Dinamika di era industri 4.0 mendorong Presiden Joko Widodo fokus dalam mendongkrak pembangunan ekonomi Indonesia melalui sektor UMKM, termasuk meminta berbagai pihak untuk berkolaborasi dan berpartisipasi aktif. Berbagai program dan langkah nyata telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan guna menjadikan UMKM naik kelas dari usaha mikro ke usaha kecil kemudian meningkat menjadi usaha menengah lalu diharapkan dapat menjadi perusahaan besar.
Sebagai tulang punggung, UMKM memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemandirian ekonomi kerakyatan termasuk menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Untuk itu, perlu kolaborasi antara seluruh komponen bangsa, termasuk pelaku usaha, pemerintah, juga masyarakat luas.
PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) sebagai warga usaha turut mengambil peran aktif dalam mendorong ekonomi kerakyatan yang inklusif sebagai bentuk komitmen dukungan pemerataan kemajuan ekonomi di seluruh Indonesia. Dilakukan melalui program Sampoerna Retail Community (SRC), Sampoerna melakukan pengembangan dan peningkatan daya saing toko kelontong tradisional sejak tahun 2008 dan kini SRC telah membina lebih dari 120.000 toko kelontong tersebar di seluruh Indonesia.
Dampak sosial dan ekonomi atas program peningkatan daya saing UMKM yang dilakukan SRC selama hampir 12 tahun ditegaskan oleh survei yang dilakukan terhadap ratusan pemilik toko kelontong di Indonesia. Berdasarkan survei, tahun 2020 SRC turut memberi kontribusi bagi perputaran perekonomian sebesar Rp69,3 triliun per tahun. Selain itu SRC juga telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Tidak berhenti di situ, SRC menginisiasi Pojok Lokal sebagai pojok khusus di toko SRC untuk menjual produk UMKM dan komunitas lingkungan sekitar toko. Lebih lanjut, aplikasi mobile “AYO SRC” diluncurkan untuk menghubungkan seluruh anggota SRC dengan mitra penyalur, seperti pedagang grosir dan juga konsumen. AYO SRC merupakan wujud dukungan pengembangan bisnis sekaligus penciptaan peluang bagi UMKM melalui digital.
Toko Kelontong Naik Kelas dari Barat hingga Timur Indonesia
Viyanti Mala Ketaren pemilik toko kelontong SRC pertama di Medan, Sumatera Utara, yang bergabung dengan SRC sejak 2008. Perempuan yang lebih dikenal dengan panggilan Mami hijrah dari kampung halamannya di Kabupaten Karo ke kota Medan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan hidup anak-anaknya. Bergabung dengan SRC memberikan Mami ilmu baru dalam hal penataan toko dan manajemen toko. Hal ini telah meningkatkan pendapatannya. “Kalau Mami tetap di kampung, jualan sambil berladang, pendapatan tidak tetap. Sekarang jadi lebih baik, Mami bisa sekolahkan anak sampai tinggi karena omzet bertambah dan membantu ibu-ibu untuk kerja atau titip produknya,” ujar Mami.
Pemberdayaan UMKM untuk mendorong ekonomi kerakyatan juga dirasakan oleh Markus Seseray, pemilik toko kelontong SRC di Jayapura, Papua. Bermodalkan sepetak tanah yang sekarang menjadi tempat ia menjalankan usaha toko kelontongnya, Markus mendapatkan pendampingan sejak tahun 2012 dan merasakan banyak manfaat dari bergabung dengan SRC salah satunya dalam mengembangkan bisnis. “Jadi tahu seluk beluk pengembangan usaha dan bisa melihat peluang ekspansi bisnis. Sekarang, selain toko kelontong, saya juga menjalani bisnis rental mobil dan penitipan helm,” jelas Markus.[*]