Dalam penggunaan ruang digital, perlu dipahami bahwa terdapat hak untuk mendapatkan informasi dan hak privasi. Keduanya merupakan hak asasi manusia yang saling melengkapi dan sama-sama dapat dibatasi. Perlu juga disadari bahwa kini kita semakin banyak berinteraksi di dunia digital, yang sebenarnya memiliki sifat yang sama dengan dunia nyata.
Semuanya memiliki hukum dan penilaian sosial yang sama, dan terdiri atas sesama manusia. Selain itu, di dunia digital ada pula rekam jejak digital yang menandakan segala bentuk interaksi yang pernah kita lakukan. Oleh karena itu, harus memiliki kemampuan literasi digital agar tidak membentuk sebuah persepsi yang salah terhadap diri kita sendiri.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Etika Dunia Internet: Jarimu, Harimaumu”. Webinar yang digelar pada Rabu, 17 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Dewi Rahmawati (Product Manager Localin), Rahmawati (Trainer Making Indonesia 4.0 LEMHANNAS RI dan Dosen Universitas Mulawarman), Nyoman Diah Utari Dewi (Dosen MAP Universitas Ngurah Rai dan IAPA), Khuriyatul Husna (Universitas Lancang Kuning dan IAPA), dan Astria Vern (Miss Eco International 1st Runner Up 2018) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Khuriyatul Husna menyampaikan bahwa segala aktivitas yang dilakukan dalam ruang digital akan terekam selamanya. Agar tercipta kehidupan yang aman dalam aktivitas digital maka pastikan untuk hati–hati dengan apa yang ditulis dan dikatakan. Be careful about what you share, where you share, with whom you share, sites you visit, emails you open, and links you click.
“Kita sebagai pengguna media digital harus mampu merawat jejak digital kita dengan baik. Buatlah informasi yang kita upload di dalam media sosial kita dan dalam akun akun kita memang citra diri yang positif. Privasi itu terkait dengan siapa saja yang boleh melihat status kita. Kemudian kita juga harus melindungi perangkat digital kita dari malware dan virus,” jelasnya.
Astria Vern selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa apa yang kita share di ruang digital terkadang mengandung data pribadi. Ia mengatakan bahwa kita pasti sering mengunggah konten di Instagram yang melampirkan lokasi pribadi, dan yang paling sederhana kita dengan sengaja mem-posting apa yang kita lakukan.
Hal seperti ini lah yang menjadi alasan mengapa oknum lain bisa menggunakan data pribadi kita untuk hal yang tidak diinginkan. Kita harus belajar untuk menjaga privasi data kita. Dengan menjaganya kita juga turut memberi dampak yang positif bagi orang lain yang berinteraksi dengan kita. Privasi yang diterima oleh orang lain sebagai sesama pengguna media digital semestinya bijaksana dalam cara berinteraksi.
Salah satu peserta bernama Ririn Hartini menyampaikan, “Bagaimana cara kita untuk lebih cakap lagi menggunakan jari kita agar hanya menshare berita yang baik serta mengklik situs yang baik pula agar nantinya kita bisa mendapatkan manfaat atau keuntungan dari digitalisasi?”
Pertanyaan tersebut dijawab Dewi Rahmawati. “Hanya dengan sekedar klik bisa banyak banget meningkatkan soft skill dalam kebaikan. Selain itu, kita juga harus lawan konten yang berisi kekerasan seksual, dan saling memberikan pengetahuan terhadap mana konten yang konsumtif saja. Biasakan saat forward–sharing, baca dulu kontennya, dan cari sumber yang menyediakan secara runut informasi yang terpenggal agar dapat memberi persepsi yang berbeda. Jangan sampai kita sendiri yang malu apabila itu informasi yang salah.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]