Bagaimana agar kita bisa Bijak dalam bermedia sosial? Sebenarnya secara ideal cukup mudah; jangan asal sebar di internet. Dari data pengguna internet dari situs Kominfo, di Indonesia ada 800.000 akun atau pengguna yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu atau hoaks.
Hoaks bisa terjadi dengan judul yang berbeda dari yang aslinya dan dimanipulasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun, ada cara untuk mengatasi hoaks yaitu harus berangkat dari diri kita sendiri; menyeleksi informasi yang kita terima dan tidak mau menerima info lebih yang kita butuhkan, dan menyadari bahwa kita kurang menerapkan critical thinking dalam menelaah informasi yang kita terima.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet”. Webinar yang digelar pada Senin (4/10/2021), pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Ali Elanshory (Account Executive MNC Group), Septa Dinata, A.S., M.Si. (Peneliti Paramadina Public Policy Institute), Panji Gentura (Project Manager PT WestmooreTech Indonesia), Erista Septianingsih (Kaizen Room), dan Sony Ismail (Musisi Band J-Rocks) selaku narasumber.
Digital safety
Dalam pemaparannya, Erista Septianingsih menyampaikan, “Maraknya penipuan online dan kebocoran data di ruang digital membuat kita untuk lebih concern terhadap digital safety. Ada beberapa hal yang perlu dipahami khususnya mengenai dampak negatif dari media sosial, seperti bahwa terlalu banyak sharing dan posting, baik itu foto, video maupun opini menjadi tidak baik karena orang lain akan mengomentari kehidupan kita. Kita harus hindari sharing sesuatu yang tidak sepantasnya; ketika memposting atau mengunggah sesuatu kita harus bedakan mana postingan yang menghibur atau justru menyakiti perasaan orang lain. Selain itu, sadari bahwa kecanduan media sosial sangat berbahaya dan bisa berakibat FOMO (fear of missing out); keadaan yang membuat kita takut ketinggalan di media sosial. Sadari pula bahwa sebenarnya di media sosial kita tidak memiliki privasi karena hal apapun yang terjadi di kehidupan kita di share dan akhirnya dengan gampangnya semua orang akan tahu tentang diri kita bahkan, data pribadi kita semahal apapun itu.”
Sony Ismail selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dengan semakin majunya digital ini sangat membantu sekali. Selama pandemi ini walau ia berada di Jawa Timur namun tetap bisa membuat konten, dan bahkan membuat album karena hanya tinggal kirim-kiriman materi dan data saja. Dengan kemajuan teknologi ini prosesnya jadi lebih praktis. Dengan banyaknya informasi yang mudah diakses dan tidak ada filternya dari sudut pandangnya sebagai musisi ini sangan menguntungkan karena butuh informasi seluas-luasnya.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Silviana menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana membuat masyarakat kita agar bijak dan kritis dalam bermedia sosial, sehingga selalu membaca, menyaring dan mengidentifikasi terlebih dahulu berita yang dilihat sebelum sharing dan sebar di media sosial, karena masyarakat kita cenderung asal sebar tanpa melihat berita sehingga ikut menjadi penyebar hoaks?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Ali Elanshory. “Kita harus mulai dari hal yang tersimpel dulu seperti dari grup WhatsApp keluarga juga teman-teman terdekat kita dengan mengedukasi mereka dengan cara yang baik. Kasih tahu bagaimana seharusnya mendapatkan berita itu tidak boleh langsung disebar dan ajak lebih ke arah diskusi. Ingatkan juga bahwa harus ada critical thinking ketika menerima informasi.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.