Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Dakwah yang ramah di Internet”. Webinar yang digelar pada Selasa (29/6) di Kota Tangerang selatan itu, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Puji F Susanti – Kaizen Room, Yusuf Mars – Pemred PadasuukaTV, Luqman Hakim – Content Writer, dan Denisa N Salsabila – Kaizen Room.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Puji F.Susanti membuka webinar dengan mengatakan, diperlukan kompetensi literasi digital ketika berselancar di internet.

“Sesuai 4 pilar digital skills (Cakap bermedia digital), kita akan belajar tentang pengetahuan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak,” kata Puji. Selain itu, ia menyebut bahwa pengguna internet harus memiliki pengetahuan dasar penggunaan mesin pencarian secara tepat dan memilih berita yang benar.

“Tak kalah penting, pengetahuan dasar tentang aplikasi perpesanan dan media sosial, berikut kaidah berkomunikasi dan berinteraksi,” papar Puji.

Yusuf Mars menambahkan, dirinya mengajak masyarakat untuk membuat konten agama yang positif di media sosial. “Kelebihan dunia digital ialah menembus batas dan penyerapan informasinya lebih luas. Fungsi sosmed dapat menambah persaudaraan, penyebar informasi, dan memperluas networking,” katanya.

Ia menambahkan, problem sosial keagamaan di dunia maya maupun nyata mulai bermunculan. Diantaranya sikap intoleran yang mulai marak, cikal bakal pemahaman radikal, sehingga memicu konflik.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika akan membuat konten keagamaan. Pertama jangan menyinggung polemik dan persoalan yang menyingggung SARA, lalu menjalankan nilai-nilai Pancasila dan Kebhinekaan.

“Merumuskan visi dan misi penyampaian pesan keagamaan yang memegang teguh pada landasan etik dan moral, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Konten selalu disesuaikan dengan kebutuhan masa kini dan kecenderungan masyarakat sekarang. Tidak provokatif, tidak mengundang unsur kebencian, dan hoaks,” papar Yusuf.

Sementara Luqman Hakim mengatakan, rendahnya literasi digital menyebabkan seseorang ter-deindividuasi, yang membuatnya berani melakukan hal-hal yang negatif sebab merasa aman bersembunyi dibalik layar gadget.

Maka dari itu, diperlukan “think before posting”. Pertama, is it true? apakah postingan kita sesuai fakta?, lalu is it hurtful? apakah postingan kita dapat menyinggung orang lain?, is it illegal? apakah postingan kita melanggar hukum?, is it necessary? apakah konten kita perlu dibagikan?

“Dan terakhir adalah is it kind? apakah bahasa yang kita gunakan sudah santun?,” papar Luqman. Tak kalah penting, “Pahami Bhinneka Tunggal Ika dan pancasila dan pahami digital agar kita damai bermedia”.

Sebagai pembicara terakhir, Denisa N Salsabila ada beberapa prinsip tangkas berinternet. Yakni cerdas berinternet, cermat berinternet, tangguh berinternet, bijak berinternet, dan berani berinternet.

“Masih banyak broadcast dari whatsapp mengenai informasi palsu, jadi jangan sampai tergiur dan terburu buru, apalagi informasi tersebut berkedok agama dan donasi kebaikan,” jelasnya.

Denisa mengatakan, masyarakat bisa melakukan beberapa cara aman berinternet. Pertama gunakan password yang sulit & selalu log out jika akun log in di perangkat lain dan rutin menggantinya.

Lalu aktifkan pengaturan privasi ganda di akun pribadi, jelajahi situs internet yang terpercaya, hapus history penulusuran online, dan meminimalisir penggunaan free wifi publik.

“Secara umum, kita harus Jaga. Yakni Jangan asal transfer uang ke siapapun, Aamankan data pribadi, Gunakan identifikasi, dan Adukan hal yang mencurigakan,” pungkasnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Mulyadi Permana mengatakan bahwa ia bersama rekan-rekannya, merupakan anggota Remaja Masjid Ditempatnya.

Ia ditugaskan memegang sosmed masjid untuk menyebarkan infromasi dan dakwah melalui internet. menurut ibu Puji sosial media mana yg lebih tepat untuk kami memulainya?

“Mungkin kita bisa lihat konten-konten yang bagus terkait tentang dakwah dan agama dan yang paling banyak itu di Instagra. Kenapa? karena disitu kita bisa share juga video bareng-bareng, apalagi sekarang ada banyak fitur di Instagra, yang bisa dimaksimalkan. Jika sudah, baru kemudian kita coba lagi di youtube. Atau prefer di facebook juga gak masalah,” jawab Puji.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.