Dampak pinjaman online (pinjol) kerap menjadi perhatian banyak orang. Kita harus memahami dan mengenal perusahaan pinjol untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kita harus bersikap bijak dan arif dalam melakukan pinjol. Teliti syarat dan ketentuannya dulu, pastikan penyedia pinjol terdaftar secara resmis, serta pinjol benar-benar dibutuhkan dan bukan hanya untuk memenuhi keinginan. Dari banyaknya berita mengenai penipuan pinjol, menunjukkan masih banyak hal yang perlu diperhatikan terkait tata cara mengamankan diri di internet.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Hati-hati, Pahami Agar Tidak Terjebak Penipuan Online”. Webinar yang digelar pada Kamis, 22 Juli 2021, ini diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Sultan Takdir Ali Sabana MSos (STAIINDO), Mario Antonius Birowo PhD (Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Japelidi), Dr E Nugrahaeni Prananingrum MSi (Dosen Universitas Negeri Jakarta dan Japelidi), Eko Sugiono (digital marketer expert dan G Coach), dan Dede Fajar Kurniawan (artist manager dan social media marketer) selaku narasumber.
Nugrahaeni Prananingrum menjelaskan, modus pinjol salah satunya mengambil data pribadi dari ponsel milik peminjam. Setelah itu, penagihan dilakukan tidak hanya kepada peminjam saja, melainkan kepada seluruh nomor kontak yang ada dalam ponsel miliki peminjam.
Itulah sebabnya menjadi penting untuk menjaga data pribadi, termasuk nomor telepon kita, agak tidak ikut mencelakakan mereka yang terdekat dengan kita. Penagihan pun dilakukan dengan cara memaki, mengancam, hingga pelecehan seksual.
“Selain itu, perhatikan juga beberapa kecenderungan ini agar tidak terjerat pinjol palsu; bila pihak peminjam menawarkan bunga pinjaman tidak terbatas, penagihan dilakukan tanpa kenal waktu, nomor kontak pihak pinjol tidak selalu tersedia atau berganti-ganti, dan alamat kantor perusahaan pinjol tidak jelas,” terangnya.
Ryan Maharyadi menyampaikan, sejak 2004 ia sudah bekerja di dunia digital, khususnya cybercrime sebagai hacker. Walaupun secara pribadi belum pernah mengalami penipuan online, ia ikut membantu anggota keluarga yang pernah mengalami aksi tersebut hingga berhasil mencari identitas pelaku, termasuk foto dan alamat rumahnya. Menurutnya, kemajuan teknologi ini memang juga dapat membawa pengaruh positif dibalik terjadinya hal negatif.
Peserta bernama Mikhaela menyampaikan, berdasarkan data yang ditunjukkan tadi, Instagram menjadi platform dengan pelaporan penipuan online terbanyak. Apakah hal ini terjadi karena Instagram yang masih tidak bisa mendukung ekosistem jual beli online selengkap seperti e-commerce lainnya?
“Apa yang harus kita lakukan agar terhindar dari penipuan semacam ini, apakah harus sampai tidak menggunakan media sosial sama sekali untuk transaksi online?” sambungnya.
Sultan Takdir Ali Sabana menjawab, Instagram memiliki potensi yang besar dengan endorsement dan ajang memasarkan tertentu. Alasan kenapa media sosial menjadi target incaran para penjahat adalah karena pada 4 tahun terakhir pendapatan marketing di TV dan radio mengalami penurunan tajam. Orang-orang berbondong-bondong ke media sosial sebagai sumber media terbaru, sehingga menarik perhatian para pemasar dan produsen produk yang menunjukan hasil yang sangat efektif untuk menjadi media pemasaran.
Tiap sosial media, lanjut Sultan, mempunyai engagement yang lebih akurat dalam mengukur perhatian calon konsumer. UMKM saat ini juga telah memanfaatkan media sosial sebagai sumber pendapatan, dengan peran produsen sekaligus marketing yang lebih mudah dilakukan dalam bentuk endorsement saja. Banyaknya perpindahan user ke sosial media juga memancing para penjahat juga ikut melihat kesempatan yang lebih besar di platform media sosial ini.
“Artis pun juga dapat tertipu dengan ikut endorse produk-produk ‘bodong’ yang berujung penipuan karena tidak melakukan penelitian yang lebih detail, misal paket haji atau produk kecantikan. Tipsnya, lihat banyaknya posting-an yang dilakukan oleh akunnya. Lalu, jika kolom komentarnya ditutup maka hindari akun tersebut karena itu sebagai bentuk upaya mereka untuk menutup testimonial atau review,” jelas Sultan.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]