Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tingkatkan Kualitas Pendidikan Melalui Literasi Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 1 Oktober 2021 di Tangerang Selatan, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Alfan Gunawan – Praktisi Komunikasi / Senior Consultant Opal Communication, Dr Arfian, MSi – Dosen & Konsultan SDM, Wulan Furrie, MIKom – Praktisi dan dosen manajemen Komunikasi Institut STIAMI, dan Eka Y Saputra – Web Developer & Konsultan Teknologi Informasi.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Alfan Gunawan membuka webinar dengan mengatakan, perubahan teknologi komunikasi seiring berjalannya zaman, turut mengubah medium dan jenis/format informasi dalam melakukan interaksi antar sesama.
“Di lain sisi, ketersediaan infrastruktur digital masih menjadi tantangan bagi pemerintah. Mengingat Indonesia secara geografis memiliki tantangan tersendiri,” tuturnya.
Menurutnya, teknologi dapat menggantikan peran guru. Terutama untuk mengkonsumsi pengetahuan terkait kemampuan teknis dan prosedural. Tapi, untuk menciptakan pengetahuan baru, pikiran cerdas, kreatif dan kritis, guru adalah tetap ujung tombaknya.
Dr. Arfian menambahkan, media sosial sebagai alternatif pembelajaran. Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang didapat melalui berbagai sumber digital secara bertanggung jawab.
“Tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia, sayangnya, tidak diimbangi kemampuan literasi digital yang mumpuni. Maka penting untuk meningkatkan kemampuan
individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi,” katanya.
Menambah penguasaan ‘kosa kata’ individu, dari berbagai informasi yang dibaca. Meningkatkan kemampuan verbal individu. Literasi digital dapat meningkatkan daya fokus serta konsentrasi individu.
Terintegrasinya literasi digital dalam kurikulum pendidikan diharapkan dapat menciptakan generasi yang mau membaca, memahami masalah, dan bisa mencari solusi atas persoalan tersebut.
“Membaca hanya untuk menjawab pertanyaan sehingga mereka hanya fokus pada jawaban yang tepat dan bukan memahami bagaimana solusi yang sesuai untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Kemampuan literasi digital sangat dipengaruhi oleh kemampuan literasi baca tulis,” ulasnya.
Wulan Furrie turut menjelaskan, budaya digital ialah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
“Budaya merupakan bagian dari budi dan akal manusia. Budaya adalah pola atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan pada generasi berikutnya,” tuturnya.
Tantangan pembelajaran digital dalam pendidikan 4.0, bukan hanya tentang teknologi pembelajaran digital, tetapi juga mengenai perubahan cara berpikir dan apa yang paling penting dalam edukasi generasi penerus.
Prestasi belajar dan proses belajar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena prestasi belajar pada hakikatnya adalah hasil akhir dari sebuah proses belajar. Guru profesional di era digital memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional dengan dukungan tekhnologi.
Sebagai pembicara terakhir, Eka Y Saputra mengatakan, sebenarnya hacker itu inovator bukan penyintas. Hacker menemukan celah di sistem memanipulasi sistem sesuai kebutuhan dengan menggeser fungsi sistem dan mengubah mekanisme sistem.
“Cracker itu dengan menggeser mekanisme, mengubah fungsi sistem untuk kepentingan tertentu yang mengakibatkan kerugian pihak lain. Seperti halnya mencuri karya digital dan menyalahguunakan data pribadi orang lain,” ujarnya.
Cara pencegahan penyalahgunaan data yakni dengan batasi eksistensi di internet dengan seleksi data diri yang akan dipublikasikan, pahami aturan perlindungan data pribadi, dan gunakan sistem atau aplikasi pengamanan data.
Dalam sesi KOL, Brigita Ferlina mengatakan, dampak positif internet untuk saat ini banyak sekali, salah satunya memudahkan mendapatkan informasi, mencari uang secara online.
“Tetapi ya itu ada positif ada juga negatifnya, negatifnya banyaknya berita-berita hoax yang tersebar. Makanya untuk kita semuanya harus berhati-hati dalam memilih berita yang berada di social media. Karena tidak semuanya yang ada dimedia sosia itu benar adanya, jadinya kita harus cek terlebih dahulu sebelum dicerna,” katanya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Sri Mulyani menanyakan, bagaimana supaya data yang kita punya bisa aman dari kejahatan hacker/scamming?
“Langkah melindungi kehidupan digital kamu dari serangan cyber dengan cara gunakan aplikasi chatting dengan fitur enkripsi, lindungi harddrive komputer dengan fileVault atau BitLocker. Tentunya kamu sudah tau bahwa mengubah password secara rutin adalah salah satu hal paling sederhana yang dapat kamu lakukan untuk melindungi diri dari invasi digital,” jawab Eka.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Tangerang Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.