Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Cerdas dan Bijak Berinternet: Pilah Pilih Sebelum Sebar”. Webinar yang digelar pada Selasa, 7 September 2021 di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Yossy Suparyo – Direktur Gedhe Nusantara, Wulan Tri Astuti, S.S., M.A – Dosen Ilmu Budaya UGM, IAPA, A. Zulchaidir Ashary – Pena Enterprise, dan Andrea Abdul Rahman Azzqy, S.Kom., M.Si., M.Si(Han) – Dosen Univ. Budi Luhur Jakarta.

Konten negatif

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Yossy Suparyo membuka webinar dengan mengatakan, di Indonesia mengalami kekerasan sebanyak 1.000 kasus sepanjang tahun 2016.

Berbagai masalah seperti intoleransi, radikalisme/terorisme, pornografi, dan cyber crime mencapai 1.111 kasus pada tahun 2011-2015, dan 767 ribu situs pornografi diblokir Kemenkominfo selama tahun 2016.

“Mencegah hal tersebut, waspadai Misinformasi, Disinformasi dan Malinformasi. Perhatikan alamat situs dan nama domain. Jangan tertipu dengan tampilan web. Sebelum sharing, saring dulu. Konten yang baik belum tentu benar, tidak semua konten yang benar pantas disebar, konten yang benar belum tentu bermanfaat,” paparnya.

Wulan Tri Astuti menambahkan, etika adalah sebagai sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Sementara etiket didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat.

“Netiket (network etiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan Internet. Kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” ujar Wulan.

Menurutnya, netiket bukanlah hal yang kompleks, asalkan logika dan common sense kita berjalan lancar, netiket berasal dari hal yang umum dan biasa yang layaknya kita lakukan dalam kehidupan bermasyarakat.

“Saat kita berkomunikasi dan bertransaksi di dunia digital, kita dituntut untuk mampu menyeleksi dan menganalisis informasi apa saja yang akan kita sampaikan dengan lawan bicara. Pemahaman Netiket haruslah kita terapkan sebagai pengetahuan dan sebagai salah satu soft skill yang melekat pada individu maupun sebagai bagian budaya dari institusi,” pesannya.

Budaya digital

A. Zulchaidir Ashary turut menambahkan, ada beberapa perubahan yang terjadi selama 20 tahun terakhir. Contohnya perubahan komunikasi, perubahan membaca buku, perubahan mendengarkan music dan menonton film.

“Maka diperlukan digital culture, yang merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Menurutnya, digital culture merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital. Orang yang bertahan adalah yang mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan lingkungan.

Teori komunikasi antar pribadi (mindful communication) merupakan karakter yang menitikberatkan pada perilaku komunikasi yang maksimum dalam simpati serta empati, namun minim iritasi.

Seseorang yang tidak memiliki karakter mindful communication pada diri mereka, berpotensi untuk mengalami kesulitan komunikasi dan mengiritasi perasaan orang lain, bahkan juga menyakiti lingkungan sosialnya secara umum. Untuk itu, penting bagi seluruh generasi memahami mindfulness communication di dunia digital.

Etika

Sebagai pembicara terakhir, Andrea Abdul menjelaskan, etika dalam digital di antaranya menggunakan bahasa yang santun, membagikan informasi yang valid dengan sumber yang akurat, serta tidak membagikan informasi yang bersifat merugikan. “Jika melanggar dan merugikan orang lain, baik material maupun immaterial, hukuman dan akibatnya sudah jelas dan berat,” ujarnya.

Dalam sesi KOL, Revan Farnur mengatakan, ada dua dari internet. Sisi positifnya di mana berita mudah sekali diakses justru menambah luar biasa khazanah kita tentang pengetahuan yang kita inginkan.

“Dari sisi negatifnya, kita lebih akrab dengan informasi hoaks dan informasi hoaks yang dapat merusak mental kita, itulah kenapa pemerintah menciptakan UU ITE agar kita lebih bijaksana dalam bermedia sosial. Sebaiknya, kita berdigital dengan lebih dewasa lagi,” tuturnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Alya Mutia Febriani menanyakan, langkah apa yang harus dilakukan agar generasi emas bangsa kita dapat cerdas bermedia digital dan sesuai dengan etika digital?

“Kemarin ada update terbaru dari instagram bahwa pengguna dibawah 13 tahun otomatis akan terhapus, ini adalah kenyataan yang terjadi karena banyak kejadian cyberbullying yang menimpa para remaja. makanya instagram mengeluarkan syarat tersebut untuk menghindari hal-hal yang akan terjadi lagi dan mengisyaratkan orang tua untuk lebih menjaga anak-anaknya,” jawab Zulchaidir.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.