Di masa pandemi ini, banyak terjadi penipuan di ranah digital apalagi sejak penggunaan media digital semakin intens. Penipuan digital paling banyak terjadi pada generasi yang lebih tua karena mereka merupakan digital immigrants yang masih dalam tahap memahami penggunaan media digital secara baik dan benar. Sebagian besar dari mereka masih perlu diingatkan untuk tidak menyebarkan informasi pribadi secara sembarangan, juga informasi orang lain. Selain itu, mereka juga harus ingat untuk tidak asal klik tautan yang diterima lewat chat ataupun saat berselancar, karena bisa berisiko mengancam keamanan perangkat yang mereka gunakan dan bahkan menghasilkan kebocoran data. Bahkan mereka juga harus waspada dengan penipuan di e-mail dengan berpura-pura menjadi customer service dari e-commerce, dan meminta data KTP pribadi.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Keamanan Berinternet: Mencegah Penipuan di Ranah Daring”. Webinar yang digelar pada Selasa, 3 Agustus 2021 pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir A Zulchaidir Ashary (Kaizen Room), Misbachul Munir (Enterpreneur & Fasilitator UMKM Desa), Mathelda Christy Natalia T (Kaizen Room), Ismita Saputri (Kaizen Room), dan Jonathan Jorenzo (Content Creator & Entrepreneur) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, A Zulchaidir Ashary menyampaikan informasi penting bahwa “Digital skill itu sangat dibutuhkan untuk menjamin keamanan kita dalam berselancar di internet dan menggunakan media digital. Dengan memiliki digital skill, kita jadi memahami teknologi informasi yang ada di perangkat yang kita gunakan. Kita harus mampu menjaga privasi di internet dengan mengaktifkan verifikasi dua langkah, menghindari link-link yang mencurigakan, dan jangan follow akun-akun yang tidak di kenal.”
Jonathan Jorenzo selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia memanfaatkan media sosial untuk membuat konten. Ia mulai mengenal internet saat SMP, sekitar tahun 2008 sampai 2009, dan sejauh ini ia merasakan lebih banyak manfaat positifnya dari pada negatifnya. Selain menjadikan pekerjaannya lebih simple dan mudah, ia juga merasa sangat terbantu dalam berkarya dan mencari informasi. Tetapi, ia juga mengakui masih banyak hal-hal negatif di luar sana akibat penyalahgunaan internet. Akhir kata ia ingatkan untuk harus bisa waspada dan lebih cerdas saat berselancar di dunia maya.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Puji menyampaikan pertanyaan “Melihat banyaknya penipuan yang telah terjadi melalui medsos, mungkinkah dibuatkan web atau akun khusus atau sejenisnya untuk melacak dan memblokir akun-akun yang dirasa aneh sehingga bisa mencegah penipuan yang mungkin terjadi pada masyarakat?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Misbachul Munir, bahwa “Kita sebagau pengguna media digital harus rajin berpartisipasi untuk melaporkan segala bentuk penipuan yang terjadi. Cara kerja penipu online itu berbasis pada data, dan jumlah penipu dan korban juga banyak. Partisipasi bagi kita yang telah atau sedang mengalami penipuan adalah harus lebih berhati-hati dan segera memberitahu orang-orang sekitar agar lebih hati-hati. Ini lebih butuh partisipasi agar menjerat perbuatan yang tidak menyenangkan. Kuncinya adalah partisipasi masyarakat dengan melakukan pelaporan.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.