Keistimewaan Singapura terasa dari passion para penduduknya untuk menjadi yang terbaik. Economist Intelligence Unit dalam Indeks Kualitas Hidup menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Salah satu devisa tersebut didapatnya dari pariwisata.

Semua hal itu bisa diraih oleh Singapura karena kesungguhan penduduknya untuk memajukan negara ini. Passion make possible, inilah salah satu spirit yang dimiliki oleh Singapura. Negara yang memiliki penduduk dari berbagai etnis ini menjelma menjadi sebuah negara yang unik. Budaya yang beragam pun berkembang dan tumbuh dengan damai. Salah satu pengaruh yang menarik dengan adanya multi etnik ini adalah kuliner.

 Sentuhan peranakan

Di Singapura, wisatawan dapat berkelana cita rasa kuliner, salah satunya kuliner Peranakan. Malcolm Lee adalah salah satu penduduk Singapura yang berani untuk mewujudkan passion-nya dengan menjadi seorang koki.

Kemampuannya dalam meracik cita rasa peranakan menjelma di sebuah restoran yang bernama Candlenut. Dengan kesungguhan dan rasa cinta yang mendalam, Candlenut mampu dibawanya menjadi restoran peranakan pertama di dunia yang mendapatkan penghargaan Michelin-starred pada 2016 dan 2017.

Di restoran ini, kita dapat menikmati perpaduan hidangan tradisional China dan Malaysia yang otentik dengan sentuhan kontemporer. Candlenut terletak di Block 17A Dempsey Road tersebut. Kita bisa memilih lebih dari 40 hidangan, mulai dari hidangan pembuka, aneka sup, makanan utama, sampai hidangan penutup baik untuk makan malam maupun makan siang. Terasa spesial.

 Restoran Michelin-starred

Bukan hanya Candlenut, Singapura memiliki restoran lain yang juga mendapatkan Michelin-starred. Bayangkan, di negara ini, kita dapat menjumpai banyak restoran yang cita rasanya telah diakui dunia.

Cut oleh Wolfgang Puck, yang “mendefinisikan” kembali steakhouse Amerika. Menawarkan sederetan pilihan daging sapi terbaik yang dipanggang di atas kayu keras dan arang. Cut menyajikan keahlian mengolah daging yang sebenarnya dan mampu memberikan sensasi santap malam spesial dalam suasana kontemporer.

Lalu, ada Corner House, dengan sentuhan gastro-botanica. Inilah racikan hidangan kontemporer baru gubahan koki Jason Tan, koki Corner House nan menawan yang telah menyabet gelar penghargaan lokal nan bergengsi, Best New Restaurant pada The Peak’s 2015 G Restaurant Awards.

Selanjutnya, Hong Kong Soya Sauce Chicken Rice & Noodle. Gerai kaki lima yang mendapatkan penghargaan Michelin-starred bintang satu ini adalah milik Chan Hon Meng. Tempat ini menyajikan nasi panggang lezat, nasi dan mi char siew, serta dua menu andalan lain yang sesuai dengan nama gerai tersebut.

Kemudian, The Kitchen at Bacchanalia. Dikelola oleh koki keturunan Jerman-Brasil bernama Ivan Brehm—yang mengasah kemampuannya di restoran berbintang tiga Michelin seperti The Fat Duck dan Per Se milik Thomas Keller di New York—restoran berkapasitas 36 kursi ini menyuguhkan hidangan perpaduan nan inovatif, seperti risotto kelapa dan uni pasta. [IKLAN/*/ACH]

Foto-foto dokumen Singapore Tourism Board

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 3 Oktober 2017