Di era digital ini, terlebih karena adanya pandemi Covid-19, kegiatan belajar-mengajar telah dilakukan secara online. Hal tersebut kadang membuat kesulitan terutama bagi orang tua dalam membimbing anak yang sedang belajar dalam penggunaan teknologi. Untuk menghindari hal tersebut, pertama para orang tua harus lebih cakap digital agar tidak terkalahkan oleh anak dalam penggunaan media digital.
Ketika kita sudah menguasai literasi digital, termasuk kecakapan dalam mengoperasikan dan memanfaatkan media digital, maka orang tua akan mampu secara tepat memilih aplikasi dan konten yang bermanfaat bagi anak dalam proses pembelajarannya.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Pelajar Berprestasi di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 1 September 2021 pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Alviko Ibnugroho, S.E., M.M. (Financologist, Motivator Keuangan & Kejiwaan Keluarga & IAPA), Deden Hidayatullah, S.Pd.I (Kepala Divisi Sufi Training Center), Adang Nurdin M.S., M.Pd. (Direktur Sumber Daya Manusia Idrisiyyah Foundation, Novita Sari (Aktivis Kepemudaan Lintas Iman), dan Riska Yuvista (Miss Halal Tourism Indonesia 2018) selaku narasumber.
Belajar
Dalam pemaparannya, Adang Nurdin M.S., M.Pd. menyampaikan, “Kita tidak bisa lari dari perkembangan zaman. Saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. Kini dengan kemajuan teknologi, belajar tidak lagi harus pergi ke sekolah, dan membaca buku cukup dengan smartphone di mana saja dan kapan saja.”
Belajar itu beragam ada belajar secara formal, dan sekarang memang pembelajaran tidak lagi dilakukan secara tatap muka. Kita tidak boleh mengeluh dengan kondisi ini, justru dituntut peranan orang tua. Kedua, pahami bahwa belajar itu dengan banyak membaca, dan yang perlu diwaspadai adalah teknologi memberi kemudahan, tetapi di samping itu ada dampak-dampaknya yang negatif pula. Ketidakpahaman ini melahirkan persoalan dalam penggunaan media digital.
“Jika kita salah menggunakan media digital, dapat terjadi hal seperti berlebihan berselancar di dunia digital atau kecanduan, sering terprovokasi dengan hoaks, dan dapat mengonsumsi konten-konten media digital yang tidak edukatif,” ujarnya.
Riska Yuvista selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, saat ini orang percaya dengan apa yang mereka dengar dan lihat, makanya kita dituntut untuk cakap digital, salah satunya dengan mem-branding diri kita. Ketika kita melakukan hal yang salah sedikit saja, jejak digitalnya jahat sekali. Ia mengingatkan kita untuk gunakan jari-jari kita sebaik-baiknya dan jangan asal komentar.
Era revolusi teknologi berkembang dengan cepat, semuanya serba menggunakan internet. Tantangan sekarang kita diupayakan untuk mengasah diri untuk membuat hal yang berbau kreativitas, serta memposting hal-hal yang positif dan bermanfaat. Ia pun melihat internet sebagai mediator kita untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran. Kita bisa saling edukasi dengan teman dan sesama pengguna media digital.
Ia juga sampaikan kepada para pengajar untuk jangan menuntut siswa untuk hanya mendapatkan nilai bagus, tetapi juga berikan tugas-tugas yang bisa melatih skill-nya dengan memberikan metode pengajaran yang tidak hanya bermanfaat hari ini, tetapi juga untuk ke depannya.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Muhammad Rifki menyampaikan pertanyaan “Solusi apakah yang efektif untuk mengikuti metode belajar daring dan tidak menyurutkan semangat pelajar untuk terus berprestasi?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Novita Sari, bahwa “Kita harus lebih berkreasi lagi ketika dapat tugas, misalnya dengan mencari inspirasi di YouTube. Saat ini sangat terbuka sekali teknologi untuk mencari hal-hal yang membantu kita untuk menjadi lebih kreatif. Untuk para pengajar juga banyak platform digital juga yang dapat menarik peserta didik untuk lebih kreatif.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.