Kondisi internet Indonesia yang sudah mencapai hampir lebih dari dua per tiga total populasi, dengan pengguna sosial media yang aktif, merupakan potensi ekonomi yang besar. Yaitu melalui strategi marketing untuk keperluan e-commerce, fintech, dan kreasi konten.
Sebanyak 90 persen dari masyarakat Indonesia pun sudah pernah belanja online. Transaksi uang elektronik selama lima tahun terakhir mengalami kenaikan yang mencapai 3,021 triliun rupiah pada Agustus 2020 (menurut data Bank Indonesia).
Perlu diketahui pula bahwa faktor pertimbangan memilih layanan pembayaran digital paling utama adalah keamanan, kemudahan penggunaan, kenyamanan, kepraktisan, reputasi, jaringan/merchant tersedia, dan penawaran seperti diskon atau promo. Layanan pembayaran digital paling banyak digunakan karena dirasa lebih praktis dibandingkan dengan cara pembayaran lain.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Sejahtera Lewat Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 11 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti Institut Humor Indonesia Kini), Sigit Widodo (Internet Development Institute), Irfan Afifi (Budayawan dan Founder Langgar.co), Annisa Choiriya Muftada (Social Media Specialist), dan Reza Tama (Content Creator & Entrepreneur) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Sigit Widodo menyampaikan bahwa saat ini internet adalah pasar yang sangat besar dan akan semakin membesar ke depannya. Sejahtera dalam menggunakan ruang digital harus disertai dengan etika digital yang berlaku. Dengan kemudahan mengakses internet melalui smartphone, 87 persen pengguna internet aktif di Indonesia pernah membeli barang melalui online.
Berbagai macam hal yang dibeli di e-commerce menunjukkan terbukalebarnya peluangnya untuk dimanfaatkan dari sektor tersebut, baik sebagai produsen, penyedia, maupun menjadi pedagang yang dapat menjadi reseller, supplier, dropshipper, dan pelelang. Pengambilan keuntungan tersebut harus dijalankan secara etis, seperti tidak melipatgandakan harga produk yang dijual secara keterlaluan.
Ketika memulai menjual melalui ruang digital, sebaiknya gunakan layanan lokapasar (marketplace) yang sudah ada dan kredibel, dengan penyebaran pemasaran informasi melalui aplikasi chat dan media sosial. Selain berkecimpung dalam berjualan, kita dapat berinvestasi sebagai alternatif sumber pendapatan di sektor saham, reksadana, valuta asing, emas, dan cryptocurrency.
“Pastikan saat berinvestasi untuk menggunakan layanan yang terdaftar di OJK untuk menghindari aksi penipuan yang menyebabkan kerugian. Jika mau berdagang untuk mencari pendapatan di internet, jadilah penjual yang beretika, jujur, tepercaya, serta memuaskan pelanggan sehingga mendapatkan reputasi yang baik melalui rating dan review yang berujung mengundang lebih banyak pelanggan,” jawabnya.
Reza Tama selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa jika ingin membuka usaha sendiri, salah satu langkah awal yang harus dilakukan adalah pastikan cek nama branding atau toko dagang yang akan digunakan belum pernah digunakan oleh pelaku usaha lain.
Terkait dengan mencari pekerjaan, sadari bahwa rekam jejak digital yang ditinggalkan merupakan hal krusial ketika melamar pekerjaan, karena HR selain melihat dari riwayat pekerjaan dan profil LinkedIn juga ikut menyelidik akun sosial pribadi calon pekerja untuk melihat kepribadian seperti apa pelamar tersebut. Sehingga, baiknya tidak mem-posting hal-hal yang negatif, baik dari perkataan atau foto/video, terutama bagi influencer sebagai kriteria untuk bekerja sama dengan suatu brand.
Selebgram dan influencer saat ini dapat menjadi terkenal dalam jangka waktu yang sangat singkat saja, sehingga terbuka lebarnya potensi yang dapat dimanfaatkan. Jangan tergiur untuk menciptakan sensasi saja untuk menjadi tenar karena hal mencari sensasi tersebut akan selalu diungkit oleh netizen.
Salah satu peserta bernama Intan Nur Habsah menyampaikan, “Saat ini, kita ketahui bahwa anak-anak di bawah umur sudah pandai dalam mengoperasikan yang namanya teknologi internet dan medsos, di mana dengan internet apapun bisa dicari. Namun di sisi lain kemampuan ini akan berdampak sekali dengan karakter yang dibentuk. Kemungkinan besar juga karakter negatif itu akan terbentuk. Lalu di usia berapa seharusnya kita sudah mengajarkan literasi di ruang digital kepada anak?”
Pertanyaan tersebut dijawab Irfan Afifi. Anak-anak saat ini sudah sangat adaptif dan cepat mengikuti perkembangan teknologi. Literasi sebaiknya ditingkatkan yaitu dalam konteks ciptanya harus dinaikkan kembali agar mereka menelaah informasi, berpikir secara runtut, mengambil keputusan, bertanggung jawab, mandiri, dan lain sebagainya.
“Hal tersebut memang harus diterapkan lebih dalam di lingkup keluarga dan akademik, terutama pemahaman mengenai aksi kejahatan digital yang dilakukan oleh pelaku yang lebih cakap digital. Mereka sebanarnya membutuhkan role model bagaimana berliterasi digital yang sesuai, mulai dari menulis dan membaca, karena pada dasarnya literasi membutuhkan pemikiran yang runtut bagi tiap individu,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]