/CERITA

Oleh : Yenny

Siapa yang tak kenal dengan es kopi susu? Minuman ini sekarang menjadi primadona, terutama di berbagai linimasa media sosial. Padahal, kita sendiri bisa membuat minuman ini.

Es kopi susu, racikan kopi yang telah lama hadir dan dikenal ini, belakangan menjadi tren di kalangan generasi muda. Saya perhatikan, ini bermula dari kemunculan Toko Kopi Tuku di Cipete, Jakarta Selatan. Bukan kedai kopi mewah, hanya tempat jualan kopi susu yang tidak terlalu besar. Dengan banderol harga Rp 18.000, es kopi susu tetangga khas Tuku menjadi trending topic di kalangan foodies.

Saya pun tidak ketinggalan mencobanya saat mereka membuka cabang di Senopati, Jakarta Selatan. Rasa manis dari brown sugar yang “hadir” dalam kopi susu ini, bisa jadi bahan yang membuat orang ketagihan dan antrean pembeli pun menjadi pemandangan yang biasa di kedai kopi tersebut. Bahkan, banyak pula yang memesannya via aplikasi ojek online. Presiden Jokowi pun pernah menyambangi kedai kopi ini untuk mencoba es kopi susu ala barista Tuku.

Tingginya minat terhadap es kopi susu ala Toko Kopi Tuku, es kopi susu lain dari kedai kopi lain pun bermunculan. Peminatnya juga banyak. Mereka seakan “berlomba” menyajikan es kopi susu dengan beragam nama yang unik. Contohnya, es kopi susu kampung, es kopi yang itu, es kopi manatahan, es kopi susu bersahaja, es kopi susu sayang, sampai es kopi susu mantan.

Melihat fenomena ini, awalnya saya agak heran mengapa jadi begitu banyak penggemar es kopi susu, dan didominasi generasi milenial. Namun, saya semakin paham. Es kopi susu itu dapat langsung dikonsumsi tanpa harus melalui proses penyeduhan lagi. Minuman ini pun dikemas dalam wadah yang praktis. Tidak hanya itu, cita rasa yang tidak “kopi” banget membuat minuman ini dengan mudahnya digemari generasi milenial.

Kehidupan generasi milenial yang sangat dekat dengan beragam media sosial membuat es kopi susu ini punya kedudukan “penting”, yaitu mengukuhkan kekerenan mereka di dunia maya. Bagaimana tidak, setiap kali ada yang membeli es kopi susu, mereka memfotonya, kemudian mengunggahnya di akun media sosial.

Tak ketinggalan, para foodies juga seakan-akan berlomba dalam membuat hasil foto yang bagus, lalu dipamerkan di akun media sosial masing-masing. Oleh karena itu, setiap kali ada es kopi susu yang baru, akan bermunculan foto-fotonya, salah satunya di linimasa Instagram. Jadi, semakin banyak yang share tentang es kopi susu, semakin banyak pula yang penasaran untuk mencicipinya atau mungkin sekadar ikut-ikutan.

Buat saya yang punya masalah dengan lambung, kopi yang tidak terlalu “kopi” ini jadi cocok dan nyaman untuk dikonsumsi. Lalu, apakah ini membuat saya masuk ke dalam generasi milenial? He-he-he, entahlah. Sebenarnya, saya sudah agak bosan dengan es kopi susu yang kini jadi tren karena rata-rata punya rasa yang mirip.

Semoga saja tren es kopi susu ini tak segera meredup karena belakangan mulai muncul tren baru, yakni tren jus mangga. Mungkinkah akan sehebat tren es kopi susu? Kita tunggu saja.

Foto-foto dokumen Yenny

Instagram : @yennymakanmulu
Twitter : @yennymakanmulu
http://yennymakanmulu.com


/CUTTING EDGE

Ayam Geprek ala Samsolese ID

Ketenaran Samsolese ID di Youtube tak membuat mereka puas diri. Lama tak mengunggah video baru, mereka ternyata di kuliner. Samsolese ID baru membuka bisnis kuliner Geprek Samsolese di Ruko Grand Galaxy, Bekasi.

“Kami tidak bisa menggantungkan diri di Youtube, harus ada usaha lain. Kebetulan, kami memang bercita-cita punya usaha kuliner,” ujar salah satu personel Samsolese ID Sandra Lubis.

Foto dokumen Samsolese ID

Sandra bercerita, sebelum resmi membuka Geprek Samsolese, riset, tes makanan, dan resep dilakukan. Masukan dan saran orangtua sangat membantu.

Geprek Samsolese menyediakan berbagai hidangan ayam geprek dengan cita rasa pedas. Agar menyesuaikan dengan pelanggan, tingkat kepedasan diberikan level. Sambalnya pun variatif, ada sambal merah, hijau, bahkan sambal ber-topping keju. Harganya relatif terjangkau berkisar Rp 15 ribu-Rp 22 ribu.

Sandra berharap, usahanya bisa berkembang dan memuaskan banyak pelang­gan. “Kalau ada kesempatan, kami ingin bu­ka cabang di luar kota nantinya. Karena, subscriber kami banyak yang meminta untuk mem­buka cabang di luar negeri,” pungkasnya. [VTO]


/LITERASI

Passion di Kuadran Baru

Oleh : Daniel Pasaribu (@EmmetropiaCoffee)

Berkecimpung di bidang kuliner tidak pernah masuk ke dalam cita-cita saya. Saat berkuliah di jurusan Geologi di salah satu universitas negeri ternama di Bandung, saya hanya berpikir akan menjadi seorang geolog atau setidaknya bekerja di sektor energi. Ternyata, saya malah “kecemplung” menjadi seorang peracik kopi.

Lulus pada saat sektor energi sedang drop jelas membuat gelisah. Lamaran untuk bekerja tak kunjung diterima. Selama satu tahun saya bertahan hidup sebagai pekerja paruh waktu untuk beberapa proyek. Keinginan pindah kuadran datang karena kesukaan saya minum kopi di Pigeonhole Coffe, Bintaro. Menjadi barista dan menyelami dunia kopi.

Foto-foto dokumen Emmetropia Coffee

Dunia kopi sebenarnya tidak sepenuhnya baru bagi saya. Menyesap kopi sudah saya jalani sejak sekolah dasar. Apalagi saya besar di Sidikalang, Sumatera Utara, salah satu penghasil kopi ternama di Indonesia.

Saya akhirnya memutuskan mengambil kelas di ABCD Coffee. Awalnya, hanya untuk mengisi waktu luang sembari masih berharap ada panggilan kerja. Pikiran membuka kedai kopi sama sekali tidak ada, sebab pendidikan manajemen dan bisnis saja pun saya tidak punya. Namun, pada akhirnya keputusan itu dibuat, saya membuka kedai kopi sendiri bernama Emmetropia Coffee di Gading Serpong.

Awalnya, hanya untuk mengisi waktu luang sembari masih berharap ada panggilan kerja. Pikiran membuka kedai kopi sama sekali tidak ada, sebab pendidikan manajemen dan bisnis saja pun saya tidak punya. Namun, pada akhirnya keputusan itu dibuat, saya membuka kedai kopi sendiri bernama Emmetropia Coffee di Gading Serpong.

Melalui Emmetropia Coffee, saya tidak hanya belajar soal wirausaha, tetapi juga memahami serta melayani konsumen. Kini, saya bisa mengatakan, perjalanan hidup saya, pahit, tapi after taste-nya manis., layaknya secangkir kopi.


/KOLEKTIF

Soto Berkuah Susu Sapi Murni

Foto-foto Iklan Kompas/Ajeng Kristianti

Indonesia punya makanan autentik yang mungkin tidak dimiliki negara lain, yaitu soto. Coba Anda hitung, ada berapa jenis masakan berkuah ini di Indonesia. Setiap daerah punya caranya sendiri dalam menyantap soto. Salah satunya dari Jakarta, soto betawi.

Soto Jakarta Pak H Yus salah satu kedai soto legendaris dan autentik. Kedai yang sudah beroperasi sejak 1973 ini harus memiliki kekhasan pada kuahnya. Jika soto betawi lain menggunakan santan kelapa, di kedai Pak Yus, kuahnya menggunakan susu sapi murni. Kompensasinya jelas pada harga, tetapi sebanding dengan rasanya yang gurih. Apalagi, isinya bisa dipilih.

Anda bisa memilih daging, babat, kikil, paru, atau tulang muda. Anda juga bisa memilih apakah mau disatukan dalam kuah atau dioseng terpisah. Jika dirasa kurang asin atau gurih, Anda bisa tambahkan garam atau kecap manis sesuai selera. Pemesanan pun bisa dilakukan via ojek online. Jadi, tak ada alasan untuk mengindahkan soto ini. Cukup pesan, tunggu, kemudian soto siap disantap. [AJG]

Soto Jakarta Pak H Yus Menteng
Jalan Boulevard Raya Blok QA5/16,
Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240


/ULAS.

Buat Cold Drip Sendiri

Kopi panas memang keniscayaan. Namun, kopi dingin? Tak ada salahnya untuk dinikmati, apalagi kalau udara sedang panas. Anda bisa menggunakan syphon untuk membuatnya. Metode cold drip sangat unik, karena Anda tidak menyeduhnya dengan air panas, melainkan dengan air dingin. Sesuai namanya, kopi diseduh dengan cara meneteskan air secara teratur. Hasilnya, kopi akan lebih rendah asam, tetapi citarasanya tetap kaya. Alat ini sudah banyak dipasarkan di toko. Kalau kesulitan, beberapa toko daring sudah menjualnya, walaupun untuk mendapatkannya Anda harus mengeluarkan biaya lebih banyak.