Covid-19 memaksa kita beradaptasi dengan berbagai teknologi untuk membantu beraktivitas sehari-hari, seperti belajar dan bekerja, atau bertransaksi melalui daring. Keadaan ini mengakibatkan tumbuh dan dibutuhkannya pemahaman literasi digital.

Perlu diingat bahwa di era digital saat ini efisiensi beberapa aktivitas terjadi karena pemanfaatan teknologi. Juga terdapat pekerjaan yang dapat digantikan oleh teknologi, seperti customer service digantikan dengan chatbot, teller perbankan digantikan dengan e-banking, dan telemarketer digantikan dengan AI atau robot yang bisa berbicara.

Namun, muncul juga posisi pekerjaan yang semakin dicari sehingga membuka peluang lebih luas lagi, seperti freelance, bisnis e-commerce, digital marketing, programmer, penerjemah, dan gamer profesional. Dengan berbekali literasi digital yang baik, kita dapat mengambil keuntungan dari banyaknya kesempatan pekerjaan tersebut.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Masyarakat Digital yang Pintar”. Webinar yang digelar pada Rabu, 15 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Anang Dwi Santoso SIP MPA (Dosen Universitas Sriwijaya dan IAPA), Wulan Tri Astuti SS MA (Dosen Ilmu Budaya UGM dan IAPA), Muhamad Achadi (CEO Jaring Pasar Nusantara), Tomy Widiyatno (pekerja dan pengembang media seni), dan Tyra Lundy (MC dan presenter TV) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Anang Dwi Santoso menyampaikan bahwa kebutuhan kecakapan digital yang termasuk dalam literasi digital ditandai dengan survei kemampuan keterampilan penggunaan perangkat TIK, seperti copy-paste dokumen, menyalin atau memindahkan file atau folder, mengirim laporan melalui email, mengunduh dan install aplikasi, membuat bahan presentasi, menggunakan rumus di spreadsheet, dan coding masih di bawah 50 persen.

“Terkait itu, pengguna media digital perlu meningkatkan kemampuannya, khususnya dalam keahliannya terhadap literasi foto-visual atau grafis dalam menyampaikan informasi, branching literasi atau keahlian untuk mengumpulkan berbagai sumber sebagai suatu pengetahuan yang utuh, literasi sosial-emosional untuk menghindari dampak negatif dari sosial media, literasi informasi untuk cross check, dan memastikan validitas informasi tersebut untuk berkarya dari berbagai informasi dalam rangka menghargai hak cipta orang lain,” terangnya.

Tyra Lundy selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia menggunakan akun media sosial Instagram untuk kerjaan, traveling, dan quotes guna menunjukkan personal branding kepada para klien potensial. Ia mengatakan, dirinya masih eksis dan sibuk di masa pandemi saat ini, dan selalu menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan audiensnya.

Setiap Jumat, ia sering mengadakan IQ test di Instagram Story beserta giveaway yang mengajarkan kita untuk berusaha jika menginginkan sesuatu, serta mengajak para audiensnya untuk mengasah kecerdasan mereka. Tips dan trik untuk memiliki karya di media sosial yang dapat bermanfaat untuk orang lain adalah dengan menentukan dulu tujuan dari suatu karya.

Tidak salah untuk berkarya dengan mengikuti tren, yang penting kita enjoy dengan apa yang kita lakukan. Jangan berkecil hati jika masih memiliki followers dan engagement yang rendah karena hal ini merupakan suatu proses. Jadikanlah teknologi untuk mendorong kita menjadi lebih inovatif dan produktif dalam rangka menjadi masyarakat digital yang pintar.

Salah satu peserta bernama Jo Astaria bertanya, “Bagaimana cara menjadi content creator yang bisa memikat banyak viewers akan tetapi tidak kehilangan esensi nilai-nilai positifnya? Sebab di Indonesia ini banyak yang menyukai para content creator yang konsepnya cenderung pamer kekayaan. Lalu apa saja tips agar konsisten dalam hal bidang yang kita tekuni?”

Pertanyaan tersebut dijawab Anang Dwi Santoso. “Agar kita bisa menarik perhatian, bisa membahas atau menggeluti topik yang berbeda dengan content creator lainnya, yang memiliki esensi yang penting. Untuk bisa konsisten kita bisa melakukan riset, dengan mengecek akun-akun terkait, dan selalu up to date dalam hal mencari informasi akan topik yang terkait dengan karya yang ingin kita hasilkan.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]