Cyberbullying adalah perbuatan penindasan yang terjadi di ruang siber, yaitu ruang di mana manusia saling berinteraksi dengan memanfaatkan teknologi informasi (termasuk jaringan internet) yang menghilangkan keterbatasan waktu dan tempat.

Adapun beberapa jenis cyberbullying yang terjadi di internet, seperti pelecehan on-line (pesan-pesan yang ofensif dikirim berulang kali), cyberstalking (menguntit korban secara on-line), denigration (pencemaran, penyampaian hal buruk tentang korban), masquerading (berpura-pura menjadi orang lain atau memposting materi yang membuat korban terlihat buruk), dan pengecualian atau dikucilkan.

Laporan UNICEF pada 2016 mengatakan, sebanyak 41 hingga 50 persen remaja Indonesia berusia 13 sampai 15 tahun pernah mengalami cyberbullying.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Say No to Cyberbullying!” Webinar yang digelar pada Rabu (8/9/2021), pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Tauchid Yuda Komara, S.Sos., M.D.P. (Dosen Fisipol UGM & IAPA), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM, Praktisi Keuangan & IAPA), Dr. Dwiyanto Indiahono (Dosen Kebijakan Publik Universitas Jenderal Soedirman), Anggun Puspitasari. S.I.P., M.Si. (Dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Jakarta), dan Mario Zwinkle (Musisi/Rapper) selaku narasumber.

Hindari “cyberbullying”

Dalam pemaparannya, Tauchid Yuda Komara, S.Sos., M.D.P. menyampaikan, “Tips menghindari cyberbullying ada beberapa, namun yang utamanya adalah untuk berpikir dua kali sebelum mem-posting atau membagikan sesuatu secara on-line. Penting juga untuk pelajari pengaturan privasi, unfriend, dan block untuk akun-akun yang bertujuan melecehkan.”

“Selain bullying adapun berbagai bentuk pelecahan on-line yang harus dikenali agar dapat ditindak secara benar. Pelecehan on-line dapat berbentuk mengirim permintaan yang tidak diinginkan kepada pasangan, teman atau orang asing untuk mengirim foto atau video privasi diri nya, melakukan tindakan seksual di webcam, dan berbagi gambar atau video pribadi atau pornografi di ruang-ruang publik,” ujar Tauchid.

Mario Zwinkle selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia menganggap internet ini itu sebagai alat; kalau kita gunakan dengan benar bisa sangat membantu kita, sebaliknya kalau kita gunakan untuk hal yang negatif akan menjadi hal yang berbahaya.

Ia pun memiliki jadwal sendiri dalam bermedia sosial, dengan membatasi 30 menit dalam sehari agar tidak kecanduan, karena ia merupakan salah satu korban kecanduan media sosial. Internet ini harus digunakan dengan sebagaimana mestinya. Cyberbullying ini memang sangat menyerang kesehatan mental kita. Kalau kita mendapat perlakuan seperti itu, simple saja menurutnya; tinggal delete langsung atau lebih baik kita speak up kalau kita melihat perlakuan ini atau melihat seseorang yang menjadi korban.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Irene Ayu menyampaikan pertanyaan “Cyberbullying semakin marak di media sosial. Baik orang dewasa maupun anak-anak dapat menjadi pelaku maupun korban cyberbullying. Bagaimana menghadapi seorang anak yang mengalami cyberbullying, sedangkan anak tersebut takut untuk bercerita?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Dr. Dwiyanto Indiahono. “Ketika kita memberi kesempatan anak kita bermain media sosial, pastikan mereka memiliki kawan-kawan yang baik, serta komunitas dan group yang baik. Kalaupun ada akun asing yang mengirim chat, sampaikan kepada anak kita kalau dia tidak mengenal orang itu jadi kalau mau menghapus itu tidak masalah. Abaikan saja. Jika anak belum bisa bercerita, dapat dipertimbangkan untuk datang ke psikolog, karena anak tersebut sedang tertekan. Psikolog tersebut dapat membantu untuk anak itu bercerita.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.