Hasil penelitian terbaru dari Unika Atma Jaya Jakarta menyatakan, penderita demensia (kemunduran fungsi otak) seperti penyakit alzheimer, menurunnya daya ingat dan berbicara pada penduduk usia lanjut bukanlah hal yang mengkhawatirkan karena riset menyatakan bahwa mereka tetap dapat hidup produktif meski dalam situasi pandemi Covid-19 yang banyak memberikan dampak negatif.
Rektor Unika Atma Jaya Dr A Prasetyantoko di Jakarta, Rabu (25/5/2022), mengemukakan hal tersebut dalam sambutannya pada upacara pengukuhan guru besar bidang kesehatan kepada Prof Dr dr Yuda Turana SpS (K), dokter ahli syaraf Unika Atma Jaya mengenai penyakit alzheimer, khususnya di tengah situasi pandemi Covid-19 yang melanda secara global.
“Peran lembaga pendidikan tinggi yang cukup penting adalah menghasilkan berbagai hasil penelitian dan kajian yang dapat memberikan manfaat bagi perbaikan standar kehidupan umat manusia. Hal ini menjadi semakin relevan jika dikaitkan dengan posisi tawar dan daya saing suatu bangsa,” kata Prasetyantoko di Kampus Semanggi.
Ia mengatakan, daya saing saat ini ditentukan oleh inovasi teknologi dan penggunaan pengetahuan secara maksimal. Kemampuan untuk mengembangkan, menghasilkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan melalui riset yang unggul sangat penting dalam meningkatan competitive advantage suatu bangsa. Bahkan, semakin dituntut lebih lagi kemampuan mengomersialkan hasil riset sehingga menambah nilai bagi upaya perbaikan standar hidup maupun pertumbuhan ekonomi bangsa.
Hasil riset Prof Dr dr Yuda Turana, SpS (K), dokter ahli syaraf Unika Atma Jaya mengenai penyakit alzheimer berfokus pada perkembangan penyakit alzheimer (pikun) di tengah situasi pendemi Covid-19 yang melanda dunia. Alzheimer sendiri merupakan penyakit otak yang menyebabkan kehancuran memori, kebingungan, hingga menurunkan kinerja berpikir serta berbicara si penderitanya.
Riset Prof Yuda berfokus pada sisi positif penyakit alzheimer sehingga berhasil menemukan metode penyembuhan yang baik, yaitu dengan program yang mengutamakan promotif dan preventif serta mengurangi terjadinya kasus disabilitas bagi lansia, khususnya pada populasi yang kurang mampu dan terpinggirkan.
“Dengan mengurangi faktor risiko yang berkaitan dengan penyebab penyakit utama dan memaksimalkan peningkatan faktor yang melindungi kesehatan dan kesejahteraan sepanjang hidup, penyakit alzheimer tidak lagi menakutkan. Meskipun terjadi kepikunan dan gangguan fungsi motorik tubuh, penderita alzheimer tetap bisa beraktivitas secara aktif,” katanya.
Ia menerangkan, kondisi pandemi mendorong perubahan perilaku ke arah yang tidak sehat, seperti aktivitas duduk yang memakan waktu lebih lama, kemudian kehidupan sosial lansia menjadi terbatas, stimulasi sosial berkurang, dan berita negatif di media sosial menjadi sumber stimulasi yang mempercepat proses penuaan di otak. Perubahan yang dramatis tersebut semakin terasa pada saat pandemi Covid-19.
Guru Besar dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya itu menyebut, pandemi Covid-19 memberikan multidampak, salah satunya memunculkan faktor risiko degeneratif otak secara tidak langsung yang berpengaruh terhadap kerusakan organ dan risiko vaskular.
Penyakit alzheimer, termasuk dalam penyakit degeneratif yang melanda penduduk berusia lanjut (lansia) dan bersifat multi-organ yang meliputi kemunduran struktur dan fungsi otak atau disebut juga “demensia”. Indonesia sendiri merupakan salah satu dari delapan negara dengan jumlah lansia terbanyak di dunia.
“Dari penelitian ini terbukti bahwa pasien demensia di Indonesia lebih tinggi dibanding global, dengan cakupan di beberapa kota, seperti Yogyakarta, Medan, Jakarta, Bandung, dan (kota) di Bali. Artinya, sesuai dengan prediksi awal, akselerasi peningkatan masalah neurodegenerative atau kehilangan yang progresif terhadap struktur atau fungsi sel neuron jauh lebih besar,“ lanjutnya.
Selain itu, keunggulan penelitian ini adalah membuktikan bahwa pada umur yang sama, lansia dan pasien demensia mempunyai kualitas lebih buruk terjadi pada yang demensia. Salah satu konsekuensinya adalah kualitas hidup demensia juga akhirnya memengaruhi kualitas hubungan dalam keluarga.
Menurut data Badan kependudukan dan Keluarga berencana (BKKBN), tahun 2020, jumah lansia Indonesia mencapai 26,82 juta jiwa, dengan usia 60 tahun hingga di atas 80 tahun. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit alzheimer diperkirakan mencapai lebih 50 juta orang dan akan bertambah menjadi 100 juta orang tahun 2050.
Baca juga:
- Pendidikan yang Membangun Manusia ala Unika Atma Jaya
- Keamanan Pangan dan Keadilan Linguistik Jadi Keprihatinan Guru Besar Unika Atma Jaya
Mendukung hal tersebut, Unika Atma Jaya mendirikan Atma Jaya – Alzheimer Indonesia (ATZI) Center of Excellence, hasil kerja sama dengan Alzheimer Indonesia, sebagai pusat pelayanan terpadu yang berfokus pada demensia alzheimer. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya turut berperan dalam mengembangkan penelitian kesehatan masyarakat. [AYA]