Pada masa era digital saat ini, begitu banyak serta tidak terbatasnya akses dan jumlah pengakses dalam dunia digital. Tidak semua di antara pengakses media digital pun memiliki niat yang baik karena setiap celah keamanan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan, mulai dari pencurian data hingga bentuk kerusakan sistem.

Terkait itu, kita harus dapat menghindar pihak-pihak tersebut dengan secara kompeten cek validasi segala berita dan informasi yang kita temui dan berikan di ranah digital. Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet”. Webinar yang digelar pada Selasa, 7 September 2021, pukul 09.00-11.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut, hadir Aidil Wicaksono (CEO Pena Enterprise), Oetari Noor Permadi (praktisi pendidikan dan budaya), Dr Dwiyanto Indiahono (dosen Kebijakan Publik Universitas Jenderal Soedirman), Imam Wicaksono (praktisi pendidikan), dan Mario Zwinkle (musisi/rapper) selaku narasumber.

“Sharing is caring”

Dalam pemaparannya, Aidil Wicaksono menyampaikan informasi penting bahwa “Dalam bermedia digital, sebaiknya kita membuat konten yang memiliki nilai inspirasi, edukasi, bersifat kekinian, dan hiburan. Terapkan pemikiran sharing is caring, tetapi juga ingat bahwa tidak semua konten pantas disebar.”

”Oleh karena itu, perlu juga lakukan saring sebelum sharing supaya kita memastikan bahwa konten yang kita bagikan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Hal itu perlu dilakukan demi menciptakan peluang yang positif di dunia digital dengan memberi edukasi, berkolaborasi, dan terus mendorong pengguna media digital untuk adaptasi dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi media digital,” ujarnya.

Mario Zwinkle selaku narasumber key opinion leader juga menyampaikan bahwa internet sangat membantu untuk mempromosikan karya-karya. Ia menyampaikan bahwa sebenarnya lebih khawatir mengenai dampak negatif dari internet, seperti fakta bahwa media sosial sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Secara tidak sadar, ia ternyata terlalu sering memegang ponsel dan menjadikan pekerjaannya jadi terbengkalai.

Ia bercerita, ada fase ketika ia scrolling melihat postingan teman-temannya yang bahagia dan sedang liburan. Setelah itu, ia merasa timbul rasa iri dan rasa insecure yang semakin tidak sehat. Ia langsung berinisiatif untuk tidak membuka media sosial selama kurang lebih 1 bulan. Ia langsung merasakan perbedaannya dengan bisa lebih fokus mencari solusi daripada curhat di media sosial.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Kayra Falisha menyampaikan pertanyaan “Saat terjun ke dunia content creator, pasti adanya keinginan untuk berkolaborasi untuk menaikdaunkan diri sendiri, tetapi bagaimana cara mengatasi masalah jika ingin melakukan kolaborasi, tetapi tidak adanya networking?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Aidil Wicaksono. “Selama pandemi ini, gaya networking dilakukan dengan cara virtual. Dengan networking, pastinya kita bisa berpotensi muncul kolaborasi-kolaborasi. Tujuan dari networking yaitu awalnya dengan saling membantu, kemudian lama-lama akan bisa saling berkolaborasi dalam rangka menciptakan konten-konten yang positif.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Selain itu, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan, Anda bisa mengikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.