Indonesia harus memperkuat kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Jika upaya-upaya untuk swasembada tidak dilakukan, ke depannya ketahanan energi negara kita akan terancam. Pertamina menempuh cara-cara strategis dan konkret untuk mengupayakan kedaulatan energi, baik untuk jangka waktu dekat maupun jangka waktu panjang.

Upaya yang dilakukan kini sudah mulai membuahkan hasil. Di mana dengan inovasi yang dilakukan dalam proses pengolahan, kilang Pertamina kini bisa memproduksi Solar dan Avtur dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Artinya, Indonesia sudah tidak perlu lagi mengimpor Solar sejak Maret 2019 maupun Avtur sejak April 2019.

Berkurangnya impor juga terasa di produk Pertamax. Dengan adanya Proyek Langit Biru Cilacap, Kilang Cilacap berhasil memproduksi Pertamax 66 persen lebih tinggi dibanding sebelumnya dan dengan kualitas yang meningkat dari EURO II menjadi EURO IV.

Selain itu, penurunan impor yang signifikan juga terjadi pada penggunaan minyak mentah yang diolah oleh kilang nasional. Dengan memaksimalkan penyerapan minyak mentah produksi dalam negeri, maka kebutuhan impor minyak mentah untuk kilang pun menurun sekitar 15-20 persen.

Peningkatan efisiensi kilang juga dilakukan melalui perubahan pola untuk perawatan rutin maupun non rutin (Turn Around). Perubahan pola terkait manajemen peralatan dan kontraktor tersebut berhasil membuat proses perawatan kilang menjadi lebih efektif dari sisi waktu dan efisien dari sisi biaya.

Pertamina juga telah berhasil melakukan ujicoba pengembangan Green Fuel di Kilang Plaju dan Dumai secara Co-Processing, yaitu di mana bahan baku nabati dicampur dengan bahan baku fosil dan diolah secara bersama-sama untuk menghasilkan Green Gasoline (Kilang Plaju) dan Green Diesel (Kilang Dumai). Ke depan, Pertamina juga akan membangun Green Refinery baru (grass root) yang akan mampu mengolah 100 persen bahan baku nabati (tanpa campuran bahan baku fosil) untuk menjadi Green Diesel.

Sedangkan untuk mengantisipasi kenaikan kebutuhan BBM dan kompetisi jangka panjang, Pertamina secara simultan juga tengah membangun 2 kilang baru dan meningkatkan kapasitas serta kompleksitas 4 kilang yang eksisting.

Pembangunan dua kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) dilakukan di Tuban (Jawa Timur) dan Bontang (Kalimantan Timur). Kedua GRR ini memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah masing-masing setidaknya 300 ribu barel per hari. Sementara pengembangan kapasitas kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) dilaksanakan di Kilang Balikpapan (Kalimantan Timur), Kilang Dumai (Riau), Kilang Balongan (Jawa Barat), dan Kilang Cilacap (Jawa Tengah). Melihat pentingnya hal ini, proyek RDMP dan GRR telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional yang dituangkan dalam Perpres No 56 Tahun 2018.

“Tujuan utama proyek ini strategis, yaitu meningkatkan kapasitas pengolahan kilang di dalam negeri sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dengan begitu, Indonesia tidak perlu lagi mengandalkan impor dari luar negeri sehingga tercipta kemandirian dan ketahanan energi nasional,” ujar Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.

Oleh karena itu, imbuhnya, dukungan penuh dari masyarakat, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah, amat dibutuhkan agar proyek ini dapat berjalan dengan lancar dan cita-cita kemandirian energi nasional dapat tercapai.

Kontribusi signifikan

Pembangunan GRR dan pelaksanaan RDMP tentu akan memperlihatkan dampak yang nyata. Melalui proyek ini, kapasitas kilang nasional yang saat ini sekitar 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari saat proyek ini selesai pada 2026.

Peningkatan ini tidak hanya terjadi dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitas. Produk BBM yang saat ini masih sesuai dengan standar Euro II nantinya akan naik menjadi standar internasional Euro V. Selain memproduksi BBM, dengan teknologi yang canggih, kilang-kilang tersebut juga kelak akan mampu menghasilkan produk petrokimia dengan nilai komersial tinggi, seperti polyethylene (bahan baku plastik), polypropylene (salah satu bahan untuk beberapa produk kosmetik dan kecantikan), paraxylene (komponen penting dalam industri tekstil), dan benzene (bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, dan pewarna).

Dalam pembangunan dan peningkatan kapasitas kilang, Pertamina memprioritaskan sumber daya lokal, baik sumber daya manusia maupun konten konstruksi yang digunakan. Hal ini tampak dari Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang dalam proyek ini mencapai 35 persen-50 persen, atau lebih tinggi dari yang disyaratkan pemerintah, yaitu 30 persen. Proyek ini juga akan menyerap lapangan kerja untuk 172 ribu orang, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak pekerjaan proyek sampai operasional berjalannya kilang.

Negara pun akan memperoleh dampak keuangan signifikan dari proyek ini, yaitu peningkatan cadangan devisa hingga 12 miliar dollar AS per tahun dan penerimaan pajak yang diprediksi mencapai 109 miliar dollar AS.

Progres nyata

Mengingat keberhasilan proyek ini kelak berdampak luas pada perekonomian nasional, Pertamina melakukan sejumlah akselerasi yang terintegrasi sehingga target-target pelaksanaan proyek bisa terlaksana tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan.
Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mengejar target ini. Proyek RDMP Balongan sudah menerapkan dual feed competition sehingga realisasi proyek bisa selesai satu tahun lebih cepat dari jadwal.

RDMP Balikpapan kini sudah masuk tahap konstruksi pasca dilakukannya penandatangan akta pendirian PT Kilang Pertamina Balikpapan pada 7 Mei 2019. Salah satu infrastruktur yang tengah dibangun adalah fasilitas penyimpanan (storage) untuk menampung minyak mentah bernama Central Crude Lawe-Lawe berkapasitas 2 juta barel.

Sementara itu, GRR Tuban sudah selesai dengan proses pengadaan lahan dan sedang dalam proses pembayaran. Yang teranyar, usaha patungan Pertamina dan Rosneft bahkan telah mulai melakuka  kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada 28 Oktober kemarin. Sementara bersama partner dari Timur Tengah, yaitu Saudi Aramco, Pertamina dalam tahap finalisasi valuasi terkait RDMP Cilacap.

Percepatan yang sudah dilakukan hingga saat ini merupakan bukti bahwa niat Pertamina untuk menciptakan kemandirian energi adalah nyata. Kemajuan yang sudah tercipta membawa Indonesia semakin dekat dengan kemandirian energi. Karena Pertamina yakin, bahwa kemandirian energi harus dipimpin oleh tangan anak bangsanya sendiri.

dampak pembangunan dan peningkatan kapasitas kilang