Bank Indonesia (BI) terus berkontribusi untuk mendorong karya kreatif Indonesia menembus pasar global. Salah satunya dengan Karya Kreatif Indonesia (KKI). KKI sendiri merupakan produk kain nusantara yang diolah secara kreatif dari tangan dingin desainer Tanah Air. Sebut saja nama Denny Wirawan, Nonita Respati (Purana), Deden Siswanto, Dian Pelangi, dan desainer nasional lainnya.

BI juga memfasilitasi pengem­bangan UMKM perajin kain tradisional melalui peningkatan nilai jual dari produk kain yang dihasilkan sehing­ga dapat menembus pasar yang lebih luas hingga ke mancanegara. Ada dua strategi lain yang dapat me­ningkatkan akses pasar bagi UMKM binaan BI perajin produk kreatif. Pertama, UMKM langsung memasarkan produknya kepada pembeli luar negeri. Kedua, meng­hubungkan UMKM dengan pelaku usaha lebih besar (eksportir). Ketiga, meng­hubungkan UMKM dengan desainer yang telah memiliki pasar internasional. Tiga langkah ini berhasil membuka UMKM memiliki segmen pasar baru di pasar global. Hal ini menunjukkan besarnya potensi sektor ekonomi kreatif di Indonesia.

Hal ini disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sambutan pembukaan Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2018 di Jakarta Convention Center, Jumat (20/7). Pameran yang berlangsung hingga Minggu (22/7) diresmikan oleh Iriana Joko Widodo didampingi Mufidah Jusuf Kalla. Acara juga dihadiri Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kepala Badan Ekonomi Kreatif, anggota Dewan Gubernur BI, serta para tokoh pemerhati UMKM dan kerajinan Indonesia.

Sinergi

Pameran Karya Kreatif Indonesia meru­pakan media showcase untuk mem­perkenalkan karya kreatif UMKM binaan Bank Indonesia kepada masyarakat luas. Kegiatan yang digelar Bank Indonesia untuk kali ketiga ini merupakan bagian upaya Bank Indonesia untuk mendorong perluasan akses pasar bagi produk industri kreatif dari UMKM binaannya.

Suasana pameran.(Foto-foto : dokumen BI)

Mencermati perkembangan ekonomi kreatif yang positif, Bank Indonesia melalui program UMKM unggulan telah mendorong terciptanya sumber-sumber aktivitas ekonomi baru di daerah dan saat ini difokuskan mendorong UMKM melebarkan sayapnya dari pasar lokal dan nasional ke pasar global. Strategi yang dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain dengan menciptakan sinergitas hulu-hilir oleh berbagai elemen dan pelaku usaha dan menciptakan nilai tambah yang dapat memperluas pasar. Itu sebabnya, tema yang dipilih tahun ini adalah “Sinergitas Pengembangan Karya Kreatif Indonesia Menembus Pasar Global”.

Kerja sama

Kepala Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia Yunita Resmi Sari menjelaskan, melalui program Pengembangan UMKM Unggulan, Bank Indonesia membantu meningkatkan ka­pasitas UMKM melalui bantuan tek­nis, edukasi, fasilitasi akses pemasaran, serta dukungan sarana dan prasarana produksi hingga ruang pamer, serta pendampingan yang berkelanjutan. Salah satu sasaran program Pengembangan UMKM Ung­gulan Bank Indonesia adalah pelaku usaha dari kaum perempuan, yang secara jumlah mendominasi sektor ekonomi kreatif.

Pada pameran KKI 2018, selain ditampilkan produk kain dan kerajinan, disajikan kuliner nusantara dan kopi unggulan Indonesia serta peragaan karya kreatif kain olahan UMKM binaan Bank Indonesia bekerja sama dengan desainer nasional. Kegiatan talkshow/workshop mengenai strategi menembus pasar glo­bal dan pojok konsultasi UMKM juga turut mewarnai acara guna memberikan wawasan yang lebih luas bagi pelaku dan rintisan UMKM.

Dian Pelangi menggunakan Batik Lasem.

Sesuai dengan tema KKI 2018 “Sinergitas Pengembangan UMKM Eko­nomi Kreatif Menembus Pasar Global”, BI dalam program pembinaannya kepada UMKM melakukan berbagai kegiatan fasilitasi, salah satunya adalah kerja sama dengan desainer nasional untuk mendesain dan mengolah kain tradisional menjadi busana yang memiliki nilai tambah lebih tinggi serta lebih dapat memperluas pasar domestik maupun internasional. BI membina UMKM di daerah dengan mengembangkan po­tensi dan sumber daya lokal. Pada akhir­nya, diharapkan dapat mendorong pe­ning­katan ekonomi lokal dan nasional seka­ligus mengangkat citra budaya daerah.

Denny Wirawan menggunakan Songket Tapis Lampung.

Sederet karya menarik buatan desainer tersebut ditampilkan di hari pertama pembukaan. Koleksi pertama datang dari Deden Siswanto menampilkan kain Tenun Lagosi (UMKM Binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan) dalam atmosfer yang eklektik dan penuh warna. Tenun tersebut tampil modern berbekal teknik layering yang sanggup menyamarkan lekuk tubuh. Kemudian dilanjutkan oleh kreasi Dian Pelangi yang mengangkat Batik Lasem (UMKM Binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah). Dian seolah mengemukakan pernyataan bahwa penampilan berhijab juga dapat menghadirkan tema yang semarak dan elegan.

Inspirasi hijab lainnya juga datang dari presentasi busana karya Nonita Respati melalui label Purana. Gaya yang funky rupanya dapat diaplikasikan pada hijab berkat olahan Tenun Ikat Kediri (UMKM Binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri). Busana tersebut kemudian dipadupadankan dengan ele­men streetwear. Karya terakhir disam­pai­kan oleh Denny Wirawan yang meng­angkat Songket Tapis Lampung (UMKM Binaan Kantor Perwakilan Bank Indo­nesia Provinsi Lampung). Potongan busana yang romantis ini disatukan dengan potongan-potongan busana yang mewah berkat benang emas yang hadir dari kain tradisional tersebut.

Pada hari ketiga, KKI berkolaborasi dengan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) menyajikan talkshow bertajuk “Strategi Akses Perluasan UMKM Melalui E-Commerce”, yang pada salah satu sesinya membahas 16 subsektor ekonomi kreatif.

Deden Siswanto menggunakan Kain Tenun Lagosi.

Tak ketinggalan pula fashion show dari delapan desainer Indonesia, yang mengolah beragam kain nusantara. Mulai dari Wignyo Rahadi yang mengangkat Tenun Tanimbar Maluku, Epi Siti Mudrika dan Tuty Setiawati yang bertema bordir Tasikmalaya, Agus Lahinta yang melirik sulaman Karawo Gorontalo, Caroline yang mengusung Batik Papringan dari Purwokerto, Brilianto dan Padmo Gardjito yang berkarya melalui jumputan dan songket Palembang, hingga Anna Budiman, desainer difabel yang berhasil mengangkat ulos Pematang Siantar.

Sebuah gelaran yang sangat membuka mata bahwa Indonesia tak hanya memiliki batik sebagai warisan bangsa, tetapi juga mempunyai barisan kain lain yang tak kalah atraktif untuk diperkenalkan kepada seluruh penikmat mode. Ini juga menjadi ajang yang tepat untuk mengingatkan, olahan kain tradisional tak hanya terbatas pada rancangan yang konservatif, tetapi dapat juga tampil dalam berbagai gaya. Misalnya, menyentuh ranah busana Muslim, atau bernapas muda dan kasual sehingga dapat dikenakan sehari-hari.

Nonita Respati atau Purana Menggunakan Tenun Ikat Kediri.

Sebuah workshop menarik hasil kola­borasi dengan Ganara Art Kemang dan Galeri Batik Jawa menjadi highlight hari itu. Para peserta sangat antusias belajar mengkreasikan kain perca batik menjadi sesuatu yang bermanfaat, seperti tote bag atau hiasan kap lampu. Workshop ini me­nunjukkan, kerajinan tangan adalah aktivitas yang masih sangat dinik­mati di era digital seperti sekarang ini.

Melalui berbagai kegiatan pada KKI 2018 tersebut, diharapkan minat masyarakat terhadap produk UMKM kreatif Indonesia dapat meningkat, de­mi­kian pula potensi pasar industri kreatif de­ngan sasaran kaum muda dan wanita aktif dan dinamis, serta mendorong lahir­nya pelaku usaha. Kolaborasi dengan kemuka juga diharapkan mampu mengangkat dan menambah keragaman rancangan, serta keahlian dari para perajin. Hal ini tentunya akan memberikan nilai tambah pada industri kreatif yang berpotensi untuk memiliki akses ke pasar global. [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 29 Juli 2018.