Perlu disadari saat ini dunia digital memengaruhi anak. Siapapun yang mendapat akses terhadap internet bisa membuat dan juga bisa berbagi konten. Anak pun juga dapat terpapar konten itu.
Sayangnya, tidak semua konten yang sampai pada anak bersifat baik dan positif. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk melakukan pendampingan pada anak saat berdekatan dengan gadget. Hal ini bukan hanya untuk mengawasi konten yang mereka akses, tetapi juga mengamankan mereka agar tidak kecanduan yang dapat terjadi akibat konsumsi yang berlebihan.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tips Dampingi Anak Belajar di Era Pandemi”. Webinar yang digelar pada Senin, 26 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Dewi Rahmawati (Product Manager Localin), Novi Widyaningrum SIP MA (Peneliti Center for Population and Policy Studies UGM), Khuriyah Husna MPA (Universitas Lancang Kuning dan IAPA), Erfan Ariyaputra SPsi (training & development expert), dan Sony Ismail (Musisi JRocks) selaku narasumber.
Khuriyah Husna menyampaikan, media digital sudah menjadi kebutuhan pokok, khususnya bagi pembelajaran anak-anak yang sudah beralih pada metode e-learning dengan menggunakan berbagai platform. Terkait hal itu, harus menanamkan pemahaman mengenai dunia digital kepada anak. Mereka harus sudah diperkenalkan dengan keberadaan internet, serta mengenali dan memahami segala macam konsekuensi dari penggunaannya. Hal itu penting agar mereka nantinya dapat menggunakan internet secara tanggung jawab.
“Dengan menggunakan media digital dengan baik dan mendapatkan akses ke internet, anak dapat menjadi lebih kreatif. Namun, adapun sisi negatifnya seperti anak dapat menjadi antisosial dan menjadi ketergantungan pada gawai. Sebagai orangtua, penting untuk diskusikan risiko penggunaan internet bersama dengan anak,“ ujar Khuriyah.
Sony Ismail juga menceritakan pengalamannya menghadapi sekolah luring yang tiba-tiba menjadi sekolah daring di masa pandemi ini. Walau awalnya cukup kesulitan, lama-lama ia mulai terbiasa juga dan sudah membaik, serta anak-anaknya juga sudah mengerti cara sekolah daring. Ia melihat bahwa anak-anak generasi Alpha sudah paham menggunakan media digital karena mereka lahir di zaman yang memang serba digital.
Namun, lanjut Sony, ia melihat adanya dampak negatif seperti pengaruh budaya luar yang sedikit mengkhawatirkan, seperti anak ikut-ikutan berbicara menggunakan bahasa Inggris padahal tidak mengerti artinya, dan bahkan artinya tidak baik. Hal seperti ini yang membuat ia sadar bahwa yang paling penting dalam penggunaan media digital oleh anak adalah pendampingan orangtua.
Salah satu peserta bernama Sriyatun menyampaikan, saat ini anak-anak susah lepas dari gadgetnya. “Trik-trik atau rayuan apa yang bisa digunakan agar anak bisa mengurangi penggunaan gadget, dan apa ada dampak di masa mendatang kalau terlalu sering bermain gadget?”
Pertanyaan tersebut dijawab oleh Khuriyah Husna. “Sebagai orangtua, kita harus membuat aturan berapa lama anak boleh mengakses dan menggunakan gadget. Sebisa mungkin terapkan aturan bahwa tidak ada ponsel pribadi bagi penggunaan anak. Mereka boleh bermain gim tapi ada waktunya, dan hanya boleh bermain gim yang santai dan mengedukasi. Waktu penggunaan smart TV juga diberikan waktu, dan aturlah channel-channel yang boleh ditonton oleh anak.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]