Yayasan Danamon Peduli (Danamon Peduli) bersama Filantropi Indonesia (FI) dan Kemitraan Habitat menginisiasi diskusi pasca-Konferensi Persatuan Bangsa-Bangsa Habitat III. Inisiatif ini dinilai penting untuk menjawab tantangan pembangunan perkotaan yang semakin kompleks berikut beragam tantangan yang menyertainya.
Diskusi ini bertujuan untuk mendorong kemitraan yang efektif dalam menghadapi tantangan pembangunan perkotaan sesuai dengan New Urban Agenda (NUA). NUA merupakan komitmen negara-negara anggota PBB sekaligus menjadi kerangka kerja yang memuat bagaimana perkotaan harus direncanakan dan dikelola untuk mencapai pembangunan dan urbanisasi yang berkelanjutan
Hadir sebagai narasumber, Direktur Perkotaan, Perumahan dan Permukiman Bappenas Tri Dewi Virgiyanti, Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Kementerian PUPR Dwityo Akoro, Direktur Sarana Distribusi dan Logistik Kementerian Perdagangan Sihard Hadjopan Pohan SH MM, Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Dr Lana Winayanti, Ketua Badan Pengarah Filantropi Indonesia Erna Witoelar, Ketua Dewan Eksekutif Kemitraan Habitat Wicaksono Sarosa PhD, Sekretaris Jenderal United Cities and Local Governments Asia Pasific Dr Bernadia Irawati Tjandradewi, CSR Manager PT Holcim Indonesia Ummu Azizah Mukarnawati, dan Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli Restu Pratiwi.
Bertindak sebagai moderator adalah Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk M Pambudy dan Ketua Badan Pengurus Filantropi Indonesia Timotheus Lesmana Wanadjaja.
Pada kesempatan ini, hadir lebih dari 70 perwakilan dari lembaga filantropi, perusahaan, perguruan tinggi, organisasi masyarakat sipil, komunitas, dan pemerintah/pemda yang memiliki program dan perhatian terhadap masalah perkotaan.
“Sebagai peserta di Konferensi PBB Habitat III Quito, Danamon Peduli berkomitmen untuk aktif dalam pelaksanaan NUA di Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan inisiatif kami untuk ambil bagian dalam pembentukan Filantropi Klaster Permukiman dan Perkotaan. Bersama dengan pemerintah, yaitu Bappenas dan kementerian terkait, swasta, organisasi filantropi, seperti Filantropi Indonesia dan Kemitraan Habitat, kami optimistis dalam 20 tahun ke depan kolaborasi ini mampu mendukung terciptanya kota yang adil dan berkelanjutan,” ucap Restu Pratiwi.
Sementara itu, Erna Witoelar menegaskan, yayasan dan lembaga filantrofi selayaknya menyambut NUA sebagai kerangka kerja yang bisa membantu program kerja dan memperkuat kolaborasi serta sinergi dengan berbagai sektor. Pada akhir diskusi dilakukan perumusan Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan seremoni pengesahan pembentukan FKPP yang ditandai dengan penunjukan Restu Pratiwi sebagai Ketua dari Filantropi Klaster Permukiman dan Perkotaan. [*]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 25 Oktober 2017