Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tips dan Trik Hindari Penipuan Daring”. Webinar yang digelar pada Selasa, 19 Oktober 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Razi Sabardi – Pengamat Kebijakan Publik Digital, Luqman Hakim – Content Writer, Achmad Uzair – Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Zusdi F Arianto – Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Razi Sabardi membuka webinar dengan mengatakan, ada beberapa cara jitu menghindari penipuan online shop.

“Antara lain followers banyak bukan jaminan. Kamu harus tahu betul track record online shop tersebut. Jangan tergiur harga murah dan testimoni pembeli. Waspadalah, perhatikan kualitas foto barang. Jika ambil dari internet, minta juga foto aslinya. Simpan semua bukti transaksi dan mintalah nomor resi pengiriman barang,” katanya.

Adapun hal-hal penting yang harus kita ketahui dalam melakukan transaksi digital adalah transaksi yang aman. Bila melalui lokapasar, lakukan pembayaran ke rekening lokal pasar yang resmi. Setelah melakukan konfirmasi bila barang sudah diterima, pihak lokapasar yang akan menyalurkan dananya ke penjual.

Tahap aman seperti ini akan menghindarkan kita dari penipuan saat berbelanja digital. Demikian juga dengan pembayaran nontunai menggunakan dompet digital. Segala transaksi digital yang bekerja sama dengan penyelenggara dompet digital yang ada dan berkembang di Indonesia, dapat dilakukan dengan mudah, praktis, dan nyaman.

Luqman Hakim menambahkan, tantangan di ruang digital yaitu, perkembangan teknologi digital yang sangat pesat mempengaruhi tatanan perilaku masyarakat. Pola lama dalam interaksi sosial turut berubah sehingga diperlukan adaptasi dan tata kelola baru.

“Maka daya adaptasi menjadi prasyarat mutlak bagi keberhasilan literasi digital. Kita harus stop tipu-tipu agar ruang digital nyaman selalu,” ujarnya. Kiat mencegah penipuan online, antara lain amankan data pribadi, jangan sembarang akses situs, waspadai orang tak dikenal, ketahui dengan siapa anda berurusan.

Teknologi berkembang terus-menerus, kita dituntut bisa cepat beradaptasi dengan perubahan. Dalam proses adaptasi itu kita harus sadar bahwa teknologi hanya sebatas alat dan manusia adalah tuannya. Kendalikan teknologi sesuai kebutuhan kita dan jadilah warganet yang cakap digital.

Zusdi FArianto turut menjelaskan, ada beberapa modus penipuan digital, antara lain salah kirim pulsa, transfer palsu, kuota gratis, penipuan berkedok hadiah/menang undian, informasi lowongan kerja, informasi bantuan, lelang barang mengatasnamakan lembaga resmi.

“Cara menghindarinya yaitu cek identitas penelepon dan informasi yang diberikan. Undian resmi tidak meminta pemenang untuk mentransfer ke penyelenggara. Bila dikabarkan keluarga tertimpa musibah, tetap tenang dan jangan lakukan apapun sebelum cek identitas penelpon. Segera tutup telepon,” tuturnya.

Dalam sesi KOL, Suci Patia mengatakan, ada dampak positif dan negatif media sosial. Positifnya yakni salah satunya memungkinkan kita untuk belajar banyak hal dan berkomunikasi dengan siapapun.

“Sementara dampak negatifnya adalah penipuan. Penipuan itu bisa terjadi ketika kita membaca informasi yang palsu, maka penting bagi kita untuk cakap dan bijak di dalam ruang digital, juga kita harus memiliki critical thinking dalam membaca informasi jadi kita tidak gampang tertipu,” paparnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Donny menanyakan, apakah orang yang mudah tertipu dengan berbagai jenis penipuan didunia digital ini termasuk memiliki digital skill yang buruk?

“Kita harus pahami mengapa orang itu tertipu, ada kondisi-kondisinya, pertama dia tidak tahu, nah kemudian perlu kita tahu bagaimana kita agar tidak tertipu. Setiap kita melakukan transaksi melalui platform digital ada namanya term and condition itu yang harus dipahami, tetapi kebanyakan orang mengabaikan hal tersebut. Jadi menurut kita bukan rendah atau tingginya skill tapi bagaimana pemahaman kita terhadap term and conditions,” jawab Luqman.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.