Perilaku konsumtif ditujukan untuk konsumsi atau membeli secara berlebihan terhadap barang atau jasa, tidak rasional secara ekonomis sehingga menimbulkan pemborosan, dan lebih mengutamakan kesenangan dari pada kebutuhan. Contoh konsumtif waktu seperti bermain games, cek feed Instagram berjam-jam, melihat status, dan stalking.
Konsumtif terhadap uang contohnya belanja online berlebihan, rasa gengsi yang tinggi, serta selalu ikuti tren dan hidup bermewahan. Untuk menghindarinya, kita harus terapkan perilaku produktif dengan menggunakan fasilitas media digital dan internet untuk menjadi lebih positif dan bermanfaat dan membangun potensi.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Kecanduan Digital: NO! Kreatif dan Produktif: YES!”. Webinar yang digelar pada Kamis, 11 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Ali Elanshory (Account Excecutive MNC Group), Septa Dinata AS (Peneliti Paramadina Public Policy Institute), Bambang Pujiyono (Dosen Fisip Universitas Budi Luhur Jakarta), Mia Angeline (Deputy Head of Communication Department Bina Nusantara University Jakarta), dan Putri Juniawan (TV Presenter dan Duta Bahasa Nasional) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Ali Elanshory menyampaikan bahwa agar mampu menjadi produktif pada dasarnya seseorang tidak pernah terlalu tua untuk mempelajari keterampilan baru. Di samping itu, agar dapat menjadi produktif, tidak ada keterampilan yang terbuang sia-sia.
Satu-satunya hal yang lebih buruk daripada menjadi orang tanpa pendapat adalah menjadi seseorang dengan pendapat yang tidak berguna. Alih-alih hanya menghabiskan waktu saja di internet, berusahalah untuk mengatur hidup, terlebih dengan menanfaatkan fasilitas yang diberikan media digital. Hubungi mereka yang dapat meningkatkan karier atau mengarahkan Anda ke arah yang benar.
“Perbarui profil LinkedIn Anda dan mulailah mencari orang yang dapat mendukung keahlian Anda. Contohnya, kita dapat melakukan blogging, yang sebenarnya tidak hanya dapat membantu mempertajam keterampilan menulis dan mengedit, tetapi juga dapat menghasilkan sedikit uang bagi Anda,” jelasnya.
Putri Juniawan selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa memang kita harus menjadi pejuang melawan kabar bohong atau hoaks. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kemendikbud bekerja sama dengan Kominfo pada 2015, memang banyak sekali berita bohong yang beredar di dunia maya.
Berita hoaks itu mulai bertebaran sejak media sosial mulai digunakan oleh masyarakat beberapa tahun belakangan ini. Ketika kita memasuki dunia sosial itu kita sebenarnya dapat bersifat anonim, dalam arti kata kita bisa memalsukan identitas kita. Hal inilah yang membuat banyak orang yang berkontribusi terhadap penyebaran hoaks sehingga merajalela.
Pertama saat menemukan berita, saat diklik, kita lihat dulu judul dan isinya sama atau tidak. Jangan asal langsung sebar begitu saja karena belum tentu bagus dan bermanfaat beritanya walaupun judulnya bagus dan menarik.
Salah satu peserta bernama Alif Wicaksono menyampaikan, “Bagaimana cara kita menjadi masyarakat yg produktif dan kreatif? Sedangkan di era milenial saat ini justru banyak orang yang hanya gadget addicted atau hanya bermedsos saja. Adakah kiat-kiat atau tips untuk sukses berdigital sendiri, sehingga kita tidak hanya kecanduan internet dalam hal negatif tetapi menjadikan hal tersebut menjadi suatu hal yang positif dan produktif?”
Pertanyaan tersebut dijawab Mia Angeline. Sebenarnya kita tidak bisa sukses dalam berdigital sendiri, karena dunia digital ini sama seperti dunia offline. Dunia luring dan dunia daring ini sebenarnya cerminan. Baik di dunia daring maupun luring kita harus sama-sama menjaga secara beramai-ramai; menjaga lingkungan sendiri dengan tidak sepenuhnya tergantung pada lembaga-lembaga pemerintah.
“Jadi, kita semua punya peran serta untuk saling menjaga. Kalau menemukan hal negatif seperti berita bohong cukup berhenti sampai di kita saja, jangan sampai makin tersebar. Saat ini kita sudah ketahui cara-cara berliterasi digital, berarti kita punya peran serta yang lebih tinggi lagi, yaitu untuk meneruskan pesan atau tips-tips yang sudah didapatkan di hari ini kepada orang terdekat sehingga akan bergulir lagi dan ujung-ujungnya kita akan bersama menjaga ekosistem ruang digital yang sehat dan aman bagi semua,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]