Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Menjadi Pelopor Masyarakat Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 15 September 2021 di Kabupaten Lebak, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Tauchid Komara Yuda SSos MDP (Dosen Fisipol UGM), Reza Sukma (Dosen/Pengajar Universitas Sebelas Maret), Sugiyono MIP (akademisi, pemerhati pendidikan, sosial, dan keagamaan), dan Daniel J Mandagie (professional digital technology).

Tauchid Komara membuka webinar dengan mengatakan, ada beberapa tips agar tidak terprovokasi di dunia maya. “Hati-hati dengan judul provokatif. Sebuah berita dikatakan asli jika ada konfirmasi dari pihak terkait. Cermati alamat situs! Blogspot, wordpresscom? Periksa data dan siapa yang memproduksi informasi.”

Ia berpesan, berhati-hatilah jangan sampai kita yang menjadi provokator. Untuk itu penting bagi kita dapat menguasai sekaligus menerapkan literasi digital sebaik mungkin, agar nantinya kita tidak gampang terprovokasi dan juga memprovokasi.

Oleh karena itu, manfaatkanlah media digital dengan baik, dengan mencari ilmu yang positif kemudian nanti bisa kita kembangkan dengan menjadi seorang content creator yang bermanfaat bagi banyak orang.

Reza Sukma menambahkan, kecakapan menggunakan internet adalah kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif. Ada beberapa kompetensi yang perlu dikuasai dalam berliterasi digital, yakni digital skills, digital culture, digital ethics, dan digital safety.

“Selain itu, bersedia menggunakan perangkat digital dan memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan kehidupan. Bersikap tanggung jawab dalam mencari, mengakses, dan menyebarluaskan informasi. Tidak takut, pesimistis, atau antipati terhadap perkembangan teknologi digital,” jelasnya.

Sugiyono turut menjelaskan, Covid-19 menciptakan new normal di masyarakat. WFH menjadi suatu pilihan bahkan setelah Covid, masyarakat lebih terbiasa untuk bertransaksi digital. Masyarakat juga mulai terbiasa mengakses layanan kesehatan dari rumah.

“Selain itu, pendidikan tidak lagi semata-mata harus face to face. Tukar menukar informasi tidak lagi terbatas jarak. Industri dan kegiatan penciptaan barang menjadi makin terotomasi. Pelopor talenta digital harus bisa produktif di masa pandemi, selalu berinovasi, memahami literasi digital, memanfaatkan teknologi informasi untuk beraktivitas,” ujarnya.

Sebagai pembicara terakhir, Daniel J Mandagie mengatakan, maraknya aktivitas digital mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital yang kita miliki. Selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan, dan transaksi secara daring mulai menjadi kebiasaan baru. Karena kebiasaan baru tersebut menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital, teknologi menjadi incaran upaya peretasan.

“Untuk itu diperlukan keamanan digital yang merupakan kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari,” terangnya.

Dalam sesi KOL, Gusto Lumbanbatu mengatakan, media digital saat ini memberikan berbagai dampak pada kehidupan kita. Berbagai kemudahan kita rasakan dengan adanya media digital saat ini mulai dari berkomunikasi, transaksi, hingga menambah pengetahuan baru yang tidak dibatasi dengan ruang dan waktu.

“Sebagai orang yang cakap digital, kita harus dapat menghindari yang namanya penyebaran konten negatif ataupun berita hoaks di medsos. Sebaiknya kita harus cross check dulu suatu info kemudian dalam mencari suatu referensi hendaklah dari sumber yang kredibel,” paparnya.

Salah satu peserta bernama Faar Mufadhdhal menanyakan, bagaimana cara kita mengedukasi teman atau saudara supaya lebih waspada dalam menggunakan sosial media dan terhindar dari berita hoaks?

“Kita harus membanjiri media digital dengan konten-konten positif dan perlu literasi untuk menambah kecakapan digital kita agar bisa terhindar dari bahaya- bahaya dari menggunakan media digital,” jawab Sugiyono.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]