Kalian wajib tahu nih! Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) merilis data Global Cancer Observatory 2020 yang mengagetkan. Ternyata, kanker payudara menempati posisi tertinggi, dalam penambahan jumlah kasus terbanyak, yakni 2,2 juta orang atau 24,5 persen di dunia.
Celakanya, jumlah penderita kanker payudara di Indonesia –yang terdeteksi– pun sama, yakni 16,5 persen atau 65.858 kasus baru. Angka kematian akibat kanker ini menempati posisi kedua, dengan jumlah kasus sebanyak 22.430 atau 9,6 persen dari seluruh total kematian akibat kanker.
Di Asia, kanker adalah penyebab kematian nomor satu. Lebih dari 22.000 jiwa dan sekitar 10 persen kanker disebabkan faktor keturunan. Kanker yang disebabkan keturunan (hereditary cancer) sendiri tercatat sebanyak 50 persen dapat diturunkan ke generasi berikutnya.
“Oleh karena itu, deteksi dini terhadap ancaman kanker payudara ini menjadi sangat penting, terutama pada perempuan. Waspadai gejala awalnya, dan itu mudah diamati. Biasanya diawali dengan benjolan pada payudara,” kata Dr Dyah Anggraeni MKes SpPK, CEO Cito Laboratorium Klinik.
Dyah yang merupakan jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjelaskan lebih lanjut, “Cek benjolan dengan USG dulu, apakah berbentuk padat atau mengandung cairan. Untuk mengonfirmasinya, lakukan cek pemeriksaan NGS agar bisa memeriksa keberadaan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 sebagai salah satu penyebab kanker payudara.”
BRCA adalah Breast Cancer Gene atau gen kanker payudara, dalam tubuh berfungsi membantu memperbaiki bila ada kerusakan DNA yang menyebabkan kanker dan pertumbuhan tumor. Gen BRCA sendiri ada 2 jenis, BRCA1 dan BRCA2. Apabila terjadi mutasi gen BRCA, kemampuan tubuh untuk menekan terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium menurun.
Oleh karena itu, orang yang mempunyai mutasi gen BRCA lebih berisiko untuk terkena kanker payudara dan ovarium di usia yang lebih muda dibanding penderita lainnya. Tidak hanya itu, mutasi gen BRCA1 & BRCA2 juga dapat menyebabkan kanker prostat dan pankreas.
Untuk mengetahui ada tidaknya mutasi gen BRCA1 & BRCA2 pada sel tubuh, dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium dengan metode NGS (Next Generation Sequencing).
Saat ditemui di kantor pusat Lab Cito Semarang, dr Dyah Anggraeni, MKes, SpPK menjelaskan, “Secara sederhana NGS atau Next Generation Sequencing merupakan metode pengujian yang dilakukan dengan mengurutkan komponen genetik (basa protein) untuk mengetahui perubahan yang terjadi.”
“Ketika sel tidak bekerja sesuai dengan tugasnya, maka ada informasi yang salah (miss information/interpretation) sehingga menimbulkan mutasi (perubahan). Mutasi gen BRCA1 & BRCA2 juga dapat terdeteksi, dengan metode NGS ini,” jelas Dyah.
Munculnya benjolan, kulit payudara yang menebal, serta keluarnya cairan dari puting disertai darah merupakan gejala gejala terjadinya kanker payudara. Beberapa gejala lainnya pada penderita yaitu mengalami gatal dan muncul ruam, bisa juga muncul benjolan atau pembengkakan pada bagian ketiak.
Sebagai tindakan preventif, tidak ada salahnya untuk orang yang tidak bergejala dan tidak memiliki keturunan kanker jika ingin melakukan pemeriksaan NGS. Namun, yang paling direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan dengan metode NGS ini antara lain adalah orang dengan kriteria riwayat keluarga dengan kanker (payudara, ovarium, prostat, atau pankreas); seorang anggota keluarga laki-laki yang mendapati kanker payudara; seorang anggoa keluarga yang telah diketahui terdapat sel BRCA1/BRCA2; memiliki dua atau lebih kerabat yang mendapati kanker ovarium
Metode NGS memiliki tingkat sensitivitas lebih besar 99,9 persen dan spesifitas lebih besar dari 99 persen. Penting, untuk menjaga Kesehatan, dan menghindari sakit pada stadium yang lebih rumit. Memeriksakan diri, itu jauh lebih penting, daripada terlambat. Laboratorium Klinik Cito sudah memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia. Caranya, tetap ada pengambilan sampel darah. “Hasil pemeriksaan dapat diperoleh dalam waktu 10-14 hari kerja,” kata Dyah. [AYA]