Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kominfo menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Tren Aplikasi Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 15 Juli 2021 di Kota Cilegon, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Pradna Paramita (Founder Bombat.Media), Anang Dwi Santoso SIP MPA (Dosen Universitas Sriwijaya), Adetya Ilham (Kaizen Room), Pri Anton Subardio (CEO BUMDesa MutiaraSoka dan Nemolab).
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Pradna Paramita membuka webinar dengan mengatakan bahwa saat ini media sosial selain sebagai media untuk bersosialisasi, bertukar informasi juga menjadi media efektif untuk berpromosi.
“Sangat terbuka lebar bagi kita yang ingin membagikan hasil karya minat dan bakat kita, maka dari itu sayang sekali jika tidak ikut ambil bagian untuk berkarya dan mempromosikan hasil karya kita di media sosial,” ujarnya.
Ia menambahkan, kenali minat dan bakat, lalu bisa langsung memulai produksi konten. Setelahnya dapat disebarkan ke media sosial sebanyak mungkin. Selain itu, kita harus riset dalam bermedia sosial agar tepat tujuan dan target audiensnya. Sekarang untuk promosi trennya bergeser ke video atau media sosial yang dapat membuat video. Seperti Instagram, Twitter, Youtube, dan Tiktok.
“Selain berkonten kita juga dapat berkomentar. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam berkomentar karena jejak digital tidak akan pernah hilang, dan komentar bisa menjadikan algoritma. Kalau kita menemukan konten kreatif maka kita bisa ikut menyebarkan,” ungkap Pradna.
Adetya Ilham turut menjelaskan, ketika kita kecanduan internet maka dapat digambarkan sebagai gangguan control impuls yang tidak melibatkan penggunaan obat yang memabukkan dan sangat mirip dengan gangguan pengendalian diri.
“Dalam bermedia digital terkadang kita memiliki perilaku konsumtif (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri) dan dampaknya adalah boros atau sering belanja online, dan berprilaku agresif,” jelasnya.
Lain halnya dengan perilaku produktif (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya), dampaknya akan menjadi produktif dengan cara membuat karya, transaksi bisnis menjadi mudah, dan menambah income. Adapun etika dalam membuat akun media sosial, yaitu gunakan identitas asli, menggunakan foto profil diri kita, jangan memakai foto orang lain, dan gunakan bahasa yang sopan dan santun.
Kita juga harus waspada terhadap konten negatif, hoaks, uajaran kebencian, dan cyberbullying. Hal tersebut jika dilakukan maka akan melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik yang telah diubah melalui UU Nomor 19 Tahun 2016.
“Dalam berinteraksi dalam ruang digital kita harus melakukan hal yang positif. Seperti menyapa serta memperkenalkan diri/brand terlebih dulu. Jangan lupa gunakan bahasa santun dan sopan atau sertakan emoticon yang menujang percakapan,” beber Adetya.
Anang Dwi Santoso memaparkan, digitalisasi telah merevolusi sendi-sendi kehidupan manusia. Hal itu terlihat dari jumlah pengguna elektronik yang terus meningkat. Setidaknya, ada tiga aspek penting dalam membangun budaya digital.
“Yaitu participation (masyarakat memberikan partisipasi kontribusi untuk tujuan bersama), remediation (mengubah budaya lama menjadi budaya baru), dan bricolage,” jelasnya.
Adapun manfaat medsos, yaitu munculnya pekerjaan-pekerjaan baru, kemudahan dalam mengakses, mendapatkan dan membagikan informasi, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan partisipasi masyarakat, dan berkembangnya usaha melalui e-commerce, toko online, ojol, dan lain sebagiannya.
“Namun, medsos ternyata dapat merusak mentalmu jika kita sudah kecanduan medsos. Cara menjaga kesehatan mental dengan detoksifikasi media sosial. Yaitu dengan cara matikan notifikasi untuk kurangi fear of missing out, jauhkan ponsel saat melakukan aktivitas produksi, dan batasi waktu pengguna ponsel untuk media social,” ungkap Anang.
Sebagai pembicara terakhir, Pri Anton Subardio mengatakan, identitas digital harus dilindungi dan data pribadi kita pun juga. Karena, penipuan digital dengan belanja daring saat ini menjadi salah satu aktivitas tren warga digital yang berpotensi sebagai lahan penipuan.
“Teknologi yang semakin canggih dapat membaca kebiasaan kita dari jejak digital yang kita tinggalkan,” katanya. Pada saat ini, kasus pembajakan akun medsos sedang marak dan digunakan untuk penipuan yang melibatkan identitas digital penggunanya.
Jejak digital aktif, yaitu mencakup data yang dengan sengaja kita kirimkan di internet atau platform digital. Sedangkan jejak digital pasif, yaitu jejak data yang kita tinggalkan secara daring dengan tidak sengaja dan tanpa sepengetahuan kita.
“Tips merawat jejak digital yaitu cari tahu jejak digital dirimu dengan ketik nama di mesin pencari, atur privasi di perangkat dan akun medsos sesuai dengan target unggahan konten/foto, serta hapus aplikasi yang tidak dipakai,” saran Pri.
Salah satu peserta bernama Rifqi Pamungkas berpendapat, selain digunakan untuk bersosialisasi di dunia digital, Tiktok juga digunakan untuk promosi dagangan. “Lantas, bagaimana cara agar kita tidak hanya menjadi penikmat aplikasi ini, tapi juga dapat memanfaatkan Tiktok untuk melakukan hal produktif seperti berjualan atau menjadi konten creator yang terkenal?”
Dari pengalaman pribadi sebagai content creator, jawab Adetya, yang pertama kita harus berniat untuk memulai walaupun susah. Kita juga harus memikirkan konten apa yang bagus dan positif, kita harus tau konten yang akan dibagikan seperti apa.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Cilegon. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]