“Dengan hati yang penuh welas asih dan tekad untuk menyelamatkan orang lain,
Tubuh saya bagaikan samudra dharma, yang tak terikat pada perahu;
Ketika Anda bertanya apa yang saya inginkan dalam kehidupan ini?
Yaitu, kedamaian dan kebahagiaan bersinar di lima benua.”
Syair ini menggambarkan kehidupan Master Hsing Yun. Pendiri Fo Guang Shan itu telah berpulang pada 5 Februari 2023 pukul 17.00, dalam usia 97 tahun. Rasa duka menyelimuti ribuan anggota Sangha dan umat awam dari Fo Guang Shan atas kepergian seorang guru besar Buddhis yang luar biasa.
Master Hsing Yun mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan ajaran Buddha Humanistik dan merealisasikan Tanah Suci Fo Guang. Selama 56 tahun sejak berdirinya Fo Guang Shan, ia telah mendirikan lebih dari 300 vihara di seluruh dunia dan mendirikan lima universitas di Taiwan, Amerika Serikat, Australia, dan Filipina, serta Asosiasi Cahaya Buddha Internasional dengan jutaan anggota. Tak terhitung berapa banyak orang yang telah menerima manfaat dari upaya welas asihnya.
Sebarkan dharma
Master Hsing Yun lahir di Jiangdu, Provinsi Jiangsu, pada tahun 1927. Ia tumbuh dalam kemiskinan. Pada usia 12 tahun, ia menemani ibunya ke Nanjing untuk mencari ayahnya, namun tidak berhasil. Ketika melewati Biara Nanjing Qixia, ia bertemu dengan Master Zhi Kai dan menjadi muridnya.
Pada usia 15 tahun, ia menerima penahbisan penuh di biara di bawah bimbingan Ruoshun. Kuil leluhurnya adalah Kuil Yixing Dajue di Yixing, Jiangsu dan ia diberi nama Dharma Wuche dan mendapatkan julukan sebagai Jinjue, sebagai patriark ke-48 dari Aliran Linji dan patriark pertama pendiri Fo Guang.
Selama lebih dari 80 tahun, Master berusaha untuk menyebarkan Dharma, memberi ide, dan mengubah kehidupan banyak orang untuk selamanya. Ada lebih dari dua ribu orang, mengikutinya untuk menjadi anggota sangha dan terdapat jutaan umat di seluruh dunia. Ia juga telah menahbiskan lebih dari ratusan pewaris Dharma untuk meneruskan ajarannya.
Pada tahun 1967, Ia mendirikan Fo Guang Shan, di puncak bukit yang dipenuhi bambu yang terletak di distrik Dashu, Kaohsiung, dengan Empat Prinsip: untuk menyebarkan Dharma melalui budaya, untuk mengembangkan bakat melalui pendidikan, untuk memberi manfaat bagi masyarakat melalui kegiatan sosial, dan untuk memurnikan pikiran manusia melalui latihan spiritual.
Ia berdedikasi penuh untuk mempromosikan ajaran Buddha Humanistik. 56 tahun setelah berdirinya Fo Guang Shan, Ia mendirikan lebih dari 300 vihara di seluruh dunia seperti Vihara Hsi Lai di Amerika Serikat, Vihara Nan Tien di Australia, Vihara Nanhua di Afrika Selatan, dan Vihara Zulai di Brasil, yang kesemuanya merupakan Vihara Buddha terbesar di wilayahnya.
Pendiri lima universitas
Di bidang pendidikan, Ia mendirikan University of the West di Amerika Serikat, Nanhua University dan Fo Guang University di Taiwan, Nan Tien Institute di Australia, dan Guang Ming College di Filipina. Ia juga mendirikan 16 Perguruan Tinggi Buddhis, 27 galeri seni, perpustakaan, penerbit, toko buku, Perpustakaan Keliling “Air dan Awan”, lebih dari 50 Sekolah Tionghoa, Sekolah Menengah Kejuruan Chih-Kuang, Sekolah Menengah Atas PuMen, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Juntou, Sekolah Menengah Eksperimental Junyi, dan beberapa sekolah taman kanak-kanak.
Di bidang kegiatan amal, sejak tahun 1970, Ia secara berturut-turut mendirikan panti asuhan, panti jompo Fo Guang, Yayasan Welas Asih, Panti Jompo Jen-Ai, Rumah Sakit Keliling “Air dan Awan”, Klinik Fo Guang, Mobil Perlindungan Kejiwaan, serta mendukung pendirian panti jompo yang diadakan oleh pemerintah kabupaten Kaohsiung.
Ia juga mensponsori Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Fo Guang, termasuk puluhan Rumah Sakit Fo Guang di daratan Tiongkok, memimpin para anggota umat Fo Guang di seluruh dunia untuk menyumbangkan kursi roda dan mendirikan rumah darurat, mulai dari memberikan bantuan darurat, memberikan pendidikan bagi kaum muda dan merawat lansia, hingga menolong mereka lemah dan berada dalam kemiskinan.
Dalam menyebarkan Dharma melalui budaya, Ia mengawasi penyusunan Tipitaka Fo Guang dan Kamus Fo Guang. Pada tahun 1978, ia mendirikan Fo Guang Publishing House, diikuti oleh Fo Guang Shan Foundation for Culture and Education pada tahun 1988. Pada tahun 1997 mendirikan Gandha Samudra Co. dan Buddha’s Light Satellite Television (yang kemudian berganti nama menjadi Beautiful Life Television).
Pada tahun 2000, Ia membuat sejarah dengan meluncurkan Merit Times Daily News, surat kabar harian pertama yang didirikan oleh komunitas Buddhis. Sebagai seorang penulis yang produktif seumur hidup, ia menulis Karya Lengkap Master Hsing Yun, yang berjumlah 395 jilid, dengan lebih dari 40 juta kata.
Pada tahun 1992, Asosiasi Internasional Cahaya Buddha (BLIA) diresmikan di Los Angeles, Amerika Serikat. Master terpilih sebagai Presiden Kehormatan BLIA Kantor Pusat Dunia. Sejak didirikan, Asosiasi ini telah berkembang, dengan cabang-cabang yang didirikan di lebih dari 170 negara di seluruh dunia, dan menjadi organisasi komunitas Tionghoa terbesar di dunia. Pada tahun 2003, BLIA mencapai tonggak sejarah dengan secara resmi diakui sebagai anggota Organisasi Non-Pemerintah (LSM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Master, mendedikasikan seumur hidupnya untuk pendidikan, budaya dan kemajuan umat manusia, telah mendapatkan banyak penghargaan dan pengakuan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sejak tahun 1978, Ia telah dianugerahi gelar doktor kehormatan dari berbagai universitas ternama di seluruh dunia, serta gelar Kehormatan Profesor juga dianugerahkan oleh berbagai universitas di daratan Tiongkok kepada Master.
Menjembatani Hubungan Internasional
Sepanjang hidupnya, Master Hsing Yun menjalin hubungan dengan banyak pemimpin dunia, termasuk Raja Agung Bhumibol dari Thailand, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Filipina Ma Jiabao, Presiden Senuari dari Dominika, Wakil Presiden Al Gore dari Amerika Serikat, beberapa Perdana Menteri Malaysia, Pemimpin Tiongkok Yang Shangkun, Jiang Zheming, Hu Jintao, dan Xi Jinping, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dan Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Australia Tony Abbott, dan para pemimpin dari berbagai negara di Asia Tenggara, serta para mantan Presiden Taiwan, termasuk Chiang Ching-kuo, Chen Shui-bian, Ma Ying-jeou, dan Tsai Ing-wen.
Selain para pemimpin politik, Ia juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan tokoh-tokoh agama seperti Presiden Persekutuan Umat Buddha Sedunia, HSH. Putri Poon Pismai Diskul, Paus Yohanes Paulus II, dan Paus Benediktus XVI.
Dalam beberapa tahun ini, Master Hsing Yun secara aktif memajukan pendidikan budaya demi mendorong keharmonisan lintas selat dan mendukung perdamaian dunia. Warisan Master Hsing Yun akan terus hidup dan komitmennya yang tak tergoyahkan untuk menyebarkan ajaran Buddha Humanistik dan membebaskan makhluk hidup akan selalu dikenang. [*]