Dalam era milenial, perguruan tinggi dituntut bisa memiliki sikap fleksibel dan terus melakukan inovasi. Tuntutan ini menjadi respons sesuai agar tetap bisa melahirkan generasi yang andal dan mampu berkontribusi nyata pada masyarakat sekitar.
Hal ini pula yang kerap diungkapkan Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan. Ia mengingatkan pentingnya inovasi dalam dunia perguruan tinggi. Utamanya yang bersifat konkret, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha. Setiap perubahan membawa jenis pekerjaan dan tantangan bisnis baru. Diperlukan perubahan pola pikir, cara kerja, model organisasi, produktivitas, disiplin nasional, dan inovasi.
Inovasi yang relevan dengan kondisi dan berkontribusi nyata pada masyarakat pada akhirnya menjadi mesin penggerak di tengah persaingan industri yang kian ketat. “Karena dalam dunia bisnis, mengedepankan inovasi. Inilah yang bisa memberi value added supaya bisa berkompetisi dengan pasar. Inovasi yang memberikan value added menciptakan karakter. Inovasi menjadi cara agar bisnis bisa sustain dan survive,” ujar Stephanie Octavia (28), senior business development di Tokopedia.
Berinovasi memang tak mudah dan tak bisa dipaksakan muncul. Kemampuan berpikir analitis, jeli, dan kreatif perlu diasah untuk melahirkan ide-ide inovatif.
Asah pola pikir
Dibutuhkan sumber daya manusia yang berpikiran terbuka, berani mencoba hal baru. Universitas Prasetiya Mulya menyadari penuh hal ini sehingga sedari semester pertama, setiap mahasiswa sudah didorong untuk membuat proyek kerja menciptakan produk atau servis yang belum ada di pasar. Mulai dari tahap perencanaan hingga eksekusi, membutuhkan sentuhan inovasi agar produk atau servis yang diciptakan benar-benar dapat diterima di pasar. Stephanie mengakui, proses pembelajaran sedari mula ini pulalah yang membentuk pola pikirnya hingga hari ini.
“Saat ini saya bekerja di startup, banyak ketemu anak muda yang kreatif. Ya kita harus terus berinovasi supaya bisa compete. Caranya dengan memperbanyak pengetahuan dan informasi, banyak ngobrol dengan berbagai pihak, dari sini bisa memunculkan ide dan menciptakan cara kerja yang efektif,” terangnya.
Hal senada diungkapkan Ivan Todo (23) yang kini menjadi brand creative content and strategy specialist di Vivo Mobile Indonesia. “Ide inovasi bisa datang dari mana saja. Setiap orang bisa punya ide yang bersifat solutif. Inovasi tidak melulu segala sesuatu yang sifatnya baru. Inovasi bisa muncul karena hasil benchmarking, belajar dari kasus orang lain. Dari situ bisa menimbulkan ide/inspirasi untuk memunculkan inovasi.”
Keduanya pun mengakui, prinsip-prinsip ini terimplementasi di dunia kerja. Terlebih saat membuat strategi penetrasi pasar, cara mengembangkan produk, mempertahankan kredibilitas produk, dan masih banyak lagi.
Seiring pertumbuhan ekonomi digital, kecanggihan ilmu sains dan teknologi tak bisa dielakkan dalam perkembangan dunia bisnis. Seperti halnya keterampilan matematika untuk memecahkan masalah bisnis yang kompleks dan mengembangkan kemampuan analitis yang kuat, pengembangan teknik energi terbarukan yang menjawab persoalan krisis energi di masa mendatang, dan penerapan teknologi digital bisnis yang kini menjadi kebutuhan baru dalam dunia industri.
“Intinya kita harus membuat inovasi yang bermanfaat untuk orang dan lingkungan sekitar. Prasetiya Mulya menekankan pada innovation based project untuk menciptakan bisnis yang tetap respect pada sesama dan bumi, dengan tetap mendulang untung,” papar Ivan.
Pada Minggu (5/8), Stephanie dan Ivan akan hadir di “Info Session” yang akan digelar di Universitas Prasetiya Mulya Kampus BSD. [IKLAN/ADT]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 30 Juli 2018.