Sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan, khususnya dalam menjaga kelestarian Waduk Cengklik di Boyolali, Pertamina menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Desa Energi Berdikari. Utamanya dengan mengedukasi masyarakat memanfaatkan eceng gondok di sekitar waduk sebagai sumber energi baru terbarukan.

Hal itu dijalankan dalam kegiatan pelatihan bagi Kelompok Masyarakat Ngudi Tirto Lestari di Kabupaten Boyolali yang terletak di sekitar lokasi operasi Pertamina, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Soemarmo, Minggu (14/8/2022).

Area Manager Communication, Relations, & CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, menjelaskan, Waduk Cengklik merupakan kawasan perairan di Boyolali yang tidak hanya menjadi salah satu ikon wisata alam, tapi juga memberikan dampak lingkungan dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

“Waduk buatan dengan luas genangan mencapai 300 hektar mampu menarik wisatawan setidaknya 13 ribu orang per tahun. Tidak hanya itu, waduk tersebut juga menjadi sumber mata pencaharian bagi nelayan dan sumber pengairan lahan pertanian di sekitar waduk. Setidaknya masyarakat di dua kecamatan di sekitar Waduk Cengklik, yaitu Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Nogosari menggantungkan sumber air dari waduk tersebut,” jelasnya.

Di samping potensi yang besar itu, menurut Brasto, Waduk Cengklik memiliki permasalahan tersendiri, yaitu sedimentasi waduk akibat pertumbuhan enceng gondok yang berlebih. “Hal itu menyebabkan daya tampung air yang semakin surut dari waktu ke waktu. Mengingat tanaman eceng gondok dapat terus bertumbuh dengan cepat. Jika dibiarkan tentu akan mengganggu kebutuhan air bagi orang banyak.”

Berangkat dari hal tersebut, Pertamina memberikan edukasi kepada kelompok masyarakat untuk mengumpulkan dan mengolah eceng gondok, terutama sebagai bahan bakar biogas.

“Eceng gondok yang terkumpul kemudian dicacah dan difermentasi sehingga menghasilkan biogas ke dalam suatu wadah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Salah satunya untuk memasak menggunakan kompor gas. Dari pengujian 100 kilogram eceng gondok mampu dikonversi menjadi biogas portabel dengan kapasitas 200 liter,” ujar Brasto.

Tidak hanya dimanfaatkan sebagai biogas, Pertamina juga mendorong masyarakat yang mayoritas petani di sekitar Waduk Cengklik untuk mengambil nilai manfaat eceng gondok sebagai pupuk organik padat dan cair untuk pertanian di sekitar waduk.

“Hal itu tidak hanya dapat menjaga kelestarian Waduk Cengklik, tapi juga mengurangi penggunaan pupuk kimia oleh petani, sehingga bahan yang digunakan lebih ramah lingkungan, dan memberikan penghematan serta hasil panen yang lebih sehat dan organik,” ungkap Brasto.

Ketua Kelompok Ngudi Tirto Lestari, Turut Raharjo,  merasa lega setelah menerima pelatihan yang diberikan Pertamina terkait pemanfaatan eceng gondok yang selama ini menjadi permasalahan utama di Waduk Cengklik. “Kami berterima kasih kepada Pertamina karena telah membantu kami menemukan solusi dari permasalahan yang kami alami selama ini. Bahkan memberikan nilai pemanfaatan dari masalah tersebut.”

Komitmen ESG dan kontribusi SDGs
Brasto menjelaskan, dari program CSR yang dijalankan merupakan salah satu wujud dari penerapan komitmen ESG (environment, social, governance) yang dijalankan Pertamina.

“Selain itu, program ini juga ikut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya pada poin 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim),” tutupnya. [*]