Meski perekonomian Indonesia akan menghadapi sejumlah tantangan tahun mendatang, Bank Mandiri optimistis perekonomian dalam negeri akan membaik. Investasi diharapkan juga akan bertumbuh.

Hal tersebut dikemuka­kan dalam acara Mandiri Market Outlook bertema “Indonesia’s Market Potential and Global Economic Growth 2019” yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (5/12/2018). Sebanyak 200 nasabah utama hadir dalam acara yang menghadirkan Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas T Lembong, Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Destry Damayanti, Asia Macro Strategist Lombard Odier Homin Lee, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi, dan President Director Mandiri Manajemen Investasi Alvin Pattisahusiwa.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo memberikan sambutan sekaligus paparannya tentang kondisi ekonomi Indonesia pada 2019.(Foto-foto: Iklan Kompas/Egbert Siagian dan dokumen Bank Mandiri)

Sejumlah isu dibahas dalam forum ini, antara lain antisipasi pergolakan ekonomi dari fenomena perang dagang yang mungkin berlanjut setelah kenaikan tarif sejumlah produk impor oleh AS, apresiasi nilai tukar dollar AS terhadap mata uang global, kenaikan Fed Rate yang akan terus berlanjut, perlambatan ekonomi China, sampai pergolakan politik pada awal 2019. Terkait hal itu, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihaknya berkomitmen membantu pemerintah dengan terus menjaga pertumbuhan bisnis serta memberikan layanan terbaik kepada nasabah Bank Mandiri.

“Pada tahun 2018 ini, tantangan dari gejolak ekonomi global yang turut memengaruhi perekonomian dalam negeri telah berhasil kita lewati bersama. Tantangan baru akan menyambut kita di tahun 2019, yang berasal dari masih berlanjutnya gejolak perekonomian global serta kondisi politik dalam menghadapi pemilihan umum dan pemilihan Presiden. Akan tetapi, kami, Bank Mandiri, tetap yakin bahwa tahun penuh tantangan tersebut akan mampu kita lewati bersama,” tutur Tiko, sapaan akrab Kartika.

Optimisme tersebut didasari beberapa hal. Seperti disampaikan Tiko, pertumbuhan ekonomi Tanah Air masih positif, nilai tukar rupiah di akhir 2018 membaik, dan arus modal asing (capital inflow) kian deras di akhir tahun ini. Ditambah lagi, konsumsi domestik meningkat menembus 5 persen, dari yang sebelumnya berkutat di 4,5–4,6 persen. Pertumbuhan kredit di berbagai bank pun tak hanya didorong korporasi, tetapi juga konsumen.

“Ini merupakan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia diharapkan di kuartal IV ini semakin menggeliat,” kata Tiko.

Investasi jadi penopang

Senada dengan Tiko, Kepala BKPM Thomas T Lembong optimistis soal ekonomi dalam negeri tahun mendatang. Ia memaparkan tiga alasan. Yang pertama terkait investasi. “Sejak 2017, investasi benar-benar sudah menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi,” ujar Lembong.

Para perwakilan dari Lombard Odier. (Kiri ke kanan: Thomas McNee, Lee Hock Lye, Emmanuel Roulin, dan Homin Lee).

Alasan kedua, bertumbuhnya e-commerce dan ekonomi digital yang menyumbang 12–17 persen dari total investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) per tahun. Ketiga, pertumbuhan pariwisata yang luar biasa. Dari data tahun ini, saat ekonomi tumbuh 5 persen, kunjungan pariwisata tumbuh lebih dari 2 persen. “Sebagai motor lapangan pekerjaan, pariwisata memainkan peranan yang besar,” tambah Lembong.

Alvin Pattisahusiwa mengatakan, pihaknya berharap Market Outlook ini dapat mempersiapkan nasabah utama Bank Mandiri secara finansial dengan memanfaatkan produk dan instrumen investasi yang dipersiapkan khusus oleh Mandiri Manajemen Investasi. Salah satu produk investasi khusus itu adalah Mandiri Investa Asean 5 Plus yang merupakan instrumen investasi jangka panjang dengan empat proposisi yang ditawarkan, yaitu offshore exposure, flexible alpha allocation, capturing ASEAN market growth, dan flexibility in times of volatility.

Sejumlah pembicara utama bersama dengan jajaran manajemen Bank Mandiri pada acara Market Outlook 2019: Indonesia’s Market Potential & Global Economic Growth 2019. (Kiri ke kanan: Panji Irawan, Darmawan Junaidi, Hery Gunardi, Destry Damayanti, Kartika Wirjoatmodjo, Thomas T Lembong, Burhanuddin Muhtadi, Homin Lee, Royke Tumilaar, Alexandra Askandar, Alvin Pattisahusiwa).

Saat ini, Bank Mandiri memiliki 53.096 nasabah utama segmen private dan prioritas dengan kelolaan aset finansial mencapai kisaran Rp 173,465 triliun. Managing Director Bisnis Kecil dan Jaringan Hery Gunardi menambahkan, tahun depan Bank Mandiri akan terus meningkatkan jumlah nasabah private dan prioritas. Kerja sama yang ditempuh dengan Lombard Odier, salah satu bank swasta dari Swiss, juga akan meningkatkan benefit bagi nasabah. Nasabah private dapat memanfaatkan beberapa layanan seperti Lombard Odier (LO) Capital Accumulation, LO Capital Preservation, dan LO Funds III Capital Growth. [IKLAN/NOV]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 18 Desember 2018.