Etika digital merupakan tanggung jawab moral di dunia digital yang menentukan baik buruknya tingkah laku manusia, baik secara individu ataupun kolektif. Etika digital mencakup kebebasan berbicara, tanggung jawab sosial, hak cipta, serta hak kekayaan intelektual. Belajar adalah proses untuk memperoleh pengeatahuan baru (knowledge) dan bisa dilakukan dari keluarga, di sekolah, ataupun di masyarakat.
Di era pembelajaran daring ini, orang tua sifatnya mendampingi anak yang sedang melakukan kegiatan belajar. Walau sudah dibantu dengan teknologi yang canggih, perlu diingat bahwa teknologi hanyalah sebuah alat atau kendaraan untuk mencapai tujuan. Orang tua masih perlu membimbing sang anak agar memanfaatkannya secara baik dan benar, dan juga agar mereka dapat mengatur waktu dengan cerdik dan bijaksana selama penggunaannya.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Tantangan dan Peluang Pembelajaran Jarak Jauh”. Webinar yang digelar pada Senin (16/8/2021) pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Zahid Asmara (Art Enthusiast), Tutik Rachmawati, Ph.D. (Director of Center for Public Policy & Management Studies Parahyangan Catholic University & IAPA), Oetari Noor Permadi (Praktisi Pendidikan & Budaya), Septiandy (Akademisi & Penggiat Sosial), dan Brigita Ferlina (News Presenter) selaku narasumber.
Survei
Dalam pemaparannya, Tutik Rachmawati, Ph.D. menyampaikan, “Menurut data sebuah survei, hanya 8 persen orang tua melek teknologi. Survei ini telah diadakan terhadap sebanyak 602 guru di 14 provinsi. 67 persen orang tua merasa pembelajaran jarak jauh ini mahal, dan 80 persen orang tua golongan ekonomi lemah (dengan pendapatan di bawah 1 juta) merasakan bahwa ini bahkan sangat mahal. Jakarta adalah provinsi dengan angka yang paling tinggi terhadap keluarga yang mempunyai akses internet di rumahnya.”
Menurut survei tersebut, tambahnya, hal yang menyulitkan pada saat pembelajaran jarak jauh adalah tugasnya menumpuk, tidak ada kuota internet, waktu belajar sempit, dan alat kurang mendukung. Adapun fakta bahwa ketika siswa-siswa mengakses internet, mereka lebih banyak menggunakannya untuk media sosial dan hiburan.
“Oleh karena itu, penting untuk mengetahui berbagai contoh platform belajar dan memanfaatkan materi-materi dari platform mereka karena banyak juga materi yang disediakan secara gratis,” ujarnya.
Brigita Ferlina selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, literasi digital ini sangat terkait dengan pembelajaran; dengan kita melek digital, kita menjadi mengetahui cara menggunakan berbagai aplikasi dan tools yang dapat kita gunakan dalam proses belajar-mengajar.
Menurutnya, kalau hanya fokus terhadap kekurangan dari belajar daring, lebih baik jangan. Memang mau tidak mau kita harus beradaptasi dengan era digital ini. Ia juga menyampaikan bahwa semakin lama mesin juga akan lebih pintar dari kita, dan untuk itu kita harus beradaptasi dengan menyeimbangkan kemampuan kita sebagai pengguna media digital dengan kemajuan teknologi dan mesin agar tidak tergantikan.
Selain itu, ia juga beri masukan agar para pengajar memberikan sesuatu yang membuat murid-murid itu melek teknologi, seperti mengajarkan cara kerja berbagai software yang ada untuk dimanfaatkan, bisa dalam bentuk kuis dan gim agar murid-murid mendapatkan hiburan sekaligus edukasi.
Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Nanda M menyampaikan, “Saat pembelajaran dilakukan secara online, terkadang membuat beberapa murid melakukan kecurangan dalam kegiatan belajar; ada yang suka mengakali sistem ataupun mengakali para pengajar. Terkait ini adakah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang dilakukan oleh para siswa saat pembelajaran online?”
Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Septiandy. “Biasanya para siswa itu kameranya dimatikan, maka antisipasinya pengajar mewajibkan untuk menyalakan kamera. Walaupun kita juga tidak bisa melihat secara keseluruhan, biasanya saya juga minta jelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan. Mengingat siswa-siswi yang melakukan kecurangan ini tidak memperhatikan penjelasannya, jadi kalau saya terus tanyakan, mau tidak mau mereka memperhatikan. Kita harus selalu cari cara untuk menerapkan kedisiplinan dalam belajar.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.