Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Ketahanan Budaya Indonesia di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu (28/7/2021) di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Nurly Meilinda, S.I.Kom., M.I.Kom (Universitas Sriwijaya), Khuriyatul Husna, MPA (Universitas Lancang Kuning), Kiai M. Jadul Maula (Penulis dan Budayawan), dan Dr. Delly Maulana, MPA (Dosen Universitas Serang Raya). Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.
Pengaruh teknologi
Nurly Meilinda membuka webinar dengan mengatakan, teknologi menjadi sebuah instrumen untuk mencapai tujuan. Teknologi juga merupakan hasil perkembangan rasionalitas manusia, ketika keberadaan teknologi dikembangkan dalam struktur tindakan manusia.
“Teknologi telah memengaruhi pola pikir manusia itu sendiri, dan akibatnya secara tidak langsung teknologi juga sangat memengaruhi tindakan, dan pola hidup manusia,” katanya.
Ia menambahkan, dengan adanya teknologi, batas antar wilayah makin kabur. Kondisi ini memunculkan permasalahan melunturnya warisan budaya. Bukti nyata kelunturan warisan budaya itu antara lain dapat disaksikan pada gaya berpakaian, gaya bahasa, dan teknologi informasi.
Menurut Nurly, dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadi kewajiban bersama umat manusia untuk mengatasinya. Jika pengaruh media sosial dan teknologi modern bisa diaplikasikan sedemikian rupa untuk kebutuhan bisnis, tentu saja hal ini bisa dipertimbangkan dan dikaji untuk menyebarkan kebudayaan Indonesia melalui media digital.
“Strategi menguatkan budaya lokal Indonesia dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan akses kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal dan melakukan counter culture, yaitu semacam usaha untuk menangkal efek dari budaya luar,” tuturnya.
Ketahanan budaya
Khuriyatul Husna menambahkan, ketahanan budaya adalah strategi atau suatu cara (kebudayaan) dalam menanggapi serta merespons perubahan. Indonesia penduduknya terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, dan bangsa.
“Kedudukan geografis Indonesia yang berada di jalur perhubungan atau lintas peradaban antar-benua, membuat ketahanan budaya bagi warga negaranya menjadi tidak terpisahkan,” ujarnya.
Di satu sisi, ketahanan budaya adalah yang membentuk dan mempertahankan identitas Indonesia sebagai suatu bangsa. Di sisi lainnya, mempertahankan masing-masing identitas suku bangsanya dengan kebudayaan yang beragam itu.
“Perkembangan teknologi seharusnya tidak menggerus nilai-nilai yang menjadi jati diri/karakter diri dalam ruang digital. Terapkan etik dan etiket dalam berinteraksi secara digital akan menghasilkan daya tahan digital,” ungkapnya.
Kiai M. Jadul mengatakan, untuk menjaga budaya kita perlu mengenali budaya kita sendiri karena memiliki berbagai macam. “Contohnya seperti wayang yang sudah diakui dunia yang menjadi warisa budaya Indonesia. Pengetahuan yang didapatkan manusia adalah untuk mengembangkan hidup manusia supaya lebih maju,” imbuhnya.
Sebagai pembicara terakhir, Dr. Delly Maulana menjelaskan, internet memiliki dua sisi wajah yaitu positif dan negatif. Dalam sisi positif internet membantu manusia untuk berinteraksi, bekerja sama, efisiensi, menyebar pengetahuan dan belajar pengetahuan, berbisnis, dan membuka cakrawala.
Namun, dalam sisi negatif, internet dijadikan alat untuk kejahatan (kriminal), seperti penipuan, transaksi narkoba, terorisme, ajakan provokasi, pornografi, perdagangan manusia, cyberbullying, dll.
Selain itu perkembangan teknologi informasi yang begitu masif, rentan mendegradasi krisis jati diri dan kehilangan pegangan hidup yang dahulu disediakan oleh budaya tradisi kita.
“Budaya Indonesia menjadi perisai dan benteng pertahanan perkembangan teknologi sebagai sebuah keniscayaan. Keterkaitan Ketahanan Budaya dengan Ketahanan Nasional. Rasa nasionalisme tidak akan ada tanpa imajinasi tentang bangsa yang dibangun oleh kesinambungan tradisi budaya,” paparnya.
Ia menambahkan, kita merasa menjadi bagian dari bangsa Indonesia karena kita merasa dipersatukan oleh narasi budaya kebangsaan yang dekat pada kehidupan budaya tradisi. Nilai-nilai politik nasional hanya dapat diwariskan lewat kesadaran sejarah yang merasuk dalam praktik budaya sehari-hari.
“Kehidupan kebangsaan kita tidak akan terselenggara dengan mulus apabila budaya tradisi kita diabaikan, karena kesinambungan budaya tradisi itulah yang menopang kehidupan kebangsaan kita,” pungkasnya.
Budaya populer
Dalam sesi KOL, Astira Vern mengatakan, keberadaan internet dapat memudahkan aktivitas sehari-hari asal menggunakan secara bijak. “Dampak positif menggunakan internet dapat memudahkan komunikasi karena sudah tersedianya berbagai macam aplikasi dan juga internet menjadi sarana pendukung pembelajaran,” tuturnya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Gilang mengatakan, budaya luar yang masuk ke Indonesia melalui ranah digital ini seakan mengikis budaya kita.
Misalnya anak muda lebih paham drama Korea daripada budaya daerahnya. Apakah karena budaya kita itu dianggap terlalu kuno? Apakah masuknya tren luar ini bisa menjadi suatu ancaman secara perlahan/halus bagi negara kita?
“Memang sekarang fenomena yang ada mereka jauh lebih paham dengan kebudayaan luar. Banyaknya budaya populer yang masuk ke Indonesia akan mengaburkan budaya kita, dan bukan artinya budaya Indonesia itu buruk justru banyak orang luar melalukan penelitian tentang Indonesia, kita bisa lawan dengan menguatkan budaya kita,” jawab Nurly.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.