Sebagai upaya menanggulangi dampak sosial Covid-19, pemerintah menyiapkan beberapa kebijakan terkait bantuan sosial. Anggaran sekitar Rp 110 triliun dialokasikan untuk program jaring pengaman sosial bagi masyarakat lapisan bawah.
Bantuan yang disiapkan antara lain berupa bansos reguler seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako. Kemudian juga bansos sembako dan makanan siap saji dalam masa tanggap darurat. Selanjutnya juga paket sembako Bantuan Presiden dan Bantuan Sosial Tunai (BST). Kementerian Sosial (Kemensos) bertanggung jawab dalam mengelola dan mendistribusikan bantuan-bantuan ini. Dalam penanganan bencana, Kemensos memang memiliki tugas strategis, baik pada prabencana, pada saat bencana, maupun pascabencana.
Pada tahap prabencana, Kemensos bertugas membangun sistem kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Misalnya, menyiapkan bufferstock (cadangan bantuan) yang ada di gudang pusat, regional, dan provinsi di seluruh Indonesia (bisa berupa makanan, sandang, serta kebutuhan keluarga dan anak).
Pada saat bencana, Kemensos mengaktivasi sistem yang sudah dipersiapkan untuk penanggulangan bencana secara terpadu. Sementara pascabencana, Kemensos melakukan kegiatan pemulihan dan penguatan korban bencana, antara lain dengan memberikan santunan bagi ahli waris.
Bantuan sembako sudah disalurkan
Paket Sembako Bantuan Presiden mulai disalurkan untuk masyarakat terdampak Covid-19 di DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) pada Senin (20/4/2020). Bansos sembako tersebut menjangkau 1,9 juta keluarga dengan nilai total sekitar Rp 3,4 triliun.
Diberangkatkan dari gerbang Istana Merdeka dengan disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno, bansos ini didistribusikan dengan bantuan 130 pengemudi roda dua dan 13 unit kendaraan roda empat. Armada penyalur tersebut terdiri atas armada motor dari ojek daring serta armada motor, mobil boks, dan truk dari PT Pos Indonesia.
Kedua pihak tersebut digandeng Kemensos untuk mendistribusikan bantuan langsung sampai ke tangan keluarga penerima di DKI Jakarta. Menteri Sosial Juliari P Batubara mengatakan, bantuan tersebut nantinya juga akan disalurkan kepada keluarga penerima manfaat yang ada di wilayah Bodetabek.
Sembako Bantuan Presiden total menjangkau 1,9 juta keluarga dengan perincian 1,3 juta keluarga di DKI Jakarta dan 600 ribu keluarga di wilayah Kabupaten Bogor, Kota Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Bansos sembako ini disalurkan selama 3 bulan, yakni April, Mei, dan Juni 2020, yang setiap bulannya 2 kali penyaluran. Pada setiap penyaluran, akan diberikan paket senilai Rp 300.000 kepada penerima manfaat sehingga dalam 1 bulan, nilai yang diterima dalam bentuk sembako sebesar Rp600.000.
Mensos mengatakan, penyaluran bansos ini akan sangat memperhatikan protokol kesehatan sehingga teknisnya harus menghindari adanya kerumunan. Oleh karena itu, pendistribusian dilakukan dengan penyaluran langsung ke alamat penerima. Dalam pelaksanaannya, pendistribusian bantuan ini juga dilakukan dengan bekerja sama dengan unsur-unsur masyarakat, seperti karang taruna, pemuda, pengurus masjid, ojek pangkalan, termasuk pengurus RT/RW untuk mengantar bantuan ke rumah penerima.
Dalam penyaluran bansos, Mensos menyatakan bahwa Kemensos mendasarkannya pada data yang diterima pemerintah daerah setempat. “Kementerian Sosial menerima data dari pemda, kemudian dipadankan dan dari sana bisa ditentukan daftar penerimanya. Pendistribusiannya pun bekerja sama dengan aparat dinsos dan sudinsos langsung ke rumah penerima. Dengan mekanisme seperti ini, diharapkan penyaluran bansos sembako lebih tertib dan lancar.”
Dari yang sudah terdaftar, penerima manfaat ini adalah ribuan anggota masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Mereka antara lain berasal dari kalangan seniman jalanan, organisasi keagamaan, warga kelurahan, para pekerja informal, buruh harian, orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam perawatan (PDP), perwakilan ojek daring, dan sebagainya.
Bantuan sembako ini berisi beras 10 kg, susu UHT 1 liter, kornet 2 kaleng, sarden 2 kaleng, minyak goreng 2 liter, sambal 1 botol, teh celup 1 kotak, sabun mandi 3 buah, kecap manis 1 botol, mi instan 10 pak. Mensos menyatakan, bansos sembako ini dikemas dengan tas bernuansa warna merah dengan logo kepresidenan dan dilengkapi informasi mengenai protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus korona sehingga masyarakat diingatkan terus-menerus untuk melakukan upaya pencegahan.
“Sesuai arahan Presiden, bantuan sosial ini merupakan perwujudan negara hadir dan merupakan implementasi tagline #KemensosHADIR,” kata Mensos.
Ragam wujud kepedulian
Selain bansos sembako, Kemensos sudah meningkatkan indeks bantuan dan memperluas jangkauan penerima manfaat bansos reguler yakni Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako. PKH merupakan program bantuan sosial bersyarat bagi keluarga miskin, terutama ibu hamil dan anak, untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan dan fasilitas layanan pendidikan yang tersedia di sekitar mereka.
Sementara itu, program Sembako telah diperluas penerimanya dari 15,2 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menjadi 20 juta KPM dan peningkatan indeks dari Rp 150.000 ribu/bulan/KPM menjadi Rp 200.000/bulan/KPM. Dilakukan pula percepatan penyaluran, dari semula 3 bulan menjadi per bulan.
Sebelum itu, pada saat fase tanggap darurat akibat pandemi Covid-19, Kemensos juga mendistribusikan 300.000 paket sembako dan makanan siap saji kepada masyarakat yang berdomisili di kawasan episentrum penyebaran virus di DKI Jakarta. Untuk mendukung tugas tersebut Kemensos mengoperasikan dapur umum. Beroperasi selama 12 hari sejak 7 April 2020, dapur umum memiliki kapasitas produksi 6.000 kotak untuk sesi makan pagi dan 6.000 kotak untuk sesi makan siang.
Bantuan berupa paket sembako senilai Rp200 ribu dan nasi boks ini disalurkan antara lain untuk pekerja informal, seperti buruh harian, buruh pabrik, serta pengemudi taksi dan ojek daring. Selain sebagai respons cepat atas dampak pandemi, bantuan ini juga menjadi langkah antisipatif untuk mencegah mereka mudik.
Mereka menyatakan rasa terima kasih dan apresiasinya untuk Kemensos dengan dibagikannya bansos sembako ini. “Sejak pandemi, ojek daring sudah banyak kehilangan pendapatan. Kami kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bantuan sembako dari Kemensos datang pada saat yang tepat,” kata Jaha Nababan, perwakilan ojek daring.
Mensos mengatakan, mereka telah kehilangan mata pencaharian karena wabah Covid-19. Bantuan diharapkan memenuhi kebutuhan makan dan mencegah mereka mudik.
Untuk tenaga-tenaga kesehatan yang berdiri di garda terdepan penanganan pandemi Covid-19, Kemensos juga menunjukkan kepedulian nyatanya. Kemensos menberikan 12.000 masker, 600 hand sanitizer, dan 75 dus biskuit MPASI kepada Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet, RS Cipto Mangunkusumo, dan RS Sulianti Saroso.
“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya atas bantuan yang telah diberikan kepada RS Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet. Bantuan ini sangat bermakna di tengah-tengah kebutuhan tinggi para tenaga kesehatan terhadap alat kesehatan,” kata Koordinator Dokter Umum Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Letda Laut (K) SN Tommy Antariksa, saat menerima bantuan.
Letda Tommy menambahkan, bantuan dari Kemensos tidak hanya membantu dari sisi pemenuhan kelengkapan kesehatan bagi petugas, tetapi juga memperkuat semangat moral mereka dalam menunaikan tugas di tengah pandemi yang penuh risiko.
“Bantuan ini akan segera kami distribusikan, karena kami memang sangat membutuhkan. Sebagai gambaran, untuk alat pelindung diri (APD) saja, kebutuhan kami bisa 200–250 sehari. Jadi, ini sangat kami butuhkan. Terima kasih kepada Kemensos dan seluruh pihak yang ikut berkontribusi,” ujar Letda Tommy.
Sebelumnya Kemensos juga memberikan 20.000 APD untuk tenaga kesehatan di rumah sakit di lingkungan Kementerian BUMN. [NOV]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 22 April 2020.