Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Bangun Demokrasi di Media Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 29 September 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Yossy Suparyo (Direktur Gedhe Nusantara), Muhamad Achadi (CEO Jaring Pasar Nusantara), Widiasmorojati (Entrepreneur), Anang Masduki MA PhD (cand) (Dosen Ilmu Komunikasi UAD).
Yossy Suparyo membuka webinar dengan mengatakan, demokrasi digital adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk penggunaan seluruh jenis-jenis media internet, penyiaran interaktif, dan telepon digital untuk tujuan meningkatkan demokrasi.
“Partai politik bisa memanfaatkan materi promosi yang tersedia untuk dipublikasikan di internet. Menawarkan berita yang berhubungan dengan partai dalam bentuk online magazine. Mengintegrasikan elemen-elemen anggota dan fungsionaris partai dan interaksi media sosial yang intens,” tuturnya.
Menurutnya, partai politik harus mengambil literasi digital sebagai media pengembangan dan penguatan diri. Dengan digitalisasi, partai akan mempercepat proses gerakan secara efektif dan efisien untuk melakukan sosialisasi program-program strategis.
Muhamad Achadi menambahkan, demokrasi hakikinya adalah konsep etis karena dibangun atas dasar permusyawaratan, kesetaraan dan keadilan, sebagaimana prinsip dasar etika demokrasi Pancasila.
“Jagad media sosial kita dipenuhi oleh beraneka ragam konten yang sangat beragam. Partisipasi warga dengan bebas mengisi tiap ruang-ruang komunikasi tanpa batas. Namun dalam sistem demokrasi kita, tak ada kebebasan yang mutlak. Hukum akan membatasinya, agar demokrasi tidak disalah artikan sebagai kebebasan tanpa tanggung jawab,” katanya.
Demokrasi dan hak asasi di ruang digital sering dijadikan sebagai tameng untuk alasan kemerdekaan berpendapat tanpa batas dan tanpa tanggung jawab. Padahal, kewajiban warga digital/warganet adalah memahami dan menjadikan etika sebagai kesadaran, tentang apa yang menjadi hak dan apa menjadi kewajiban dalam berdemokrasi.
Anang Masduki turut menjelaskan, jumlah laporan penipuan daring per tahun semakin meningkat. “Maka perlu kenali hoaks, misinformasi,disinformasi, malinformasi.” Setidaknya ada beberapa cara untuk mengenali hoaks.
Pertama adalah judulnya provokatif, foto profil tidak wajar, jangan terbuai gelar, hobi sebar situs abal-abal, selalu menyerang satu tokoh, narasi yang dibuat selalu sama, di akhir ada kata viralkan, ajakan anarkis, dan mengaduk emosi.
Dalam sesi KOL, Tyra Lundy mengatakan, dalam kemajuan teknologi kita semakin mudah untuk mengakses informasi, komunikasi, bertransaksi bisnis, dan kalau sekarang pakai platform media sosial bisa mempromosikan diri.
“Negatifnya ada banyak berita hoaks, kemudian juga penipuan-penipuan dan juga konten dewasa yang tidak bisa dimungkiri tapi sekarang orangtua ini juga sudah membatasi. Negatifnya ya dengan meminimalisasi dengan lebih kreatif dan memahami literasi digital punya etika,” katanya.
Salah satu peserta bernama Dafa Dhiya menanyakan, bagaimana etika yang baik ketika berdiskusi atau menyampaikan pendapat di ranah publik atau media sosial?
“Prinsip etika di ruang digital ada prinsip integritas, tanggung jawab, kejujuran, kesadaran. Lalu kemudian bagaimana merespons ya cukup dengan positif aja tertawa dingin, nonton, kalau tadi Pancasila ya tidak usah merespons dengan ego tinggi dan terlalu mendalam jadi merugikan diri kita saja karena mikir lebih baik kita berpikir positif,” jawab Widiasmoro.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]