Selayaknya dunia fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami sebagai pengguna media digital agar tidak tersesat dalam dunia digital. Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi secara produktif.
Salah satu kompetensi yang perlu dipunyai sebagai warganet dan warga negara Indonesia adalah digital skills, kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital, mulai dari website hingga beragam aplikasi di smartphone. Salah satu hal yang perlu dipahami adalah penggunaan bahasa yang baik belum tentu tepat, penggunaannya harus disesuaikan situasi dan melihat kepada siapa kita berbicara.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Memahami Multikulturalisme Dalam Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 14 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Mathelda Christy (Praktisi Pendidikan dan Training), Bambang Pujiyono (Dosen Fisip Universitas Budi Luhur Jakarta), Wulan Tri Astuti (Dosen Ilmu Budaya UGM dan IAPA), Zulfan Arif (Penerjemah dan Content Writer), dan Riska Yuvista (Miss Halal Tourism Indonesia 2018) selaku narasumber.
Bambang Pujiyono menyampaikan bahwa multikulturalisme merupakan pemahaman tentang realitas multikultur. Ia berorientasi pada sebuah penegasan bahwa segala perbedaan yang terjadi memiliki kesamaan kedudukan di ruang publik. Nilai-nilai inti yang dikembangkan dalam multikulturalisme adalah kesadaran keragaman (plurality), kesetaraan (equality), kemanusiaan (humanity), keadilan (justice), dan nilai-nilai demokrasi (democratic values).
Manfaat dari memahami multikulturalisme adalah komunitas, baik di dunia nyata maupun dunia maya, dapat membangun kepercayaan, rasa hormat, dan pemahaman di semua budaya. Komunitas dan organisasi di semua lingkungan mendapat manfaat dari latar belakang, keterampilan, pengalaman, dan cara berpikir baru yang berbeda yang datang dengan keragaman budaya yang berbeda.
“Kita semua manusia, bahkan sekalipun saat berada di dunia digital, jadi ikutilah aturan seperti dalam kehidupan nyata,” jelasnya.
Riska Yuvista selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan dampak positif dan negatif dalam ruang digital. Sisi negatifnya adalah masih banyak penipuan, penyebaran hoaks, dan konten dewasa. Kalau sisi positifnya, menjadi mudah berkomunikasi, lalu bisa mengakses informasi secara luas, dan kemudahan transaksi bisnis secara online.
Selain itu, bisa juga untuk promosi diri atau personal branding dengan membuat konten-konten positif yang bermanfaat. Mengenai cara kita agar tetap produktif, walaupun ruang digital sudah bebas diakses, tetap perlu membuka website yang membuat kita menjadi lebih produktif dan bermanfaat. Kita juga harus bijak dalam membuat konten, karena dengan adanya media sosial, kita dapat disenangi oleh netizen atau malah dijauhi.
Salah satu peserta bernama Ahmad Fajri menyampaikan, budaya digital merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapannya lebih pada mengubah pola pikir agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.
“Bagaimana strategi menumbuhkan perilaku dan budaya dalam transformasi digital yang sesuai supaya tidak terjadi adanya hoaks?” tanyanya.
Bambang Pujiyono menjawab, hoaks adalah berita bohong yang kebenarannya harus dibuktikan dan diperiksa dulu melalui data dan fakta. Ada beberapa cara untuk menghindari hoaks, yaitu jangan mudah terprovokasi dengan judul berita, bersikap kritis terhadap apapun yang didapat, mengutamakan logika, dan selalu melakukan konfirmasi atas kabar yang diterima.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]