Pengguna media digital wajib mengetahui tentang netiket, yaitu tata cara dan tata krama beretika dalam dunia digital atau internet. Adapun empat prinsip dalam beretika digital, yaitu kesadaran (memiliki tujuan dalam mencari berita atau informasi), integritas (berkaitan dengan kejujuran, mewaspadai dan berhati-hati dalam memanupulasi data, menyebarkan informasi, dan lain sebagainya), kebajikan (terkait penggunaan untuk tujuan kebermanfaatan dan kebaikan), serta tanggung jawab (berkaitan dengan apa yang kita lakukan, dampak dan akibat dari konten yang kita buat atau bagikan). Keempat prinsip ini bila diterapkan dengan baik dan benar dapat mencegah semakin menyebarnya hoaks dan mengurangi konten negatif di internet.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Cari Tahu Dulu Jangan Asal Komentar”. Webinar yang digelar pada Jumat (2/7/2021), pukul 09.00-11.30 diikuti oleh ratusan peserta secara daring.
Dalam forum tersebut, hadir Zahid Asmara (art enthusiast), Btari Kinayungan (Kaizen Room), Athif Thitah Amithuhu (Media Sastra Online Ceritasantri.id), Nanik Lestari MPA (peneliti MAP Universitas Gadjah Mada), dan Shafinaz Nachiar (influencer) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Btari Kinayungan menyampaikan informasi, “Salah satu poin penting bagi seorang content creator adalah melawan dan mencegah semakin tersebarnya mis-informasi (informasi yang tidak benar), dis-informasi (ketika seorang menyebarkan informasi, padahal orang tersebut mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar), serta mala-informasi (informasi dengan tujuan menjatuhkan pihak-pihak lain). Dalam berkomunikasi di ranah digital, kita harus memiliki berbagai macam kecakapan, bukan hanya dalam menggunakan perangkat digital atau aplikasi kita. Beberapa kecakapan tersebut adalah cakap memahami konten yang kita buat atau temukan, cakap memproduksi konten yang bermanfaat, cakap mendistribusikan konten tersebut, dan cakap dalam berpartisipasi dan berkolaborasi untuk semakin membuat ruang digital aman dan nyaman bagi sesama. Marilah kita menjadi warga negara digital yang Pancasilais dengan berpikir kritis dan bergotong royong memajukan kolaborasi untuk kampanye literasi digital.”
Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Hendrawan menyampaikan pertanyaan “Banyak konten judulnya bersifat clickbait yang hampir melenceng dari isi konten tersebut, beragam topik berita, selalu ada clickbait dalam judulnya. Mungkin memang hal ini dilakukan bertujuan untuk menarik perhatian pembaca. Namun, tidak jarang, para netizen malas untuk membaca isi beritanya, hanya membaca judul berita, kemudian langsung berkomentar yang mengakibatkan komentarnya melenceng dari topik yang ada dalam konten tersebut. Jika dilihat dari kasus seperti itu yang sering terjadi, kira-kira dari pihak orang yang mem-post atau dari orang yang berkomentar yang perlu diberi edukasi lebih lanjut?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Zahid Asmara, “Sebenarnya inilah yang dimaksudkan sebagai usulan dalam hal berkolaborasi antara content creator dan konsumen atau pembaca berita agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam suatu berita yang ingin disebarkan dan dibaca. Sebagai content creator ataupun pembaca, kita juga harus saling menjaga, saling mengerti, dan saling menginterupsi bila salah satu dari kita melakukan kesalahan.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.