Saat ini masih ada 10,4 juta (27,1 persen) pasangan yang putus program KB (Keluarga Berencana) dari metode pil KB, kondom, dan suntik. Tingginya angka yang dipicu lantaran masyarakat Indonesia belum disiplin dalam menggunakan kontrasepsi tersebut tentu menjadi salah satu kendala program KB Nasional.

Langkah efektif membendung angka putus KB adalah mengampanyekan kembali pengunaan IUD dan implan bagi pasangan usia subur. Menyongsong puncak acara perayaan Hari Keluarga Nasional pada Sabtu (15/7) di Lampung, pemerintah kembali mengingatkan pentingnya program KB guna mewujudkan keluarga berketahanan, mandiri, dan sejahtera.

Kesuksesan program KB memungkinkan jutaan pasangan di Indonesia dapat merencanakan keluarga lebih baik serta mewujudkan mimpi masa depan bagi anak-anak mereka. Untuk merealisasikan hal tersebut, DKT Indonesia melalui Kontrasepsi Andalan dalam program Pilihanku memiliki misi meningkatkan wawasan kontrasepsi masyarakat Indonesia dengan menyediakan beragam pilihan metode alat kontrasepsi, termasuk ragam IUD dan implan.

Andalan telah melakukan pelatihan terhadap lebih dari 50.000 bidan, khususnya mengenai metode pemasangan dan pelepasan IUD dan implan, serta membantu lebih dari 10.000 klinik bidan melalui program social franchising. Saat ini Andalan memiliki 14 produk kontrasepsi yang terdiri dari 4 macam IUD, 4 macam pil KB, 1 implan, 1 kondom Andalan, serta 4 macam KB suntik.

Deputy GM Family Planning & Reproductive Health DKT Indonesia Basuki Dwi Harjanto, yang juga membawahi Kontrasepsi Andalan mengungkapkan, “Penggunaan kontrasepsi jangka panjang perlu didorong untuk menekan angka putus pakai kontrasepsi. Oleh karena itu, dibutuhkan peran tenaga kesehatan untuk giat melakukan konseling mengenai pentingnya Metode KB Jangka Panjang (MKJP) dan memberikan ajakan kepada masyarakat untuk memilih menggunakan IUD dan implan.”

Manfaat MKJP

Menggunakan MKJP mempunyai manfaat tersendiri, antara lain rentang waktu lama. Misalnya implan yang bertahan 3 hingga 5 tahun, dan IUD yang dapat bertahan hingga 10 tahun. Rentang waktu yang lama ini membuat perempuan merasa lebih nyaman untuk menjaga jarak kehamilan. Selain itu, efektivitas MKJP juga sangat tinggi yaitu sekitar 99 persen.

Pemakaian MKJP menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan KB di Indonesia untuk mengatasi permasalahan pertumbuhan penduduk. Hal ini seperti yang diperkirakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bahwa 27,1 persen angka putus pakai kontrasepsi harus diimbangi setidaknya 7 juta peserta KB baru setiap tahunnya. Hal itu berguna untuk memenuhi tercapainya target prevalensi pemakaian kontrasepsi (CPR), yaitu sekitar 60 persen dari jumlah pasangan usia subur di Indonesia.

“Pasangan usia subur disarankan untuk bisa memilih kontrasepsi yang tepat dan aman, agar dapat menjalani kehidupan berumah tangga yang nyaman dan terencana sehingga mampu tercipta keluarga yang bahagia dan sejahtera,” tutup Basuki.

Tak ayal, kita diingatkan bahwa ber-KB bukan hanya urusan perempuan. Pasalnya, kemampuan reproduksi dimiliki setiap laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, Anda dapat mencari tahu mengenai berbagai pilihan metode kontrasepsi yang ada dengan mengunjungi situs web www.tundakehamilan.com. [*/IKLAN/AJG]

Foto dokumen Kontrasepsi Andalan.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 9 Juli 2017