Jika membahas tentang Indonesia yang terdiri dari 17 ribu pulau, memiliki 34 provinsi, banyaknya suku, dan 716 bahasa daerah, tentunya negara Indonesia disebut sebagai negara yang majemuk, multikulturalis dan demokratis. Adanya teknologi dan internet tentu memudahkan kita karena tidak ada batasan; kita bisa berkomunikasi satu sama lain di ruang digital tanpa harus bertemu secara langsung.

Kalau kita membahas teknologi dan internet, banyak sekali manfaatnya seperti memudahkan berkomunikasi melalui platform media sosial, mendapatkan berbagai macam informasi, dan juga memperoleh hiburan. Bahkan sekarang kita sebagai warganet bisa mendapatkan penghasilan dari penggunaan platform digital, seperti media sosial dan e-commerce.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Tips Hujan Cuan di Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis (4/11/2021), pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Razi Sabardi (Pengamat Kebijakan Publik Digital), Denisa N. Salsabila (Kaizen Room), M. Nur Arifin (Peneliti/Antropolog), Ari Ujianto (Penggiat Advokasi Sosial), dan Komo Ricky (Aktor, Host & Presenter) selaku narasumber.

Mencari cuan

Dalam pemaparannya, Razi Sabardi menyampaikan, “Masyarakat 5.0 adalah masyarakat pintar di mana digitalisasi dan internet tersebut kita manfaatkan untuk membantu kita dalam berkegiatan sehari-hari. Transformasi digital dan pandemi Covid-19 menjadikan proses transaksi masyarakat secara konvensional berkurang sangat drastis. Imbasnya, transaksi via daring menjadi jawaban atas segala kebutuhan untuk bertahan hidup. Apa pun, di mana pun, dan kapan pun, e-market selalu bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang.”

“Selain itu, ternyata mencari cuan itu bukan hanya di e-commerce, tetapi juga bisa di media sosial, dengan munculnya tren-tren baru seperti menjadi content creator, menjadi selebgram, selebtok (seleb TikTok), dan Youtuber yang saat ini banyak dilakukan untuk mendapatkan pundi-pundi cuan atau uang. Namun sebagai warganet jika ingin menjadi content creator harus memperhatikan dampaknya juga; jangan sampai yang dibagikan mengandung konten negatif seperti mengandung ujaran kebencian, hoaks, cyberbullying, dan hal negatif lainnya.”

Komo Ricky selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dalam memanfaatkan ruang digital untuk menghasilkan cuan, pertama harus ketahui dulu apa yang mau dilakukan, misalnya ingin menjadi seorang content creator. Kemudian kita harus memikirkan apa yang mau kita buat, mungkin bisa dengan membuat sebuah konten yang kita sukai agar tidak menjadi beban saat melakukannya. Dengan melakukan apa yang kita sukai pasti akan membuat kita nyaman dan tidak ada tekanan mengenai followers, likes, dan paid promote.

Kita juga harus mengetahui tentang image pribadi untuk menjadi content creator; image itu penting sekali, karena bisa membuat sebuah produk akan masuk sesuai dengan image kita tersebut. Ia sampaikan kepada kita untuk jangan hanya karena ingin cepat viral kita jadi menghalalkan segala cara dalam membuat sebuah konten, karena nantinya pada saat kita mencoba masuk ke sebuah konten yang kurang baik, image kita juga akan kurang baik.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Nurma Wulandari menyampaikan pertanyaan “Misalnya ada pembeli online yang tidak mengetahui tata cara membeli online, lalu pembeli tersebut mendapat masalah terhadap barang yang diterima, karena ketidaktahuannya dia menyalahkan semua pihak termasuk kurir yang mengantarkan paket. Maka, bagaimana sikap kita sebagai penjual kepada pembeli yang kurang pengetahuannya terhadap tata cara membeli online tersebut, agar kita tetap menjadi pembeli dan penjual yang beretika di bisnis online?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Denisa N. Salsabila, “Kita bisa membagikan pengetahuan berupa video-video tutorial yang memang sudah ada di e-commerce itu sendiri. Namun kalau kasusnya dari online shop pribadi bukan dari sosial media, biasanya para pelapak ini harus mendetailkan tata cara pembeliannya. Penting untuk jelaskan berulang kali ketentuannya sebelum pembeli melakukan pembayaran.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.