Kemampuan untuk menyaring informasi, utamanya konten negatif, amat dibutuhkan di ranah digital. Untuk itu, penting menerapkan tata kelola etika digital. Hal itu mengemuka dalam webinar “Menegakkan Etika dalam Pergaulan Dunia Maya”, Rabu (16/6/2021).

Webinar diselenggarakan khusus bagi 14 kabupaten/kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten. Webinar mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Hayuning Sumbadra (Kaizen Room), Luqman Hakim (Content Writer), Rusman Nurjaman (Peneliti Lembaga Administrasi Negara), dan Daniel John M (Kaizen Room).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Aina Masrurin membuka webinar dengan menyampaikan, “Ada tiga kelompok masyarakat yang mampu memberi pengaruh di ruang digital. Mereka adalah generasi muda yang berani berinovasi dan tertarik mencoba hal baru, perempuan yang lebih detail, memperhatikan brand, setia, dan lebih mudah merekomendasikan, serta pengguna internet yang menjadi penghubung secara sosial dan kontributor konten di dunia digital.”

Kompetensi kritis

Ia menekankan, bagi masyarakat Indonesia, diperlukan kompetensi kritis pengguna untuk dapat menyaring informasi yang diperoleh.

Rusman Nurjaman kemudian menjelaskan, “Indeks Keadaban Digital menunjukan Indonesia menempati peringkat ke-29 dari 32 negara yang disurvei. Hal yang diukur dalam indeks tersebut yaitu hoaks, penipuan, fraud, perundungan, berita bohong, pelecehan, dan diskriminasi.” Hal ini harus diperhatikan oleh masyarakat digital Indonesia, terutama terkait etika digital.

“Etika digital definisinya adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Bertindak etis di ruang digital adalah dengan cara menganalisis dan memverifikasi konten negatif, tidak mendistribusikan konten negatif, dan berkolaborasi untuk perangi konten negatif,” ujarnya.

Luqman Hakim kemudian memaparkan, “Realitas dunia maya adalah realitas baru yang seharusnya tidak mengubah seseorang menjadi berbeda dari realitas di dunia nyata. Masalahnya, literasi digital yang rendah menyebabkan orang jadi berani melakukan hal-hal negatif sebab merasa aman bersembunyi di balik layar gadget.”

Untuk memerangi itu, ia menambahkan, perlu dipahami nilai-nilai kemanusiaan dan memahami cara kerja dunia digital.

Privasi digital

Hayuning Sumbadra melanjutkan webinar dengan pemaparannya seputar pentingnya literasi digital untuk keamanan privasi digital.

“Literasi digital dianggap sangat penting untuk mengikuti perkembangan di dunia yang semakin maju saat ini. Diharapkan masyarakat pengguna internet selalu bertanggung jawab atas informasi yang mereka peroleh, termasuk di dalamnya menjaga keamanan data dan privasi mereka di internet. Indonesia negara yang sering diserang dengan malware, yaitu software jahat yang merusak perangkat keras,” ujarnya.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan proteksi perangkat lunak dengan melakukan enkripsi, yaitu proses penyandian pesan sehingga hanya mereka yang berwenang dapat melihat data yang dapat membacanya.

Saat sesi tanya jawab, ada pun peserta bertanya terkait etika pergaulan dunia maya, bahwa memang penting dan kita harus beretika dengan selalu menebar hal-hal yang baik. Namun, bagaimana cara mengubah mindset seseorang jika ia menganggap hal itu sebagai pencitraan di dunia maya.

Daniel John M menanggapi, “Branding diri sendiri itu boleh dan sah-sah saja selama tidak melanggar etika, bahkan aturan yang berlaku di indonesia.  Kalau membagikan sesuatu yang misalnya mem-branding-kan seolah-olah olahragawan, tetapi kenyataan yang dibagikan informasinya berbeda, itu risiko yang akan ditanggung orang tersebut.”

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, “Literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital.”

Presiden juga memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional. “Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkret di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden Joko Widodo.

Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital, sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.