Oleh: Ary Indra
Arsitek I @aryindra I #tatakota

Dua pekan sebelum Lebaran. Saatnya asisten rumah tangga pulang. Biasa kembali seminggu setelah hari raya, kemungkinan besar selama satu bulan segala urusan rumah tangga harus survive tanpa bantuan mereka.

Lantai harus dipel rutin paling tidak dua hari sekali. Tanaman di halaman perlu disiram, beberapa pohon perlu dipangkas; supaya semua terlihat cantik bagi tamu yang datang pada hari Lebaran nanti. Jangan lupa cucian dan baju kotor yang harus ditangani. Belum lagi “musibah” tak terduga; tiba tiba gas habis dan kebutuhan memasak tidak dapat ditunda lagi. Siapa yang membuka pintu jika anak anak pulang sekolah? Siapa yang jaga rumah saat harus pergi bersilaturahmi di hari raya nanti? Bagaimana kalau listrik mati saat justru sangat dibutuhkan?

Penggalan cerita ini adalah roman suka duka tinggal di rumah konvensional. Landed property dengan segala kelebihannya menuntut perhatian pada banyak elemen dan tanggung jawab yang ada di dalamnya. Kehidupan rumah tangga seperti sebuah sistem. Perlu pendukung dalam bentuk hardware (bangunan dan infrastruktur) serta software (layanan dan sistem pendukung) yang harus dirawat berkala agar kelancaran hidup berumah tangga tidak terkorbankan. Ilustrasi di atas contohnya. Kalau asisten rumah tangga sudah mudik, ingin rasanya saat itu juga pindah ke apartemen.

Kemudahan dan daya dukung hunian tinggi menjadi alternatif bagi orang yang ingin menjalani kehidupan dengan lebih mudah. Kenapa?

Sepuluh tahun lalu pasar memandang skeptis pertumbuhan apartemen di kota besar. Bagaimana mungkin hidup tanpa halaman, tempat kaki bisa menjejak bumi setiap hari? Bagaimana hidup dalam satu tempat yang luasannya terbatas dan tidak bisa dikembangkan?

Kita lupa bahwa dengan segala keterbatasannya, apartemen punya kelebihan yang tidak dimiliki rumah konvensional biasa. Di dalamnya sistem rumah tangga bisa dijalankan dengan kemudahan.

Bangunan apartemen didesain memenuhi kebutuhan beragam sistem di dalamnya. Infrastrukturnya dibuat sedemikian rupa hingga dapat memenuhi kebutuhan bersama untuk kurun waktu tertentu.

Ide sentralisasi ini demi kemudahan penghuni menjalankan hidup keseharian. Tidak perlu khawatir listrik mati karena ada peralatan yang dapat menggantikannya. Di beberapa apartemen, saluran gas dan mekanisme pembuangan sampah tersedia dengan rapi. Rumah tangga tidak perlu pusing memikirkan kebutuhan memasak dan sampah yang dihasilkannya. Apartemen adalah sebuah hardware, mesin besar yang memudahkan kehidupan.

Dengan kelebihan di atas, apartemen jadi pilihan baru masyarakat kota untuk berhuni. Keterbatasan luasan apartemen yang dahulu menjadi kendala, justru menciptakan gaya hidup baru yang praktis. Masyarakat kota besar ingin memiliki rumah yang mudah diurus.

Generasi baru yang makin teredukasi, memandang hunian bukan di jumlah luasannya, tetapi bagaimana cara mengoptimalkannya. Apalagi beberapa layanan yang diperlukan hidup berumah tangga, biasanya tersedia sebagai fasilitas umum yang dapat dipakai bersama. Kebutuhan akan keamanan terjamin dengan pintu masuk yang terpusat. Kebutuhan mencuci dan membersihkan rumah terlayani dengan jasa yang disediakan oleh pengelola apartemen; dengan tambahan biaya tentunya. Keberadaan asisten rumah tangga jadi kurang dibutuhkan, sehingga keluarga muda dapat mempertahankan privasinya. Apartemen menyediakan software, layanan, dan dukungan yang diperlukan bagi beroperasinya sistem dalam rumah tangga.

Banyak yang bilang, hidup di apartemen menghilangkan kebersamaan antara manusia. Jika semangat komunitas dikhawatirkan hilang perlahan, rasanya sama sekali tidak berhubungan dengan jenis huniannya. Walau hidup di apartemen, kita bisa melakukan hal-hal bertetangga layaknya di rumah konvensional.

Beberapa pengembang menyadari hal ini, mereka mendorong tumbuhnya komunitas dengan membuat banyak ruang bersama. Arena olahraga yang sudah biasa saat ini dikembangkan dengan jenis ruang publik baru, yang lebih spesifik. Ruang film, ruang memasak bersama, seperti memindahkan guyubnya hidup di landed property ke dalam hunian tinggi. Keberhasilannya tentu sangat tergantung dari bagaimana penghuni memanfaatkannya.

Kelebihan hunian apartemen di atas disadari oleh pasar. Pembeli yang jeli paham apartemen di tengah kota akan jadi barang langka. Banyak yang kemudian menjadikan apartemen sebagai instrumen investasi. Ketersediaan lahan yang terbatas melambungkan harga apartemen di kota. Padahal, calon pembeli dengan kemampuan terbatas makin menjadikan apartemen sebagai pilihan berhuni.

Saat ini, pertumbuhan hunian tinggi di area “pinggir kota” meningkat dengan tajam. Di samping alasan harga tanah, perkembangan infrastruktur kota yang pesat menjadikan hidup di pinggir kota salah satu pilihan menarik dan ekonomis. Pertumbuhan moda ekonomi dan transportasi baru menjadikan apartemen di pinggir kota tidak kalah seksinya dengan pilihan tinggal di rumah konvensional. Akses yang mudah ke sentra transportasi, sentra belanja, dan pusat perkantoran menjadikannya pilihan yang menarik.

Foto-foto: dokumen Alam Sutera.

Hal ini pula yang menjadi alasan pengembang Alam Sutera dalam menghadirkan unit-unit apartemen di wilayahnya. Tidak tanggung-tanggung, konsep hunian tinggi yang ditawarkan Alam Sutera cukup beragam, ada tipe high rise maupun low rise yang hanya terdiri dari lima lantai.

Tentu, tugas pengembang untuk menjaga supaya keinginan menyediakan hunian tinggi dengan semangat keakraban rumah konvensional tetap dapat terjaga. Salah satu caranya dengan membuat unit apartemen yang memang layak huni, dalam arti ukuran dan jenis fasilitas di setiap unitnya benar-benar dibuat dengan menyesuaikan gaya hidup orang Indonesia yang spesifik.

Seperti halnya Paddington Heights Apartment Towers yang berada di pusat area bisnis Alam Sutera. Berada dekat dengan Mall @Alam Sutera, Synergy Building, Universitas Bina Nusantara, Sekolah Santa Laurensia, dan Ikea. Kenyamanan penghuni didukung dengan adanya beragam fasilitas olahraga mulai dari pusat kebugaran, kolam renang, hingga jogging track, dilengkapi dengan area taman atap, shuttle bus internal, dan kamera pengawas CCTV yang aktif selama 24 jam.

Penerapan konsep, rancang bangun dan interior tepat, dilengkapi fasilitas sesuai kebutuhan pasar menjadikan hunian tinggi adalah pilihan tempat tinggal yang menarik, bukan dibeli untuk sekadar menikmati pertumbuhan investasinya. Apartemen akan tumbuh dan berkembang dinamis bersama lingkungannya, tidak sekadar menara kosong yang menanti pembeli dengan harga tertinggi.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 18 April 2019.