oktober 2017