Sebagai pengguna media digital aktif, kita pasti sangat familiar dengan adanya media sosial. Beberapa platform media sosial yang sering digunakan di Indonesia untuk berinteraksi adalah Facebook, Line, Twitter, Instagram, YouTube, Tik Tok dan bahkan sampai Linkedin. Tentu saja ada beberapa manfaat yang dirasakan dari menggunakan media sosial, seperti mudah berinteraksi dengan banyak orang dan memperluas pergaulan, mudah mengekspresikan diri, serta dapat memperoleh informasi dengan cepat dan biaya lebih murah. Walau begitu, adapun beberapa dampak negatif yang dapat terjadi bila tidak memiliki literasi digital dalam menggunaka media sosial dengan baik.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Cerdas dan Bijak Ber-Media Sosial”. Webinar yang digelar pada Kamis (8/7) diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Erista Septianingsih (Kaizen Room), Abdul Rohman (Direktur Buku Langgar), Novita Sari (Aktivis Kepemudaan Lintas Iman), Dr Rita Gani, MSi (Mafindo, Fikom Unisba & Japelidi), dan Hilyani Hidranto (Influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Novita Sari menyampaikan informasi bahwa “Pentingnya ber-etiket di dunia digital karena pada dasarnya dunia digital sama seperti dunia nyata. Semua manusia, walaupun berada dalam dunia digital, tetap harus ikuti aturan seperti dalam kehidupan nyata. Mengapa demikian? Di ranah digital, penggunanya sangat beragam, bahkan berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan bahasa, budaya dan adat istiadat. Ada delapan etika khusus yang perlu diterapkan misalnya saat bermedia sosial. Hati-hati menyebarkan informasi pribadi ke publik, gunakan etika atau norma saat berinteraksi dengan siapapun, hati-hati terhadap akun yang tidak dikenal, pastikan unggahan tidak mengandung unsur SARA, manfaatkan media sosial untuk membangun jaringan atau relasi, pastikan mencantumkan sumber konten yang diunggah, jangan mengunggah apapun yang belum jelas sumbernya, yang manfaatkan media sosial untuk menunjang proses pengembangan diri. Selain itu, penting untuk waspada terhadap Jejak digital, karena jejak digital itu kejam. Caranya adalah dengan berpikir sejenak sebelum posting dan pastikan memposting hal-hal positif dan bermanfaat.”

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Herwin menyampaikan pertanyaan “Bagaimana strategi kita sebagai anak muda untuk ikut serta mengedukasi masyarakat terpencil, contohnya pengusaha UMKM, petani dan nelayan, agar bisa berinovasi dan cerdas untuk mengembangkan usahanya di era digital seperti sekarang?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Erista Septianingsih, bahwa “Kita sebagai generasi muda tentunya harus mengambil peran penting untuk mengedukasi orang-orang disekitar kita, terutama para UMKM. Sekarang ada program UMKM go digital, dan kita bisa berikan edukasi mulai dari orang terdekat, misalnya orang tua, tetangga, perkumpulan di kampung. Kenalkan dengan salah satu aplikasi untuk bantu UMKM memasarkan produknya, yaitu Google Business. Di situ bisa didaftarkan usahanya apa dan untuk memperkenalkan produk-produknya apa. Bisa juga dengan membuatkan satu media sosial untuk membuat konten sebagai wadah penjualan, sehingga para UMKM tersebut dapat memanfaatkan internet dan digital untuk memasarkan produk-produk mereka.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.