Perjalanan tim Ekspedisi Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Aceh–Papua mulai merambah Papua sebagai ekspedisi terakhir pada tahun 2017.

Di provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia, tim ekspedisi PAMSIMAS dan selebritas/ host acara Ricky Perdana menuju Kampung Yaba Maru, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke. Kampung yang dihuni oleh 545 kepala keluarga (KK) sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, sebesar 5 persen bekerja sebagai pedagang atau pengusaha (wiraswasta), dan sisanya bekerja sebagai tukang kayu maupun tukang batu.

Sebagai kampung bekas program transmigrasi, warga Yaba Maru pernah mengalami masa-masa sulit dalam mendapatkan air minum serta sanitasi yang buruk beberapa tahun lalu. Hal tersebut bertambah sulit saat musim kemarau karena warga Yaba Maru harus berbondong-bondong membawa timba dan jerigen menuju kolam penampungan air. Jarak rumah warga dan kolam penampungan air antara 500 meter hingga 1 kilometer.

Kondisi alam Yaba Maru yang terletak di dataran rendah mengakibatkan pada musim hujan sering terjadi banjir. Saat itu, selain sulit mendapatkan air minum, sanitasi layak pun menjadi kendala karena warga kampung suka membuang air besar sembarang.

 

PAMSIMAS masuk

Pada 2015, PAMSIMAS masuk ke Yaba Maru. Sebelum pembangunan infrastruktur PAMSIMAS dimulai, masyarakat membentuk kelembagaan desa, yaitu Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP SPAMS), yang nantinya akan mengelola sarana yang dibangun program PAMSIMAS serta mengembangkan sarana tersebut hingga seluruh warga Kampung Yaba Maru mendapatkan akses air minum aman dan sanitasi layak.

Ketua BP SPAMS “Tirta Kencana” Kampung Yaba Maru, Tursino, saat bertemu dengan tim ekspedisi PAMSIMAS mengemukakan, meski telah masuk dalam tahap perencanaan pada akhir 2014, program PAMSIMAS di Yaba Maru baru mulai dilaksanakan pada awal 2015. Sebelum program dimulai, hanya sekitar 300 jiwa yang mampu mengonsumsi air minum aman yang sudah dialirkan ke tempat tinggal mereka.

Saat ini, Yaba Maru mempunyai menara air yang berdiri sejak program PAMSIMAS merambah tanah Papua pada akhir 2014. Program PAMSIMAS dimulai dari masukan yang disampaikan oleh tim pendamping (tim fasilitator) kepada masyarakat di Yaba Maru. Tak sekadar masukan, Yaba Maru diberi bantuan langsung masyarakat (BLM) sebesar Rp 220 juta yang digunakan untuk membeli bahan bangunan, misalnya besi dan pipa, untuk membangun menara air. Sebagai upaya antisipasi sekaligus usaha meningkatkan kualitas hidup warga di Yaba Maru, maka dilakukan pipanisasi berupa 39 sambungan rumah (SR) serta pembangunan 3 unit keran umum.

Kehadiran program PAMSIMAS disambut gembira oleh warga. Kondisi kesehatan warga, utamanya anak-anak, pun terjaga. Fitrosul Ulya, warga Yaba Maru yang berprofesi sebagai bidan dan membuka praktik di rumahnya, berharap program PAMSIMAS tidak hanya berakhir di satu RW. Menurut Fitrosul, perubahan sebelum dan setelah PAMSIMAS diterapkan terlihat jelas.“Dulu di kamar mandi airnya keruh, sekarang jernih,” katanya.

Kualitas air, menurut Fitrosul, sangat menentukan kualitas kesehatan. Jika air tidak layak diminum, penyakit-penyakit seperti diare dan penyakit kulit seperti jamur kulit, kudis atau kadas yang dalam bahasa lokal Papua disebut kaskado serta herpes dan dermatitis akan menyerang  warga kampung. Penyakit-penyakit kulit tersebut sangat sulit disembuhkan. Alasannya, sekalipun pasien telah diberi obat dan proses penyembuhan telah berlangsung, jika terkena air tidak layak, pasti penyakit kulit tersebut kembali kambuh. Sementara itu, penyakit diare, selain disebabkan kualitas air minum, dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi.

“Dampak program PAMSIMAS benar-benar dirasakan oleh masyarakat,” katanya. Senada dengan Fitrosul, Maria Duagulo, sanitarian di Puskesmas Distrik Tanah Miring menjelaskan program PAMSIMAS sudah ada di empat kampung di distrik tempatnya bekerja yaitu Yaba Maru, Tambat, Kamangi, dan Ngutibob. Maria menjelaskan lanjutan dari PAMSIMAS yakni adanya program Stop Buang Air Besar Sembarang (SBABS). ’’Program SBABS mulai menunjukkan keberhasilan ketika air sudah mengalir ke rumah warga sehingga mereka dapat melakukan aktivitas buang air besar (BAB) di rumah masing-masing,’’ urainya. Program PAMSIMAS berjalan baik karena pemantauan atau monitoring yang ketat dilakukan secara intensif oleh sanitarian. “Semoga PAMSIMAS bisa dilanjutkan ke desa-desa lain,” ujarnya.

Program PAMSIMAS terus berjalan baik dengan diperkenalkannya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Dengan adanya program tersebut, sejumlah penyakit yang diakibatkan oleh buruknya sanitasi seperti diare dan kudis termasuk cacingan menurun drastis, bahkan sudah jarang ditemukan. Pada anak-anak balita, ketersediaan air untuk ibu dan anaknya juga mampu meningkatkan kualitas kesehatan hidup keluarga menjadi lebih baik.

Koordinator PamsiMas Provinsi Papua Adi Wahyono Bethel mengutarakan, respons warga sangat positif. Sumur-sumur warga yang sebelumnya airnya keruh dan berbau setelah program PAMSIMAS dilakukan menjadi jernih dan tidak berbau. Tujuan dari program PAMSIMAS, menurut Adi, memang mendekatkan air minum yang aman kepada masyarakat. Program PAMSIMAS terus-menerus dikembangkan hingga menjangkau seluruh warga di berbagai kampung.

 

Kerja sama empat kementerian dan lembaga

Keberhasilan program PAMSIMAS ini juga sebagai keterlibatan dari Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes-PDTT), serta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Kerja sama dari empat kementerian dan satu lembaga/Bappenas yang terlibat dalam pelaksanaan program PAMSIMAS berjalan baik.

Kementerian PUPR membuatkan infrastruktur yang baik seperti adanya menara air berdiri di Yaba Maru. Sementara itu, perubahan perilaku hidup masyarakat terlihat dari fasilitas sanitasi yang berada di rumah warga. Kemendes dan Kemendagri memberi dukungan sumber daya manusia (SDM) mulai dari aparatur desa hingga pendamping di lapangan.

Program PAMSIMAS III yang perencanaannya telah dimulai pada 2017 ini diterapkan di 12 kabupaten di Provinsi Papua, yaitu Jayawijaya, Mimika, Nabire, Kepulauan Yapen, Waropen, Paniai, Mappi, Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, Tolikara, Merauke, dan Asmat.

Kementerian yang ikut menyukseskan program Pamsimas ini diwakilkan oleh pejabat  Kementerian yang hadir di kampung Yaba Maru sebagai ekspedisi Pamsimas penutup di tahun 2017.  Mereka yakni  Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr Imran Agus Nurali SpKO, Ketua CPMU (Central Project Managenemt Unit) PAMSIMAS Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Ir Tanozisochi Lase MSc, Direktur Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna (PSDA-TTG) Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes-PDTT) Dr Suprapedi MEng, Kepala Sub Direktorat Fasilitasi Kerjasama Pemerintah Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri Ir Zamzani B Tjenreng MSi.

Direktur PSDA-TTG Kementerian Desa-PDTT Dr Suprapedi M.Eng mengutarakan, dalam pengembangan program ke depan, instansi dari kementerian-kementerian yang terlibat dalam program PAMSIMAS akan memanfaatkan data yang dimiliki antara lain berasal dari situs Pamsimas.org, data STBM, dan data potensi desa yang akan disurvei oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018. “Seluruh data yang kita miliki akan kita kaji dan analisis,” ujarnya.

Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dr Imran Agus Nurali SpKO yang ikut hadir di Yaba Maru mengemukakan, kolaborasi yang dilakukan oleh beberapa kementerian dalam program PAMSIMAS lebih dimaksimalkan lagi dan dipertahankan ke depan.

Selain pembangunan infrastruktur, perubahan perilaku masyarakat di tempat program PAMSIMAS sangat menentukan sukses atau tidaknya sebuah program. Pendekatan-pendekatan religius yang dilakukan oleh tokoh-tokoh keagamaan kepada masyarakat, menurut dr Imran sangat dibutuhkan untuk mengubah perilaku masyarakat. “Keduanya (infrastruktur dan perubahan perilaku) harus bersinergi,” ujarnya.

Sementara itu Ir Tanozisochi Lase MSc dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mewakili executing agency, sekaligus Ketua CPMU PAMSIMAS, mengatakan bahwa tahapan program Pamsimas di tingkat masyarakat diawali dengan tahap perencanaan yang ditandai dengan tersusunnya dokumen Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM ProAKSi) dan dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) oleh masyarakat. RKM berisi tentang berbagai rencana kegiatan program yang akan dilaksanakan di masyarakat dan meliputi antara lain: rencana pembangunan sarana Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan sarana sanitasi di sekolah, rencana peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta rencana pengelolaan SPAM terbangun.  “Setelah disusun rencana, baru dilanjutkan tahap pelaksanaan,” pungkasnya.

Pada tahap pelaksanaan, berbagai kegiatan program dikelola oleh Satuan Pelaksana (Satlak) PAMSIMAS yang bekerja di bawah koordinasi Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) yang dibentuk dan beranggotakan perwakilan masyarakat desa. Setelah pekerjaan konstruksi SPAM selesai dikerjakan, dilakukan uji keberfungsiannya. Pada tahap penyelesaian pekerjaan tersebut, terjadi transfer of knowledge mengenai pengoperasian dan pemeliharaan SPAM terbangun kepada BP SPAMS, sebelum akhirnya dilakukan serah terima pengelolaan secara resmi dari Pemerintah Desa dan KKM kepada BP SPAMS.

Kampung Yaba Maru menurut Lase sudah cukup bagus dalam pelaksanaan teknis program PAMSIMAS. Namun, ada hal yang perlu ditingkatkan yaitu kapasitas fasilitator di lapangan terutama terkait pemilihan dan perlakuan sumber air (proses pengolahan jika diperlukan) yang akan digunakan.

Adanya kolaborasi  yang dilakukan Lintas Kementerian/lembaga ini merupakan bukti perwujudan komitmen untuk mendukung pencapaian akses universal air minum aman dan sanitasi layak tahun 2019 sebagai program Nasional melalui program PAMSIMAS. [*]

 

gambar : www.pu.go.id

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 30 Desember 2017