Tidak dapat dimungkiri bahwa orangtua adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap anak-anak. Mereka perlu mengetahui mengenai kecanggihan teknologi yang sudah ada di genggaman tangan anak generasi sekarang, yang mampu menonton melalui VR chat dan berkomunikasi dengan siapa saja di dunia.

Walau sudah menjadi keseharian generasi sekarang, bagi beberapa orangtua digitalisasi adalah suatu perubahan yang cukup asing. Jumlah pengguna gawai yang memiliki akses terhadap internet di Indonesia sangat tinggi, dan menjadi tugas orangtua untuk mempersiapkan anak memasuki dunia digital ini.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Modern Parenting: Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 23 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Amalia Firdriani Shaliha (Kaizen Room), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM dan Praktisi Keuangan IAPA), Hayuning Sumbadra (Kaizen Room), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti Institut Humor Indonesia Kini), dan Sherrin Tharia (musisi) selaku narasumber.

Eva Yayu Rahayu menyampaikan bahwa kata kunci agar dapat bertahan dan eksis di dunia digital adalah positif, kreatif, dan empati. Kita perlu ingatkan kepada anak untuk kenali dan jauhi aplikasi-aplikasi yang negatif, tapi tetap mengekspresikan keterampilan dan pengalaman dengan jiwa empati dan rasa kepedulian terhadap sesama.

“Kita harus tetap ajak anak untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kreativitas mereka. Oleh karena itu, sebagai orangtua, kita harus mengerti juga anak mampu mengakses apa saja di ruang digital, dan mendampingi mereka agar tidak menemukan dan terjebak dalam konten yang bersifat negatif dan merugikan, “ kata Eva.

Sherrin Tharia juga menjelaskan bahwa demi kesehatan, ia membatasi permainan gim online anaknya dengan membuat kegiatan yang lebih kreatif. Ia juga membuat daftar kegiatan untuk keesokan hari agar anak jadi lebih produktif. Ia menyadari bahwa minat dan keunggulan anak-anak berbeda-beda, dan menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena anak cepat mengerti dan cepat sekali belajar.

“Sisi negatifnya dari kecepatan kemampuan belajarnya ini, anak bisa saja mulai tahu cara membohongi orangtua. Bahkan terkadang anak bisa lebih pintar dari orangtuanya, sehingga penting untuk selalu diawasi saat di rumah,” imbuh Sherrin.

Salah satu peserta bernama Marsya Syabi menyampaikan, saat ini kebanyakan anak berkegiatan di depan gadget hanya untuk kesenangan saja, seperti gaming dan browsing video-video menarik. “Apa yang bisa orangtua lakukan agar waktu anak di depan gadget dapat dimanfaatkan sebagai waktu yang berguna bagi mereka?”

Hayuning Sumbadra menjawab, berinternet memang sangat bermanfaat bagi anak, tapi orangtua harus ikut andil dalam mengarahkan penggunaannya kepada anak. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mengunduh aplikasi yang bermanfaat. Selain itu, bisa juga mengatur tontonan mereka.

“Misal hari ini nonton unboxing, maka besok menonton sambil belajar yang lain. Selalu berikan anak pilihan atau alternatif terhadap konten-konten yang dikonsumsi. Jangan lupa sambil menonton konten edukatif tersebut, ajak ngobrol anak untuk mengajak dia belajar pula,” imbuhnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]