Untuk menciptakan sebuah ruang digital dengan positif dan sehat, kita perlu ketahui tentang keamanan digital yang merupakan salah satu pilar dari literasi digital. Ada risiko yang mempolakan potensi ancaman dan keterampilan.
Risiko yang ditimbulkan di internet antara lain gangguan privasi, ancaman fisik, kesehatan psikis, dan bisa kehilangan (teman, follower, dan brand). Agar terhindar dari itu, kita sebagai pengguna media digital perlu menerapkan literasi digital secara tepat agar bisa memanfaatkan sisi positif dari hadirnya media digital.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 11 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Ismita Saputri (CEO Kaizen Room), Uji Baskoro (Direktur PT INTRANS), Bambang Kusbandrijo (Dosen UNTAG Surabaya dan Pengurus DPP IAPA), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa (Digital Designer dan Photographer), dan Steve Angkasa (Certified Nutritionist dan Entrepreneur) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Bambang Kusbandrijo menyampaikan bahwa nilai positif dari media digital terletak pada faktor kecepatan informasi dan komunikasi, kualitas layanan, pendemokrasian, serta transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan nilai negatifnya adalah masih terdapat pelanggaran hak cipta, kejahatan siber, pornografi, dan penyebaran malware.
Maka dari itu, kita harus ubah mindset kita dengan cara berbudaya digital, seperti berpikir positif (berprasangka baik, saling menghargai, dan saring sebelum sharing sebagai bentuk dari penerapan nilai benar dan bermanfaat. Selain itu, harus juga bersikap kreatif, melihat ruang digital adalah ruang terbuka untuk mengkreasikan karya-karya nyata untuk diri dan bangsa.
Kita juga harus selalu aman dalam artian menjaga martabat diri, keluarga, bangsa, dan negara. Terkait semua itu, ada beberapa yang perlu diperhatikan. Selalu bersikap saling menghormati dalam berkomunikasi, kritisi setiap informasi yang diterima, optimalkan media digital untuk berliterasi perkembangan ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, dan budaya, hindari penyebaran SARA, pornografi dan aksi kekerasan, serta jangan terlalu mengumbar informasi pribadi.
“Jangan lupa juga untuk melakukan kegiatan transaksi bisnis online yang mampu dipertanggungjawabkan. Ruang digital adalah sebuah gudang ilmu dan informasi khususnya bagi generasi saat ini (milenial dan alpha) yang sadar akan ilmu pengetahuan dan teknologi, adaptif dan selektif terhadap perubahan, inovatif, kreatif dan produktif, berjiwa kewirausahaan, bersolidaritas, etis, dan cinta Tanah Air untuk memajukan keindonesiaan dengan hasil karya yang nyata,” jelasnya.
Steve Angkasa selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kita sudah harus menjadi rakyat digital. Banyak hal positif yang bisa kita ambil dengan cepatnya teknologi sekarang dan informasi yang ada di luar sana, sehingga tentunya kita harus belajar memilah informasi yang kita terima.
Ia sendiri lebih merasa terkadang teknologi itu bisa menjauhkan yang dekat atau mendekatkan yang jauh; bagaikan dua sisi koin, dan ia pun pernah merasakan keduanya. Namun, dengan ekosistem yang bagus, menurutnya kita pasti bisa lebih fokus ke hal-hal positif terkait dengan teknologi.
Salah satu peserta bernama Pringga Dani menyampaikan, memang dunia digital ini mempermudah kita dalam mencari informasi, ditambah penggunaan teknologi digital yang mudah sehingga banyak misalnya tugas sekolah yang dapat dicari di internet. Mengingat masih banyak dari generasi muda yang menggunakan media digital dengan tidak benar serta selalu bergantung pada internet.
“Bagaimana caranya agar generasi muda gemar berliterasi serta belajar di media cetak seperti koran, buku paket, maupun yang lainnya sehingga generasi muda tidak terfokus atau bergantung kepada internet?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut dijawab Ismita Saputri. Sebenarnya kita jangan sampai bergantung kepada siapapun dan apapun itu, bukan sekadar internet atau mungkin orang lain. Penting untuk kita meliterasi diri kita dengan mencari semua hal sendiri dan membiasakan diri kita untuk memulai dan mencari lewat buku karena itu bisa lebih baik.
“Kita juga tidak bisa mempercayai semua berita yang beredar di ruang digital. Salah satu cara untuk mengetahui bahwa sebuah berita atau informasi yang kita terima itu hoaks atau bukan itu adalah dengan kebiasaan kita membaca buku. Kita bisa mulai mengajak teman-teman terdekat dan memberikan contoh kepada mereka terlebih dahulu dan meminta mereka untuk meneruskan contoh baik tersebut,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]