Bekerja dan bersekolah pada masa pandemi Covid-19 yang banyak dilakukan di rumah membuat penggunaan media digital juga semakin lama. Namun, perlu diingat bahwa interaksi yang terlalu lama atau besar dengan gawai juga memberikan dampak yang tidak sehat. Hal ini diungkap dalam webinar “Literasi Digital untuk Generasi Layar Sentuh” pada Senin (21/6/2021).

Pada webinar dengan tema “Literasi Digital untuk Generasi Layar Sentuh!” yang diselenggarakan khusus bagi 14 kabupaten/kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Trisno Sakti Herwanto SIP MPA (IAPA), Novita Sari (aktivis kepemudaan Lintas Iman), Dr Ahmad Ibrahim Badry (dosen Universitas Indonesia), dan Denisa N Salsabila (Kaizen Room).

Tangkas berinternet

Trisno Sakti Herwanto SIP MPA membuka webinar dengan mengatakan, “Generasi layar sentuh membuat kita reflektif, dalam artian, aksi kita kini reaksional dan akan merespons di dunia digital tanpa berpikiran lebih lanjut dan ingin merespons secepat-cepatnya.” Selain itu, ia mengingatkan bahwa perilaku di ruang publik digital sama seperti di dunia nyata; terdapat ranah publik, atau yang berkaitan dengan ranah kolektif (isu dan kepentingan bersama warga), dan ranah privat, atau yang berkaitan dengan ranah individu (isu dan kepentingan individu). “Ranah privat pun masih bisa berisiko meninggalkan jejak digital, misalnya kebocoran database atau mengumbar pesan pribadi sesorang. Meski percakapan pada aplikasi adalah ranah privat, tetap terdapat kemungkinan besar bocor ke ranah publik, seperti forward, screenshot chat, dan screen recording. Perlu disadari bahwa aplikasi percakapan sering kali dikombinasikan dan dilengkapi fitur media sosial agar semakin bersifat publik,” ingatnya. Batasi berbagi informasi ke orang lain dan waspadai tautan yang tidak perlu untuk dibuka.

Novita Sari dalam pemaparannya menjelaskan bahwa pada survei Digital Civility Index oleh Microsoft pada 2020, sebanyak 47 persen netizen Indonesia tergolong pernah ikut bullying atau perundungan, dengan 19 persen menjadi target perundungan. “Berdasarkan lintas generasi, milenial (54 persen) dan gen-Z (47 persen) merupakan kelompok yang paling sering dijadikan target, diikuti dengan gen-X (39 persen), dan boomers (18 persen). Hal ini menunjukkan bahwa etika dan etiket sangat diperlukan dalam berinteraksi di dunia digital,” ia sampaikan mengingat bahwa masyarakat Indonesia menggunakan internet selama hampir 8 jam per harinya.

Dr Ahmad Ibrahim Badry dalam pemaparannya menjelaskan bahwa pilar digital culture bermanfaat agar generasi muda dapat membayangkan budaya digital masa depan, termasuk model interaksinya. “Budaya digital pada masa yang akan datang akan bertumpu kepada teknologi-teknologi terbaru yang dikembangkan di dalam information communication technology atau teknologi informasi dan komunikasi. Dalam mempersiapkan kemajuan budaya digital tersebut, terdapat hal-hal yang harus dipahami, seperti perubahan interaksi sosial budaya di dunia siber,” ia sampaikan. Contoh yang ia berikan adalah kombinasi dari komunikasi interaktif yang ada di dunia siber akan mengubah banyak pola sosial budaya yang terjadi sekarang ini, misalnya dengan berinteraksi sepenuhnya dengan mesin (robot), mengeksplorasi kemungkinan blended reality yang mengaburkan realita, atau mencoba menjadi setengah cybernetic organism (cyborg).

Denisa N Salsabila menjadi narasumber terakhir dan menjelaskan kepada peserta webinar mengenai perilaku pengguna internet Indonesia. “Alasan utama mengakses internet di Indonesia adalah untuk menerima informasi terbaru, lalu pekerjaan, menghabiskan waktu luang, sosialisasi, lalu diikuti dengan pendidikan, hiburan, dan bisnis. Karakteristik masyarakat digital adalah cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur karena mudahnya kebebasan berekspresi di internet. Kita senang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial dan terbiasa untuk belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari,” jelasnya. Terkait itu, ia juga ingatkan untuk menerapkan prinsip tangkas berinternet, yaitu dalam berinternet harus cerdas, cermat, tangguh, bijak, dan berani.

Interaksi terlalu besar

Saat sesi tanya jawab, ada peserta webinar yang bertanya mengenai generasi layar sentuh yang sangat aktif bermain gadget dengan memainkan game online sehingga muncul kekhawatiran terhadap gangguan perkembangan anak-anak pada masa depan. Sehubungan dengan hal itu, adakah upaya pemerintah untuk mem-filter game online agar dibatasi penggunaannya? Trisno Sakti Herwanto SIP, MPA menjawab “Interaksi yang terlalu besar dengan dunia digital dan gawai memang tidak sehat. Contohnya, radiasi dari device dapat mengganggu jaringan otak kita. Jika dikaitkan dengan pemerintah, dunia digital berkembang lebih pesat daripada aturan terhadap hal tersebut. Kita dapat membantu pemerintah untuk memberi saran terhadap hal-hal siber yang harusnya dikontrol di dunia digital melalui Badan Siber dan Sandi Negara yang mengurus aktivitas kejahatan di dunia maya.”

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, “Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital.” Ia juga memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional. “Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkret di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden Joko Widodo.

Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.