Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Peran Literasi Digital dalam Dunia Pendidikan”. Webinar yang digelar pada Senin, 28 Juni 2021, di Tangerang Selatan itu diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Dr Ida Ayu Putu Sri Widnyani SSos MAP (dosen Universitas Ngurah Rai, IAPA), Luqman Hakim (content writer), Rusman Nurjaman (peneliti Lembaga Administrasi Negara), dan Btari Kinayungan (Kaizen Room).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Ida Ayu membuka webinar dengan menjelaskan, literasi digital menurut Gilster (1997) adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari bebagai sumber yang disajikan melalui komputer.

“Itu sebabnya, keterampilan individu dalam literasi digital dan informasi, sangat diperlukan baik dalam literasi digital. Sementara itu, informasi sangat diperlukan baik di dunia pekerjaan, di sekolah, di rumah, maupun di komunitas,” katanya.

Setidaknya, ada tujuh elemen literasi, yaitu information literacy, digital scholarship, learning skills, ICT literacy, career and identity management, communication and collaboration, dan media literacy.

“Tantangan dalam literasi digital adalah menuntut kita untuk dapat belajar dan berpikir dengan cepat, mudahnya akses informasi mengharuskan kita memilah dengan cermat informasi yang riil dan yang bukan, serta informasi yang baik dan tidak baik,” ujar Ida.

Menurut Ida, dosen, guru, dan orangtua harus menerapkan pendidikan digital sejak dini. Seperti menjaga komunikasi dengan anak agar dapat tercapai hubungan yang baik, membekali diri orangtua dan terus belajar sehingga dapat mendampingi anak mengakses internet.

“Lalu mengatur waktu penggunaan gawai setiap harinya, dan menjadi teman dan ikuti anak di media sosial untuk membangun reputasi digital yang baik karena jejak digital tidak bisa disembunyikan dan sangat berpengaruh pada masa depan si anak kelak,” paparnya.

Sementara itu, Luqman Hakim mengatakan, dunia digital menjadi medan penting dalam pertukaran informasi dan pergaulan. Oleh karena itu, dunia menjadi saling terhubung (borderless) dan umat manusia menyatu dalam desa adibesar yang sering disebut (global village).

“Pandemi mengubah banyak hal. Di bidang pendidikan sendiri, kita dipaksa melaksanakan belajar-mengajar secara daring. Hal ini mensyaratkan literasi digital yang mumpuni bagi para pelakunya,” kata Luqman.

Dalam bermedia digital, juga membutuhkan etika digital (netiket), yakni kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika dalam kehidupan sehari-hari di dalam dunia digital.

“Dalam literasi digital di dunia pendidikan, perlu adanya kesembingan antara penggunaan sumber digital dan sumber konvensional. Selain tingkat literasi digital yang baik, prinsip keseimbangan ini dapat mencegah pelajar dari tenggelam dalam lautan data dan berita,” lanjutnya.

Rusman Nurjaman menambahkan, tren digitalisasi praktis pendidikan setidaknya terkait dengan tiga hal. Pertama, dunia pendidikan perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dalam peningkatan mutu pendidikan dan adaptasi penggunaan TIK dalam proses pembelajaran.

“Kedua, pemanfaatan teknologi informasi komunikasi (TIK) dalam digitalisasi kebudayaan bisa diterapkan dalam metode pembelajaran, dan ketiga, pandemi mempercepat transformasi digital dalam penyelenggaraan pendidikan/persekolahan,” ujarnya.

Dalam konteks literasi digital, perubahan budaya belaja pada era digital membuat ruang kelas bukan satu-satunya sumber informasi dan ilmu pengetahuan sehingga perlu komitmen bersama (guru, siswa, dan orangtua) terhadap pentingnya literasi digital.

“Guru sebagai fasilitator pembelajaran siswa secara mandiri, harus memiliki kemampuan literasi yang baik. Urgensi literasi digital dalam pendidikan ada untuk mengoptimalkan pemanfaatan peluang yang diberikan oleh teknologi digital dalam proses pembelajaran,” kata Rusman.

Sebagai pembicara terakhir, Btari Kinayungan mengatakan, zaman ini sekarang serba daring. Apa pun sudah berbasis media online, salah satunya sekolah online. “Meski begitu, kendalanya sekolah online, yakni seperti tidak semua sekolah memadai untuk menggunakan portal media yang kadang ada yang berbayar,” imbuhnya.

Ia menambahkan, yang menjamin keamanan digital bagi anak usia sekolah adalah orangtua, sekolah, dan anak itu sendiri. Sehingga ada data yang perlu diamankan, seperti identitas digital, data pribadi, dan rekam jejak digital.

“Selalu patuhi peraturan platform, jangan ambil jalan pintas untuk anak sekolah seperti men-download aplikasi yang bajakan, jangan mengambil jalan mereka dalam pendidikan anak karena keamanan anak yang harus diutamakan,” jelasnya.

Salah satu peserta bernama Tiwuk Kusparyanti memberikan testimoni bahwa masa pandemi ini berdampak luar biasa, baik untuk guru maupun anak-anak (siswa). Banyak positifnya, tetapi banyak juga negatifnya. Lalu, bagaimana cara mendorong dan mengendalikan supaya siswa lebih tertarik untuk lebih meningkatkan literasi dibandingkan bermain game di ponsel?

“Pertama sekolah daring ini menjadi fenomena baru. Yang kedua, ada satu logika yang harus dibangun bersama bahwa generasi sekarang memiliki logika yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Kita juga mesti tahu bahwa kita sebagai guru, dosen untuk mengetahui bakat-minat mahasiswa muridnya kecenderungannya seperti apa,” jawab Luqman.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Tangerang Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.